Beranda blog Halaman 21

Lawatan Sejarah Daerah 2018 di Pesisir Selatan

0

Padang – Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat akan melaksanakan Lawatan Sejarah Daerah (LASEDA) 2018. Rencananya, kegiatan ini dipusatkan di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Pelaksanaan kegiatan ini ditetapkan pada 2 – 5 April 2018 dengan tema Menggali Potensi Kemaritiman melalui Perspektif Sejarah. Pemilihan Kabupaten Pesisir Selatan sebagai lokasi pelaksanaan LASEDA 2018 adalah bahwa selain populer sebagai daerah wisata, Pessel juga kaya akan peristiwa sejarah.

Lawatan Sejarah Daerah merupakan kegiatan rutin yang dimaksudkan untuk mengenalkan peristiwa sejarah melalui kunjungan-kunjungan peninggalan sejarah. Tahun ini, para peserta akan dikenalkan beberapa objek-objek bersejarah di Kabupaten Pesisir Selatan seperti Tugu Renville, Lunang, Indrapura, Kambang, Salido dan Cingkuk. Panitia mencoba mengenalkan sejarah Pesisir Selatan dalam tiga masa yakni masa pra kolonial, kolonial dan masa kemerdekaan.

Menurut Kepala BPNB Sumbar, Suarman, kegiatan ini dimaksudkan selain pengenalan obyek sejarah, yang lebih dipentingkan adalah pembelajaran nilai-nilai sejarah dalam rangka menumbuhkan kesadaran sejarah generasi muda dan menemukenali serta mengapresiasi potensi sejarah lokal.

Peserta dalam kegiatan ini adalah peserta didik tingkat SMA/Sederajat dan guru sejarah dari tiga wilayah kerja BPNB Sumbar yakni Provinsi Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Diperkirakan, peserta dan guru yang terlibat dalam kegiatan berjumlah 45 orang yang terdiri dari 35 peserta didik dan 10 guru sejarah.

Lomba Karya Tulis

Dalam pelaksanaannya, para peserta diundang untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Kesejarahan sesuai dengan tema Menggali Potensi Kemaritiman melalui Perspektif Sejarah. Karya tulis tersebut dikirim kepada panitia untuk diseleksi oleh juri yang telah ditentukan. Peserta terbaik dalam lomba karya tulis tersebut akan diberi apresiasi pada hari pelaksanaan LASEDA 2018.

BPNB Sumatera Barat Melepas Mahasiswa Magang

0

Padang – Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat melepas tiga mahasiswa magang di Kantor. Pelepasan ini berkaitan dengan masa magang mahasiswa tersebut telah habis dan harus kembali ke kampusnya. Acara dilaksanakan di Ruang Rapat BPNB Sumbar pada Selasa, 6 Maret 2018. Acara ini diikuti KasubBag Tata Usaha BPNB Sumbar Titit Lestari, perwakilan Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol, Padang Doni, pegawai BPNB Undri, Mardoni dan Firdaus Marbun serta mahasiswa magang.

Tiga mahasiswa magang tersebut berasal dari UIN Imam Bonjol, Padang. Ketiga mahasiswa tersebut adalah Silvia, Tuti Novriyanti, dan Wulan Kurniati. Mereka merupakan mahasiswa jurusan studi perpustakaan. Sesuai dengan jurusannya, maka selama magang mereka ditugaskan di perpustakaan kantor.

Dalam kesempatan pelepasan tersebut, KasubBag Tata Usaha Titit Lestari menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada kampus UIN yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk magang di BPNB Sumbar. Karena dengan adanya mahasiswa magang tersebut, pengelolaan perpustakaan di kantor BPNB Sumatera Barat bisa lebih rapi.

Tari mengakui beberapa keterbatasan berkaitan dengan perpustakaan seperti tempat dan sumber daya manusia. Keterbatasan itu membuat manajemen dan pelayanan di perpustakaan tidak bisa maksimal. Sementara, setiap tahun kantor menghasilkan banyak buku, jurnal serta laporang-laporan penelitian. Sehingga dengan adanya mahasiswa magang, maka sangat membantu pengelolaan perpustakaan tersebut.

