Beranda blog Halaman 38

Menghibur, Revitalisasi Kesenian Tradisional Koto Panjang

0

Padang Panjang (BPNB SUMBAR) – Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat pada sabtu 09 Maret 2016 menggelar kegiatan Revitalisasi Kesenian Tradisional Minangkabau atau yang disebut juga dengan Baretong di Hari Tarang di Kota Padang Panjang. Dimulai sejak pukul 20.00 Wib hingga selesai dengan menampilkan berbagai kesenian tradisional Minangkabau seperti Tari, Silat dan Randai.

Kegiatan ini dilaksanakan di depan POSKAMLING RT .5 Koto Panjang Kecamatan Padang Panjang Timur. Dibuka secara langsung oleh Camat Padang Panjang Timur Bapak Albert dan dihadiri oleh perwakilan Dinas Pendidikan Kota Padang Panjang Bapak Dalius, Kepala BPNB Sumatera Barat Jumhari, SS, KasuBBag Tata Usaha BPNB Sumbar Ibu Titit Lestari, lurah, Niniak Mamak dan Cerdik Pandai dan warga setempat yang berbondong-bondong memadati lapangan tersebut.

Dalam sambutannya Bapak Jumhari, SS mengapresiasi antusiasme masyarakat setempat untuk ikut menghadiri kegiatan Revitalisasi Kesenian Tradisional. Beliau juga menambahkan bahwa Baretong di Hari Tarang merupakan kegiatan rutin BPNB yang didasari pemikiran tradisi Minangkabau yang menampilkan kesenian-kesenian mereka pada masa bulan purnama di masa lalu. Sejak tahun 2012, Tradisi itu kemudian oleh BPNB Sumatera Barat dikemas menjadi satu Kegiatan Baretong di Hari Tarang untuk merevitalisasi kesenian-kesenian tradisional yang akhir-akhir ini semakin terkikis oleh perkembangan zaman.

Rangkaian kegiatan Baretong di Hari Tarang ini dimulai dengan pertunjukan tari persembahan yang ditampilkan oleh Sanggar Seni Deskopa. Pembacaan ayat-ayat Qur’an dan sambutan Syafri Z A Datuak Tuo. Pada kesempatan itu Datuak Tuo menyampaikan rasa terima kasihnya atas dukungan BPNB Sumatera Barat dalam membangkitkan kesenian tradisional Minangkabau khususnya di Padang Panjang. Beliau juga berharap di masa depan kegiatan yang sama bisa terlaksana sehingga kesenian tradisional tersebut tidak hilang.

Pada kesempatan Baretong di Hari Terang kali ini BPNB Sumatera Barat menampilkan beberapa tim kesenian dengan kesenian tradisional mereka. Tim-tim tersebut antara lain Sanggar Seni Rangkoto, Sanggar Deskopa dan Silek Tuo Anak Nagari.
Penampilan kesenian dimulai dengan pertunjukan Gamaik oleh Sanggar Seni Rangkoto, Tari Pasambahan, Tari Piring, Tari Indang oleh Sanggar Seni Deskopa, Pertunjukan ‘Silek’ oleh Silek Tuo Anak Nagari Koto Panjang serta pertunjukan Randai oleh siswa-siswi SMA Negeri 1 Padang Panjang. Randai ini mengangkat Tema ‘Urang Mudo Nan Dilapeh ka Rantau’. Semua rangkaian kegiatan Baretong di Hari Tarang Koto Panjang ini cukup menghibur masyarakat sehingga masyarakat sangat betah hingga acara selesai.

Hartati Safitri sebagai ketua panitia berharap kegiatan ini bisa menjadi ‘Mambangkik Batang Tarandam’ dalam hal pelestarian nilai-nilai budaya tradisional di masa-masa mendatang.

-Mbn-

Lawatan Sejarah Daerah 2016

0

Padang (BPNB SUMBAR) – Balai Pelestarian Nilai budaya Sumatera Barat pada Bulan April akan melaksanakan Lawatan Sejarah Daerah. Lawatan sejarah 2016 ini akan dilaksanakan pada tanggal 3 – 5 April 2016 dan dipusatkan di Provinsi Sumatera Barat.

Lawatan Sejarah merupakan salah satu kegiatan rutin Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat yang bertujuan mengenalkan sejarah pada generasi muda serta sebagai pembelajaran bagi generasi muda lebih memahami dan bisa meneladani nilai-nilai perjuangan masyarakat kita pada masa lalu.

Pada lawatan sejarah kali ini, tema yang diangkat adalah ‘Menelusuri Jejak-jejak peninggalan Islam di Pantai Barat Sumatera Barat’. Sesuai dengan tema tersebut, dalam pelaksanaannya kegiatan ini akan mengunjungi bangunan-bangunan Islam bersejarah di empat kabupaten/kota yang ada di Pantai Barat Sumatera Barat seperti Surau Baru di Pasar Baru Padang, Masjid Ganting di Padang, Mesjid Muhammaddan di Pasar Mudik, Musium Adityawarman, Makam Syekh Burhanuddin beserta Surau Syekh Burhanuddin di Kabupaten Pariaman, Rumah Tabuik di Kota Pariaman serta Masjid Pahlawan Manggopoh di Kabupaten Agam.

Kegiatan ini melibatkan 105 orang termasuk diantaranya peserta 90 orang yang terdiri dari Siswa-siswi SMA sederajat, guru, wartawan dan delegasi pemerintahan daerah setempat. Khusus untuk peserta dari siswa-siswi SMA berasal dari tiga provinsi wilayah kerja Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat yakni Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan.

Rangkaian acara pada kegiatan ini akan dimulai dengan Pembukaan oleh Walikota Padang H. Mahyeldi, SP di Palanta Rumah Walikota Padang. Selanjutnya adalah pembekalan oleh Panitia, Pembekalan oleh Narasumber, Observasi dan presentasi hasil observasi peserta beserta penyerahan hadiah. Pelaksanaan rangkaian acara tersebut akan dilangsungkan selama tiga hari berturut-turut.

-Marbun-

Revitalisasi Kesenian Tradisional di Gunuang Nago

0

Piring1Padang (BPNB SUMBAR) – Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat melakasanakan kegiatan Baretong di Hari Tarang di Gunung Nago, Padang. Kegiatan ini dilaksanakan pada Sabtu (27/2) dengan menampilkan beberapa kesenian tradisional dan dihadiri oleh ratusan warga setempat dari anak-anak hingga dewasa. Acara sendiri dimulai pukul 08.30 wib.

Selama 2016, BPNB Sumatera Barat mempunyai program rutin untuk merevitalisasi kesenian tradisional minangkabau dalam pementasan kesenian-kesenian langka. Bentuk kegiatan ini disebut dengan ‘Baretong di Hari Tarang’. Kegiatan ini dilaksanakan di setiap kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Barat. Dimana masing-masing kabupaten mendapatkan satu kegiatan dan setidaknya 10 kegiatan dipusatkan di kecamatan-kecamatan yang tersebar di Kota Padang.
Randai1Baretong di Hari Tarang di Gunung Nago merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan di Kota Padang. Kegiatan ini diketuai oleh Erman J dan dibuka secara langsung oleh Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat Jumhari, SS. Kegiatan ini juga dihadiri oleh Niniak Mamak, Cerdik Pandai dan masyarakat umum yang tinggal di daerah sekitar.

Kegiatan Baretong di Hari Tarang Gunuang Nago ini menampilkan beberapa kesenian tradisional diantaranya ‘silek’, Randai, dan Saluang Dangdut. Setelah acara dibuka secara resmi oleh Kepala BPNB Sumatera Barat, berturut-turut penampilan seni dilaksanakan mulai dari ‘silek’, Randai, Sandiwara dan ditutup dengan Saluang Dangdut.
Saluang1
Pada kesempatan itu Kepala BPNB Sumatera Barat dalam sambutannya menekankan perlu untuk tetap mempertahankan kesenian tradisional di tengah perkembangan teknologi yang semakin canggih sehingga kita tidak kehilangan identitas. Beliau juga melanjutkan bahwa ke depan masyarakat akan semakin banyak dilibatkan dan menerima manfaat dalam setiap aktivitas budaya. Harapannya, di masa depan kegiatan semacam ini terus berlangsung sehingga masyarakat mengenal dan bisa belajar tentang budayanya khususnya kesenian tradisional. Selain itu, kegiatan serupa juga bisa bermanfaat bagi setiap pelaku budaya.