Tari juga meminta penilaian atas pelayanan kantor dalam menyambut mahasiswa magang tersebut, sekaligus meminta maaf jika ada kekurangan dalam penerimaan. Terakhir, dia meminta jika bisa kerjasama antar instansi yang berkesinambungan dalam pengelolaan perpustakaan.

Doni sebagai perwakilan UIN Imam Bonjol berterima kasih atas bimbingan yang diberikan kepada mahasiswa mereka selama menjalani magang. Dia juga menyambut baik harapan akan kerjasama dan bersedia mendukung beberapa aspek terkait pengelolaan perpustakaan seperti repository, e-journal dan open journal system (OJS).

JPSB Call for Papers

0

Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya adalah jurnal yang diterbitkan Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat.  Penerbitan Jurnal dilaksanakan dua kali dalam setahun yakni Juni dan November. Kami mengundang peneliti, akademisi, dan profesional untuk mengirimkan artikel hasil penelitian yang belum pernah dipublish untuk diterbitkan pada edisi 2018 (Vol 4 No.1/2). Karya tulis yang diterima akan diedit dan dinilai berdasarkan orisinalitas, sistematika, teknik penelitian,  kebaruan dan kontribusi tulisan. Kami menerima semua hasil-hasil penelitian  yang berkaitan dengan Penelitian Sejarah dan Kebudayaan.

Batas Pengiriman Tulisan:

Edisi                        : Volume 4 No. 1

Waktu Pengiriman : 1 Maret—30 April 2018

Alamat Pengiriman: jurnalbpnbpadang@gmail.com

CP                           : Hariadi (081374661880)

Unduh Pedoman Penulisan:Pedoman Penulisan Artikel

 

Rendang Lokan, Randang ala Pesisir

0
Randang Lokan, Foto. Dila

Masyarakat Sumatera Barat atau Minangkabau identik dengan Rendang. Masakan satu ini tidak saja terkenal di dalam negeri tapi juga di luar negeri. Kelezatannya yang mendunia, telah mendorong rendang tidak saja dikonsumsi sebagai makanan biasa tapi telah dipasarkan sebagai buah tangan ketika melakukan perjalanan wisata. Walau demikian, banyak yang tidak tahu jenis-jenis rendang apa saja yang ada di Sumatera Barat, khususnya rendang lokan.

Proses memasak randang lokan, Foto. Dila

Berbicara jenis rendang bagi masyarakat Minangkabau tentu sudah biasa, masyarakat umumnya tahu bahan apa saja yang bisa direndang dan nikmat untuk dikonsumsi. Tapi bagi masyarakat di luar Sumbar tentu masih hal baru. Umumnya masyarakat di luar Sumatera Barat hanya tahu rendang daging atau disebut saja sebagai rendang. Padahal rendang sesungguhnya mempunyai aneka ragam jenis sesuai dengan bahan-bahan pembuatnya. Sebut saja rendang telur, rendang bingkah, rendang lokan dll.

Rendang lokan merupakan salah satu jenis rendang yang mungkin jarang diketahui orang. Bahan utamanya yang tidak biasa membuat rendang yang satu ini jarang diketahui. Lokan adalah kerang, jadi rendang lokan adalah rendang yang bahan utamanya terbuat dari kerang. Dari bahan utamanya, jelas bahwa rendang lokan merupakan produk pesisir yang umum menghasilkan kerang. Memang, rendang lokan adalah rendang hasil adaptasi masyarakat Minang Pesisir.

Randang lokan, Foto. Dila

Alam takambang jadi guru, begitulah filosofi masyarakat Minangkabau dalam berinteraksi dengan alam. Ketersediaan kerang yang jauh lebih mudah di daerah pesisir dengan masyarakat yang mayoritas nelayan, membuat masyarakat lebih memilih kerang sebagai bahan utama rendang dari pada daging sapi atau kerbau. Adat istiadat tetap berjalan, rendang tetap menjadi sajian utama walau bahan utamanya berubah menjadi kerang. Hingga dalam adat-istiadat Pesisir, rendang lokan menjadi hidangan utama kepada penghulu menggantikan rendang daging di darek.