Sementara masyarakat melalui pemerintah setempat sangat mengapresiasi program BPNB dan menyambut sepenuhnya dalam bentuk melibatkan kelompok-kelompok seni yang ada di wilayah setempat. Acara yang dimulai sekitar pukul 08.30 wib ini berakhir pukul 23.00 wib.

-Mbn-

Diskusi Kegiatan Non-Penelitian 2016 BPNB Sumatera Barat

0

Rapat1Padang (BPNB SUMBAR) – Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat mengadakan diskusi kegiatan non-penelitian 2016. Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Sidang Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat. Dan berlangsung selama tiga hari dari Selasa hingga Kamis 22-24 Februari. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mematangkan rencana pelaksanaan program kerja selama 2016 khususnya untuk kegiatan non-penelitian.

Diskusi ini membahas bagaimana menjalankan kegiatan non-penelitian 2016 dengan baik dan tertib. Tertib secara administrasi maupun pelaksanaan. Selain diharapkan bahwa setiap pelaksanaan mengandung manfaat bagi pelaku budaya maupun masyarakat secara umum. Dalam diskusi tersebut diketahui bahwa Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat akan melaksanakan banyak kegiatan non-penelitian. Untuk itu perlu pematangan baik secara konsep maupun teknis pelaksanaan. Diskusi ini juga membahas bagaimana membangun koordinasi kepada pemerintah setempat di tiga wilayah kerja serta bagaimana mendorong sehingga kegiatan ini bermanfaat bagi banyak pelaku budaya yang akan terlibat.
Rapat2
Adapun kegiatan non penelitian yang menjadi agenda BPNB Sumatera Barat selama 2016 antara lain: Revitalisasi Kesenian Tradisional Minangkabau (19 Kegiatan), Pembuatan Film Dokumenter di tiga wilayah kerja yakni Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan masing-masing satu kegiatan (3 Kegiatan), Perekaman bangunan bersejarah di tiga wilayah kerja masing-masing satu kegiatan (3 kegiatan), Perekaman aktivitas budaya di tiga wilayah kerja masing-masing satu kegiatan (3 kegiatan), Inventarisasi Tokoh Sejarah dan Budaya di Sumatera Barat dan Sumatera Selatan (2 Kegiatan), Inventarisasi Pakaian tradisional (2 Kegiatan), Pencatatan Warisan Budaya Tak Benda di Kota Padang (1 Kegiatan), Jejak Tradisi Daerah di Sumatera Selatan, Lawatan Sejarah Daerah di Sumatera Barat, Dialog Budaya di Provinsi Bengkulu dan Sumatera Selatan, Belajar Bersama Maestro, Apresiasi Film Anak Bangsa/Bioskop Masuk Kampung (4 Kegiatan), Pembekalan teknis penelitian, Rapat Teknis Pelestarian Nilai Budaya, Festival Kesenian Matrilineal, Pameran Hasil Kajian dan Inventarisasi Sejarah dan Budaya di tiga wilayah kerja, Penayangan Film dan Diskusi Nilai Budaya, Arung Sejarah Bahari di Sumatera Barat.

Dari banyaknya kegiatan non penelitian tersebut, terdapat beberapa kegiatan yang melibatkan banyak peserta. Beberapa kegiatan tersebut antara lain: Jejak Tradisi Daerah di Sumatera Selatan, Lawatan Sejarah Daerah di Sumatera Barat, Dialog Budaya di Sumatera Selatan dan Bengkulu, Festival Kesenian Matrilineal di Sijunjung Sumatera Barat serta Arung Sejarah Bahari di Sumatera Barat. Selain itu masih ada Revitalisasi Kesenian Tradisional serta Bioskop Masuk kampung.

-Mbn-

Pakitok, Gulat Enggano

0

Pakitok
Pakitok
Satu lagi jenis olahraga tradisional yang sangat populer pada masyarakat Enggano adalah Pakitok. Pakitok adalah istilah setempat pada olahraga Gulat. Sebagaimana gulat pada umumnya, olahraga Pakitok ini merupakan olahraga yang mengandalkan kekuatan fisik. Dimainkan oleh dua orang yang saling berhadapan dan berusaha saling menjatuhkan. Seseorang yang berhasil menjatuhkan lawannya akan ditetapkan sebagai pemenang, sementara yang jatuh adalah orang yang kalah. Olahraga ini biasanya dimainkan di lapangan terbuka seperti tanah lapang maupun di tepi pantai berpasir.

Pada masa sekarang olahraga ini sudah jarang dimainkan kecuali pada perayaan-perayaan tertentu seperti perayaan hari kemerdekaan, pagelaran dan sebagainya. Ketika olahraga ini dimainkan, masyarakat begitu antusias mengikuti.

-Marbun-

Pahnukih Kadi, Olahraga Tradisional Enggano

0

Pahnukih Kadi
Pahnukih Kadi
Masyarakat Enggano mempunyai beberapa olahraga tradisional yang begitu populer di masa lalu. Salah satu jenis olahraga tradisional tersebut adalah ‘Pahnukih Kadi’. Pahnukih kadi merupakan olahraga tradisional berupa tarik-menarik antar dua regu. Masing-masing regu berhadapan dan menarik satu alat (rotan) yang sama dan masing-masing regu mendapat bagian rotan dengan ukuran yang sama.

Sekilas, olahraga ini hampir sama dengan tarik tambang yang sering kita saksikan. Namun setelah diikuti olahraga ini mempunyai perbedaan yang cukup mendasar dengan tarik tambang yang kita kenal. Salah satu perbedaan mendasar adalah bahwa media atau alat yang digunakan dalam olahraga ini adalah rotan bukan tali tambang. Hal ini sangat masuk akal karena begitu mudahnya masyarakat tersebut memperoleh rotan dari hutan di sekitar tersebut. Sementara tali tambang susah ditemukan. Rotan sebesar ibu jari mereka ambil lalu dibersihkan. Ukuran rotan yang biasa mereka pakai adalah berkisar 10 m – 20 m. Masyarakat Enggano biasanya memainkannya di lapangan terbuka. Bisa di tanah lapang, bisa juga di tepi pantai.

Selanjutnya aturan dalam olahraga pahnukih kadi berbeda dengan permainan tarik tambang. Jika dalam permainan tarik tambang, regu pemenang ditentukan dengan salah satu tim bisa melewati batas wilayah yang ditentukan. Dalam permainan pahnukih kadi, pemenang ditentukan jika rotan yang mereka tarik putus. Setelah rotan putus, lalu masing-masing regu akan mengukur seberapa panjang rotan yang mereka dapatkan. Jika salah satu regu memperoleh lebih panjang dari yang lain, maka regu tersebut ditetapkan sebagai pemenang. Sementara jika tepat putus di tengah, maka dipastikan tidak ada pemenangnya.

Konon olahraga ini digunakan sebagai petunjuk akan hasil panen yang akan mereka peroleh. Jika rotan putus lebih panjang di sebelah kanan maka mereka memprediksi kalau panen akan bagus demikian sebaliknya.

Pada masa kini, olahraga Pahnukih Kadi sudah mulai jarang dimainkan. Perubahan teknologi yang cepat membuat masyarakat Enggano dengan cepat beralih kepada hal-hal yang bersifat modern dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan tradisional khususnya permainan. Permainan ini hanya dimainkan pada acara memperingati HUT kemerdekaan RI maupun pada pergantian tahun.

-Marbun-

Tari Piring, Tarian Tradisional Khas Minangkabau

0

Tari piring
Tari piring
Salah satu jenis tari yang cukup terkenal dan tidak pernah ketinggalan dalam kegiatan-kegiatan resmi masyarakat Minangkabau adalah Tari Piring. Hampir dalam tiap-tiap acara tari piring selalu ditampilkan seperti pernikahan, penyambutan tamu agung, pagelaran seni dan upacara-upacara adat lainnya. Tari ini dibawakan para penari dengan gerak gemulai, tempo cepat serta tidak ketinggalan para penari akan selalu membawa piring di kedua tangannya. Tari piring tidak hanya dikenal di Sumatera Barat, tapi seluruh Indonesia bahkan dunia.