Mengenal Tari Piring Gelas

0
Tari Piring Gelas, Foto. Mardoni

Tari piring gelas adalah tarian tradisional yang berkembang di Kabupaten Musirawas dan Kabupaten Musirawas Utara, Provinsi Sumatera Selatan. Tarian ini dimainkan dengan kesederhanaan, keluesan, dan keaslian gerak tari. Selainitu tarian ini diiringi komposisi musik dengan karakter kedaerahan yang sangat kental. Seperti namanya, tarian ini dimainkan dengan menggunakan piring dan gelas sebagai media pendukung. Berbeda dengan pertunjukan tari piring di daerah lain, gelas dan piring dalam tari ini tidak dipegang tapi ditumpuk dan dijadikan sebagai pijakan oleh penari.

Tari Piring Gelas, Foto. Mardoni

Tidak diketahui kapan dan siapa sesungguhnya yang menciptakan tari piring gelas. Namun diyakini bahwa munculnya tari ini sebagai bagian dari ritual sebelum panen hasil bumi dan salah satu bentuk perjuangan untuk mencapai kemerdekaan pada masa agresi Belanda (Halilintar 2016). Pada masa menghadapi penjajah, tari ini dimanfaatkan sebagai upaya mengelabui musuh. Ketika musuh lalai, para penari akan melakukan penyergapan-penyergapan dan perlawanan.

Biasanya tarian ini dimainkan oleh seorang atau dua orang perempuan. Pada masa lalu untuk bisa memainkan tari piring gelas, seorang penari haruslah seorang gadis. Jika tidak maka dipercaya akan berakibat fatal seperti penari dapat jatuh ketika menaiki tumpukan piring dan gelas. Hal ini mengingat tari tersebut dimanfaatkan sebagai bagian dari ritual. Namun, kini tari piring gelas telah dikembangkan dalam berbagai upacara baik adat maupun upacara-upacara seperti penyambutan tamu.

Berbagai Karya Budaya Musirawas Utara Diinventarisasi

0
Pindang Rupit, Foto. Mardoni

Padang – Selama bulan Februari dan Maret 2018, Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat fokus melaksanakan kegiatan Inventarisasi dan Pencatatan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). Kegiatan dilaksanakan di tiga wilayah kerja yakni Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Kegiatan ini juga melibatkan enam orang pegawai. Salah satu kabupaten yang turut diinventarisasi di Provinsi Sumatera Selatan adalah Kabupaten Musi Rawas Utara.

Sambal Cung, Foto. Mardoni

Berbagai karya budaya di Kabupaten Musirawas Utara akan dicatat. Beberapa aspek yang akan dicatat dan diinventarisasi dalam kegiatan ini adalah adat-istiadat, upacara tradisi, kuliner, kesenian tradisional, permainan, cerita rakyat, kerajinan serta berbagai wujud kebudayaan lainnya.

Kabupaten Musirawas Utara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan yang baru terbentuk. Awalnya kabupaten ini masuk wilayah Kabupaten Musirawas. Ibu kota kabupaten ini berada di Rupit. Sebagai kabupaten baru, inventarisasi dimaksudkan untuk menggali karya-karya budaya masyarakat Musirawas Utara serta nilainya. Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) dibentuk melalui Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2013.

Harapannya, proses pencatatan dan inventarisasi ini dapat dimanfaatkan dalam banyak hal seperti menggali nilai-nilai tradisi yang mencerminkan identitas masyatakat, pengayaan muatan lokal, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. selain itu, hasil inventarisasi ini juga diharapkan dapat menjadi data dukung dalam pengusulan warisan budaya nasional maupun dunia.

Proses Inventarisasi dan Pencatatan WBTB di Kabupaten Musirawas Utara dilakukan oleh Mardoni sejak 20 Februari – 2 Maret 2018. Sebelumnya tim inventarisasi juga telah turun di Provinsi Sumatera Barat yakni di Pasaman Barat dan Pesisir Selatan. Tim ini fokus mennginventarisasi WBTB Minang Rantau.

WBTB Minang Rantau Diinventarisasi

0
Bpk. Junaidi, salah satu narasumber di Kab. Pesisir Selatan. Foto. Dila

Padang – Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat, pada tahun 2018 melaksanakan Pencatatan dan Inventarisasi Warisan Budaya Tak Benda. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan di tiga wilayah kerja yakni Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Pada tahun ini, kegiatan inventarisasi Provinsi Sumatera Barat difokuskan pada Minang Rantau yakni mencatat warisan budaya tak benda Minangkabau di daerah rantau baik itu rantau darek maupun rantau pasisia.