Tari Piring berasal dari Solok, Provinsi Sumatera Barat. Secara historis, tari piring diperkirakan sudah ada sejak abad ke-12 ketika masyarakat Minangkabau masih menyembah dewa-dewa. Tari piring kala itu diperuntukkan sebagai tarian persembahan bagi dewa atas hasil panen yang berlimpah serta perlindungan dewa atas mereka dari marabahaya. Dengan menggunakan piring mereka membawa sesaji ke hadapan dewa sembari menari dan meliuk-liuk. Tari ini kemudian berkembang hingga zaman kerajaan seperti Sriwijaya dan Majapahit walau dengan orientasi yang berbeda.

Setelah Islam masuk ke Sumatera Barat tari piring tidak langsung ditinggalkan, namun tujuannya mulai berubah. Jika sebelumnya diperuntukkan sebagai persembahan kepada dewa-dewa, selanjutnya hanya digunakan sebagai hiburan semata. Awalnya sebagai hiburan dalam acara-acara kerajaan, selanjutnya berkembang pada acara-acara pernikahan. Kini tari piring malah sering dipertontonkan dalam berbagai acara-acara hiburan semata.

Pada umumnya tari piring dibawakan oleh sejumlah penari yang selalu ganjil dengan jumlah penari antara 3 – 7 orang. Bisa dibawakan oleh laki-laki maupun perempuan.

Sebagaimana tujuan awalnya sebagai ungkapan syukur atas panen yang melimpah, gerakan tari piring dominan menggambarkan proses pertanian yang masyarakat lakukan ketika itu. Terdapat sekitar 20 gerakan mulai dari gerak pasambahan, gerak singajuo lalai, gerak mencangkul, gerak menyiang, gerak membuang sampah, gerak menyemai, gerak memagar, mencabut benih, bertanam, melepas lelah, mengantar juadah, menyabit padi, mengambil padi, manggampo padi, menganginkan padi, mengirik padi, menumbuk padi, gotong royong, menampih padi, menginjak pecahan kaca.

Pada awalnya tari piring hanya diiringi lantunan alat musik tradisional berupa rebana dan gong saja. Selanjutnya diiringi dengan alunan musik talempong dan saluang. Dan kini semakin berkembang dengan menggunakan alat musik modern seperti keyboard.

Hingga kini tari piring sudah menjadi satu identitas masyarakat Minangkabau khususnya yang berada di Sumatera Barat.

-Marbun-

Pempek, Makanan Tradisional Khas Palembang

0

Pempek
Pempek
Pempek adalah salah satu makanan tradisional khas Palembang. Makanan yang diolah dari Ikan dan Sagu ini bisa dengan sangat mudah ditemukan di Kota Palembang. Di toko-toko, di Jalanan, hampir semua orang menjajakan pempek. Sehingga selain karena daerah asalnya, ketersediaan Pempek di Kota Palembang membuat Palembang disebut sebagai Kota Pempek.

Pada awalnya Pempek dikenal dengan nama ‘Kelesan’ sebutan untuk alat yang digunakan untuk menghaluskan daging ikan berbentuk cembung dengan semacam kuping di sisi yang berhadapan. Memang, cara pembuatan pempek adalah di-‘keles’ (ditekan-tekan di atas semacam alas yang menyerupai papan cucian. Awalnya ‘penekan’ atau alat untuk menghaluskan ikan terbuat dari batok kelapa yang diberi lubang-lubang. Tetapi alat tersebut pada masa kini telah digantikan dengan mesin penggiling.

Nama pempek kemudian menjadi populer di Palembang diyakini karena dulunya pempek dijual oleh ‘Apek’, sebutan untuk lelaki tua keturunan Cina. Jadi, ketika Apek menjajakan ke masyarakat, masyarakat akan memanggilnya dengan ‘pek…pek’, sehingga lama-kelamaan kata ‘pek’ berubah menjadi ‘pempek’. Walau sesungguhnya cerita ini masih perlu didalami kembali.

Bahan dasar yang digunakan untuk membuat Pempek adalah ikan. Pada awalnya ikan yang digunakan adalah ikan belida. Pada perkembangannya ikan ini mengalami kelangkaan sehingga selain mahal juga susah diperoleh. Keadaan itu membuat masyarakat beralih ke ikan yang lebih murah dan lebih mudah diperoleh. Hingga kini sudah banyak jenis ikan yang dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan Pempek. Ikan tersebut dibersihkan dengan cara membuang kepala dan tulangnya, lalu digiling hingga lumat dan dicampur dengan tepung.

Seiring dengan berkembangnya pengetahuan serta berkembangnya permintaan masyarakat atas pempek, masyarakatpun mulai memvariasikan jenis pempek sesuai dengan permintaan. Masyarakat juga semakin kreatif dengan bahan baku yang sudah sangat mudah diperoleh. Hingga saat ini pempek telah mempunyai banyak jenis dengan rasa yang berbeda pula. Beberapa diantaranya adalah: 1) Pempek Lenjer, 2) Pempek Keriting, 3) Pempek Tahu, 4) Pempek Kapal Selam, 5) Pempek Pistel, 6) Pempek Adaan, 7) Pempek Kulit, 8) Pempek Telor (Telok), 9) Pempek Panggang (tunu), dan 10 ) Pempek Lenggang.

Pempek dimakan dengan kuah atau saus cair yang oleh masyarakat Palembang disebut ‘cuko’. Cuko terbuat dari campuran air gula merah/gula batok, asam jawa, bawang putih dan cabe rawit. Ada juga yang menambahkan cuka putih untuk menambah keasaman. Cuko ini dibuat dengan cara dididihkan. Cuko yang enak memiliki aroma yang kuat, kekentalan, rasa pedas, asam dan asin yang pas.

Pada saat ini pempek tidak hanya menjadi konsumsi rumah tangga pribadi tapi telah banyak membantu ekonomi masyarakat Palembang dan cukup dikenal oleh banyak kalangan dari berbagai daerah. Pempek sudah menjadi oleh-oleh yang tidak bisa ditinggalkan ketika berkunjung ke Palembang.

-Marbun-

Talempong, Alat Musik Pukul Tradisional Minangkabau

0

Teknik memainkan talempong secara tradisional
Teknik memainkan talempong secara tradisional
Salah satu alat musik tradisional yang senantiasa hadir dalam setiap upacara adat Minangkabau adalah Talempong. Talempong merupakan seperangkat alat musik yang terbuat dari campuran tembaga, timah putih dan besi putih. Dimainkan dengan cara dipukul dengan menggunakan stik (alat pukul berbahan kayu). Kualitas Talempong bisa diukur dari kadar campuran dari tiga unsur pembentuknya. Semakin banyak unsur tembaga dalam satu buah talempong maka akan semakin baik kualitasnya.

Berbentuk bundar dan berdiameter sekitar 17 cm – 18 cm, Talempong mempunyai ukuran yang berbeda antara bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas sedikit lebih besar dari bagian bawah. Dibagian atas Talempong terdapat bulatan yang lebih kecil seperti kepala Talempong, sedangkan pada bagian bawah alat musik dibuat berlubang. Menurut ukuran standar yang umum digunakan, Talempong Minangkabau mempunyai ukuran standar sebagai berikut: 1) tinggi 8.5 cm – 9.4 cm, 2) garis tengah 17 cm – 18 cm, 3) tinggi dinding 5 – 6 cm, 4) garis tengah bawah 16.5 cm – 17 cm, 5) garis tengah pencu 2 cm – 2.5 cm, 6) ketebalan alat 3 mm – 4 mm.

Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat pemukul berupa kayu kecil (stik). Ada dua teknik memainkan talempong yaitu: 1) Teknik tradisional (interlocking), dimana seperangkat Talempong dimainkan oleh tiga orang. Masing-masing pemain memainkan dua buah talempong yang dipegang dengan tangan kiri secara vertikal, atas dan bawah. Yang atas dijepit ibu jari dan jari telunjuk, sedangkan yang bawah digantungkan pada jari tengah, manis dan kelingking. Jari telunjuk menjadi pemisah antar talempong sehingga suara talempong nyaring. Pada teknik pertama ini tangan kanan berfungsi memegang dan memukulkan stik ke perangkat Talempong. 2) Teknik modern, bahwa talempong-talempong diletakkan di atas rel atau rancakan. Talempong tersebut Dipukul dengan stik pemukul di atas rancakan yang ada.

Alat musik Talempong sering dimanfaatkan sebagai pelengkap dalam berbagai upacara-upacara adat Minangkabau seperti: 1) Upacara pengangkatan penghulu, 2) Upacara pesta perkawinan, 3) Menaiki rumah baru, 4) Pesta panen raya, 5) Acara pertunjukan randai, 6) Musik pengiring tari, 7) Acara gotong royong, 8) Upacara sunat rasul, Dll. Bisa dikatakan tanpa kehadiran Talempong dalam upacara umumnya atau tari khususnya seakan makanan tanpa garam. Talempong bisa juga dimanfaatkan untuk mengatur irama musik. Secara umum fungsi talempong adalah: 1) Sebagai sarana upacara, 2) Sebagai sajian estetis, 3) Sebagai hiburan,4) Pengintegrasian masyarakat, 5) Sebagai media komunikasi.

Talempong juga hadir menghidupkan suasana dalam arak-arakan penyambutan tamu agung. Umumnya, talempong dimainkan bersama beberapa instrumen tradisional Minangkabau lainnya seperti saluang, gandang, dan serunai.

-Marbun-

Serah Terima Jabatan Kepala dan Kasubag Tata Usaha BPNB Sumatera Barat

0

Padang (BPNB Sumatera Barat) – Acara serah terima jabatan di lingkungan Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat digelar pada Senin, 18 Januari 2016 di Gedung Aula BPNB.Serah terima dilaksanakan dari Kepala BPNB Sumatera Barat yang lama Drs. Nurmatiaskepada Kepala BPNB yang baru Jumhari, SS. Selain itu juga antara KasubBag yang lama Jumhari kepada Titit Lestari, S.Si. Acara serah terima yang dilaksanakan pada pukul 11.00 wib ini dipimpin langsung oleh Bapak Sesditjen Kebudayaan Nono Adya Supriyatno.
Rangkaian acara serah terima jabatan ini dimulai dengan menyambut kedatangan SesditjenKebudayaan dan rombongan menggunakan Gandang Tasa yang dimainkan oleh anak-anak yang ikut dalam WorkshopTalempong yang dilaksanakan oleh BPNB Sumatera Barat pada 2015.

Acara Serah Terima dilaksanakan di Aula BPNB Sumatera Barat, dimoderatori oleh Sefiani Rozalina. Diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indoensia Raya yang dipimpin oleh Yulia Nila.Selanjutnya pembacaan Berita Acara Serah Terima Jabatan oleh ibu Dra. Zusneli Zubir. M. Si.

Serah terima jabatan di lingkungan BPNB Sumatera Barat dilaksanakan berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 020/MPK/RHS/KP/2016 Untuk pejabat administrator dan SK Menteri Pendidikan dan kebudayaan Nomor: 021/MPK/RHS/KP/2016 sebagai pejabat pengawas.

Selesai pembacaan Berita Acara Serah Terima Jabatan, acara selanjutnya adalah Penandatanganan Berita Acara Serah Terima Jabatan oleh Kepala BPNB yang Lama Drs. Nurmatias dan Kepala BPNB Sumatera Barat yang baru Jumhari, SS. Selanjutnya penandatanganan Berita Acara oleh KasubBagTata Usaha yang lama Jumhari dan KasubBag Tata Usaha yang baru Ibu Titit Lestari. Sambutan dari Sesditjen, Kesan Kepala BPNB Sumatera Barat yang lama dan sambutan dari Kepala BPNB Sumatera Barat yang baru serta Kasubag yang baru.