 

Gedung bekas bangunan Belanda di Kecamatan Talamau, kini difungsikan sebagai wisma untuk para tamu. Foto. Dona

Sebagai informasi, kebudayaan Minangkabau dibedakan menjadi dua yakni Ranah dan Rantau. Ranah merupakan wilayah Minangkabau yang diyakini sebagai asal-usul Minangkabau, sementara Rantau adalah wilayah Minangkabau sebagai wilayah persebaran atau daerah-daerah tempat masyarakat Minangkabau merantau. Wilayah perantauan ini merupakan sebagian besar pesisir dan sebagian kecil wilayah perbukitan (bukit barisan) di Sumatera Barat.

Lokasi Pencatatan dan inventarisasi WBTB ini dilaksanakan di Kabupaten Pasaman Barat dan Kabupaten Pesisir Selatan. Kedua kabupaten ini dirasa cukup representatif untuk mewakili daerah rantau Minangkabau baik darek maupun pasisia.

Di Kabupaten Pasaman Barat inventarisasi dilaksanakan di Kecamatan Talamau. Kecamatan Talamau terdiri dari tiga nagari yakni Talu, Kajai dan Sinuruik. Ketiga nagari ini merupakan daerah rantau Minangkabau yang ditandai dengan banyaknya rumah gadang yang memiliki keterkaitan dengan istana Pagaruyung. Selain itu di Talamau terdapat meriam punggung yang memiliki cap Pagaruyung yang berada di rumah gadang ‘Nan Bosa’. Hal ini sebagai legitimasi hubungan keduanya.

Sementara inventarisasi di Kabupaten Pesisir Selatan dilaksanakan di Kecamatan Air Pura. Kecamatan Airpura merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Indrapura. Daerah ini dulunya diyakini sebagai bekas kerajaan Indrapura dan cukup representatif mewakili wilayah rantau Pesisir.

Inventarisasi WBTB di Provinsi Sumatera Barat ini dilaksanakan oleh Rahma Dona (Pasaman Barat) dan Nurfadilah Fajri Rahman (Pesisir Selatan), keduanya adalah pegawai BPNB Sumatera Barat.

BPNB Sumbar Melepas Dua Pegawai Pensiun

0

Padang – Pada Jumat, 2 Februari 2018, Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat mengadakan acara silaturahmi sekaligus pelepasan pegawai pensiun. Acara pelepasan dipimpin langsung oleh Kepala BPNB Sumbar Drs. Suarman dan dihadiri seluruh pegawai, termasuk dua pegawai yang baru saja pensiun. Acara dimulai pada Pukul 09.00 Wib di Ruang Rapat BPNB Sumbar.

Acara ini dilaksanakan berhubung dua orang pegawai BPNB Sumbar memasuki masa pensiun. Kedua pegawai tersebut adalah Drs. Seno dan Dahlia Melsi. Keduanya telah pensiun sejak akhir tahun 2017. Seyogyanya acara ini juga berlangsung tahun lalu sesuai waktu pensiun mereka.  Namun karena berbagai kesibukan acara baru bisa dilaksanakan.

Kedua pegawai pensiun tersebut memang sudah memasuki usia pensiun setelah mencapai usia 58 tahun dan 60 tahun. Bapak Seno sendiri mencapai batas usia pensiun lebih lama dua tahun dari Dahlia Melsi yaitu 60 tahun karena menjabat sebagai fungsional tertentu yakni peneliti madya.

Rangkaian acara silaturahmi dimulai dengan penyampaian pesan dan kesan dari Kepala BPNB Sumbar Drs. Suarman. Setelah itu dua orang perwakilan pegawai juga menyampaikan kesan dan pesan yang selanjutnya diberikan kesempatan kepada kedua pegawai yang pensiun untuk menyampaikan sepatah kata.

Kepala BPNB Sumbar Drs. Suarman menyampaikan bahwa kedua pegawai yang pensiun merupakan pegawai yang loyal dan selalu disiplin dalam menjalankan tugas. Ia juga menyatakan bahwa sesungguhnya pensiun ini bukan berarti memisahkan karena silaturahmi harus selalu dibangun. Selain itu masing-masing kita juga tidak bisa lepas dari bayang-bayang BPNB Sumbar sebagai bagiannya.