Pada kesempatan itu Sesditjen menyampaikan bahwa pergantian pejabat di lingkungan Ditjen Kebudayaan agar sistem pemerintahan tidak berjalan monoton. Beliau juga menyampaikan bahwa semua komponen pejabat di lingkungan Ditjen Kebudayaan sudah menjabat lama. Adayg sampai 8 tahun sehingga perlu rolling atau pergantian. Pergantian pejabat sendirin tidak bisa dimaksimalkan pada tahun pertama karena transisi pemerintahan tapi sekarang sudah bisa dilakukan.

Pak Nono juga menekankan ke depannya perlu bagi semua pihak untuk bagaimana menciptakan insan dan ekosistem. Bukan pada manusianya saja tapi keseluruhan komponen harus diintegrasikan.Beliau menekankan bahwa kita harus berusaha agar setiap kegiatan yang kita laksanakan bisa memberi inspirasi khususnya pada siswa. Contoh ketika kita memberi penghargaan kepada pelaku budaya harus dipastikan bahwa bukan hanya yg diberi penghargaan yang dapat manfaat tapi siswa juga terinspirasi karena mereka dan penghargaan yang diberikan.

Ke depannya juga, beliau menambahkan bahwa kita harus lebih banyak Support komunitas untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan kebudayaan.

Drs. Nurmatias berterima kasih kepada seluruh pegawai yang telah mendukung pengabdiannya selama bertugas di BPNB Sumatera Barat sejak tahun 2004. Sejak serah terima ini beliau akan bertugas di BPCB Sumatera Barat. Namun beliau tetap berharap silaturahmi tetap terjaga dan saling tukar informasi sesuai tugas dan fungsi lembaga. Beliau juga minta maaf jika ada kesalahan selama bertugas di BPNB Sumatera Barat dan menekankan senantiasa terjaga kerjasama dan gotong royong dalam melaksanakan tugas.

Sebagai Kepala yang baru, Bapak Jumhari sadar bahwa amanah yang beliau terima saat ini adalah berkat kepercayaan dan dukungan semua pihak. Beliau juga menyadari bahwa tugas beliau sebagai Kepala sekarang ini hanyalah melanjutkan fondasi yang sudah dibangun sebelumnya oleh Kepala-kepala terdahulu. Beliau juga mengutip bahasa Ditjen Kebudayaan bahwa posisi beliau sekarang adalah berdiri di atas bahu pendahulu. Beliau menambahkan akan membawa dan melanjutkan hal-hal yang baik yang telah dibangun terdahulu.

Dalam kesempatan itu juga Kasubag memohon kepada Sesditjen untuk merestui pembangunan gedung baru untuk digunakan sebagai pusat dokumentasi dan informasi Matrilineal. Mimpi ini merupakan mimpi Kepala BPNB Sumatera Barat yang lama Drs. Nurmatias yang belum kesampaian untuk menjadikan BPNB Sumatera Barat sebagai pusat Matrilineal sesuai tugas dan fungsinya.

Yang terakhir beliau juga mengharapkan bimbingan dan dukungan kepada semua pihak demi suksesnya BPNB ke depan.

Ibu Titit Lestari sebagai Kasubag baru berharap mudah-mudahan cinta yang dimiliki semakin besar sehingga bisa menjalankan tugas dengan baik. Beliau menyampaikan hal ini karena sebagai pindahan dari Aceh, beliau sudah kadung jatuh cinta dengan budaya Aceh dan Sumatera utara. Beliau sudah 18 tahun tinggal dan bertugas di BPNB Aceh. Dan sekarang dimutasikan ke BPNB Sumatera Barat. Walau tidak sama sekali baru bagi beliau karena sejak 1994 sudah mulai dikenalkan tradisi Sumatera Barat oleh suami yang memang berasal dari Sumatera Barat.

Acara Sertijab kali ini dihadiri oleh Kabag Kepegawaian, Hukum dan Tata Laksana Setditjen Kebudayaan Drs. Fitra Arda, Kepala BPNB Sumatera Barat yang lama seperti Djurip, SH, Dr. M. Nur, MS. Dekan FIB UNAND Prof. Dr. Gusti Asnan, Kepala Museum Adityawarman Ibu Novi.
Acara ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Hariadi, SS.