“kalau melangkah bukan berarti pergi, kalau melambaikan tangan bukan berarti meninggalkan kami, tidak ada kata perpisahan karena Bapak/Ibu akan membawa bayang-bayang kami dan kami juga akan membawa bayang-bayang Bapak/Ibu” demikian Suarman membuka pesannya

“kami juga meminta kalau ada salah kata, mohon kita saling memaafkan” tambahnya

Senada dengan itu Zusneli dan Noveri sebagai perwakilan pegawai menyampaikan permohonan maaf atas kesalahan selama bekerja bersama di BPNB Sumbar. Zusneli juga berharap bahwa silaturahmi tetap terjaga di masa mendatang.

Suasana penuh kekeluargaan sekaligus haru menyelimuti acara pelepasan Pak Seno dan Bu Dahlia. Hal ini tidak terlepas dari kesan-kesan kebersamaan selama 18 tahun bersama dalam kegiatan sehari-hari.

“kami mohon maaf jika dalam pergaulan selama ini ada salah. Kebaikan bapak dan ibu tidak akan kami lupakan. Kami juga mohon doa bapak/ibu supaya kami bisa berhasil selama sejak pensiun” demikian Seno.

Acara berakhir dengan pemberian tali kasih oleh Kepala kepada Pak Seno dan Bu Dahlia.

Hilmar Farid Buka Seminar Media Massa dan Sosialisasi UU No.5/2017

0
Hilmar Farid

Padang – Dalam rangka pendukungan Hari Pers Nasional 2018, Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan ‘Seminar Media Massa dan Warisan Budaya serta Sosialisasi Undang-Undang No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan’. Kegiatan ini berlangsung pada Kamis 1 February 2018 di Ballroom Hotel Inna Muara, Padang, Sumatera Barat. Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid membuka secara resmi kegiatan tersebut.

Pembukaan oleh Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid

 

Turut hadir dalam seminar Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Nadjamuddin Ramly, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat Taufik Effendi, Kepala BPNB Sumbar Suarman, Kepala Balai Cagar Budaya Nurmatias, Kepala UPTD Taman Budaya Muasri, komunitas-komunitas budaya, tokoh seni, tokoh adat serta akademisi.

Acara dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya tiga stanza, kemudian diikuti pembacaan ayat Alquran oleh Hariadi, lalu pembacaan doa oleh Muasri. Setelah itu para peserta disuguhi penampilan tari pasambahan dari Sanggar seni Indo Jati. Selanjutnya adalah Laporan Direktur WDB, lalu diikuti pengarahan sekaligus pembukaan secara resmi seminar oleh Dirjen Kebudayaan.

Tari Pasambahan

Dalam laporannya, Direktur WDB Nadjamuddin Ramly menyampaikan alasan pemilihan Sumatera Barat sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan. Selain karena alasan pelaksanaan Hari Pers 2018 dipusatkan di Sumatera Barat, provinsi ini juga merupakan salah satu kiblat budaya yang sudah paripurna di Indonesia. Sumatera Barat memang terkenal dengan tokoh-tokoh intelektual, cerdik cendekia yang dikenal secara nasional, bahkan menjadi tokoh-tokoh pendiri NKRI. Sebut saja Moh. Hatta, Moh. Yamin, M. Natsir serta Buya Hamka.

Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid dalam arahannya menyampaikan bahwa ada satu kondisi yang terjadi akhir-akhir ini yakni disruption. Menurutnya, disruption ini adalah patahan, dimana ketika kita melaju di garis lurus tiba-tiba bertemu belokan. Kondisi ini terjadi karena perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat, yang menawarkan sesuatu dengan cepat dan sesuai dengan kebutuhan.

Salah satu contoh kondisi ini adalah kita tidak perlu ke bioskop hanya untuk menonton. Kita bisa memenuhi kebutuhan menonton hanya dengan gawai yang menyediakan lebih banyak menawarkan pilihan, cepat, dan sesuai kebutuhan. Teknologi informasi yang berkembang dalam kebudayaan telah mampu mendekatkan yang jauh dan sebaliknya. Hilmar Farid menyatakan bahwa hal tersebut menjadi tantangan kebudayaan sekarang ini.

Pada kesempatan tersebut Hilmar Farid juga menyampaikan harapannya bahwa seminar Media Massa dan Warisan Budaya serta Momen Hari Pers Nasional bisa menyelesaikan persoalan pelik tersebut. Dia berharap seminar benar-benar menjadi forum dalam merumuskan solusi untuk menghadapi tantangan baru media massa dan kebudayaan.

Setelah memberikan pengarahan, Hilmar Farid secara resmi membuka kegiatan Seminar Media Massa dan Warisan Budaya serta Sosialisasi Undang-Undang No.5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Launching Kegiatan 2018 BPNB Sumatera Barat

0

Padang – Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat mengadakan rapat bulanan sekaligus launching kegiatan 2018. Rapat tersebut dilaksanakan pada Rabu (31/1) di Ruang Sidang BPNB Sumbar. Rapat dipimpin langsung oleh Kepala BPNB Drs. Suarman dan dihadiri seluruh pegawai hadir.

Agenda rapat kali ini adalah launching kegiatan 2018 dan penetapan penanggung jawab masing-masing kegiatan. Rapat dimulai dengan pembukaan oleh Kasubbag Tata Usaha, selanjutnya pengarahan dari Kepala BPNB Sumbar yang dilanjutkan dengan pembacaan penanggungjawab masing-masing kegiatan.

Dalam arahannya Kepala BPNB Sumbar Drs. Suarman menyampaikan bahwa kegiatan 2018 harus bermuara pada tiga tujuan yakni Pengayaan bahan ajar/muatan lokal, pengusulan wbtb dan menjadi database dan informasi matrilineal. Hal ini sesuai dengan arahan Dirjen Kebudayaan dan sesuai tugas dan fungsi balai sebagai pelestari budaya. Sehingga semua kajian, inventarisasi maupun kegiatan lainnya harus diarahkan ke tiga fokus tersebut.

Suarman menambahkan bahwa kelemahan-kelemahan yang terjadi di tahun sebelumnya harus menjadi pelajaran dalam kegiatan tahun 2018 dan selanjutnya. Dia juga menekankan penting mengakui kelemahan, lalu belajar dari kelemahan tersebut dengan mencari ilmu-ilmu baru. Harapannya pelaksanaan kegiatan ke depan jauh lebih baik.

Dalam rapat kali ini semua jenis kegiatan disampaikan dengan masing-masing penanggungjawabnya. Beberapa dari kegiatan tersebut antara lain kajian pelestarian budaya, internalisasi nilai budaya, inventarisasi nilai budaya serta program bantuan pemerintah. Kegiatan tersebut dibagi dalam sukegiatan rutin seperti Jetrada, Laseda, Belajar Bersama Maestro serta Festival. Pada tahun 2018 ada beberapa kegiatan unggulan seperti Festival Multikultur dan Pekan Budaya Maritim.

Kegiatan unggulan akan dilaksanakan dengan sinergitas antar instansi dengan melibatkan pemerintah daerah serta kampus-kampus. Selain itu, para pemangku adat, sanggar-sanggar/komunitas sebagai pelaku budaya juga akan dilibatkan

Satu hal baru pada kegiatan 2018 dan dipandang baik adalah peneliti akan fokus pada kegiatan penelitian dan menulis. Dalam kegiatan non penelitian, para peneliti berperan hanya sebagai konsultan sesuai dengan bidang keahliannya. Selain itu peneliti bisa terlibat dalam berbagai pembahasan substansi mengenai kegiatan yang sedang berlangsung seperti menjadi narasumber.

Sementara itu, Satuan Pengawas Internal (SPI) juga menyampaikan harapannya dalam pelaksanaan kegiatan 2018. Undri, sebagai ketua SPI menyoroti bahwa ukuran keberhasilan kegiatan 2018 sebaiknya dinilai dari sudut pandang peserta. Beliau menyampaikan bahwa keberhasilan suatu program bukan dinilai oleh pelaksana programnya, tapi oleh orang yang dilibatkan. Dia juga menegaskan akan membagi questioner kepada peserta masing-masing kegiatan untuk menilai keberhasilan kegiatan tersebut.

Semoga pelaksanaan kegiatan tahun ini jauh lebih baik dari sebelumnya.