Rumah Sejarah Rengasdengklok, tidak lepas dari peristiwa penjemputan Ir.Soekarno dan Moh. Hatta oleh para pemuda, ke Rengasdengklok untuk segera mengumumkan kemerdekaan Indonesia, tanpa campur tangan dari Jepang. Pada tanggal 15 Agustus, kondisi Kota Jakarta sedang tegang dikarenakan ada desas desus penyerahan kekuaraan Jepang kepada sekutu. Penyerahan ini diketahui oleh para pejuang seperti Syahrir, dan para pemuda (Wikana, Chair Saleh, Sukardi, dll) (Lubis dkk, 2011:193). Opleh karena itu pemuda ingin secepatnya mengumumkan proklamasi, sedangkan Soekarno menolak karena berit penyerahaan kekuasaan belum jelas, dan tidak ingin mendahului PPK.
Perbedaan pendapat itulah yang mengakibatkan “peristiwa” Rengasdengklok Pemilihan lokasi Rengasdengklok dikarenakan, lokasinya yang terpencil, selain itu dipilih karena pada zaman penjajahan Jepang, wilayah tersebut merupakan tangsi Pembela Tanah Air (PETA) di bawah Purwakarta dan terdapat Daidan PETA di Jaga Monyet Rengasdengklok. Selain itu karena tempatnya terpencil sehingga memudahkan untuk memantau pergerakan Jepang.
Saat sampai di Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta awalnya ditempatkan di markas Peta, tapi karena alasan keamanan, dipindahkan ke salah satu rumah warga yang dekat dengan Markas Peta, yaitu rumah milik Djiaw Ki Song. Rumah inilah yang menjadi tempat pertama kali naskah proklamasi dirumuskan. Djiaw Ki Song merupakan seorang saudagar yang tinggal tidak jauh dari markas PETA, beliau diminta untuk mengosongkan rumahnya agar Soekarno dan Hatta dapat dengan tenang merumuskan naskah proklamasi.
Setelah mendapatkan kesepakatan, Soekarno Hatta kembali ke Jakarta tanggal 16 Agustus 1945 pada malam hari. Kemudian pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 teks proklamasi dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi Moh. Hatta di Jalan Pegangsaan Timur no 56 Jakarta.
Kondisi rumah ini sekarang telah bergeser dari lokasi aslinya. Lokasi awal berada di pinggir Sungai Citarum, tapi karena abrasi, sehingga Rumah Rengasdengklok ini digeser sejauh kurang lebih 150m. Sebagian dari furniture asli juga sudah ada yang dibawa ke Museum Nasional dan Mandala Wangsit. Rumah ini merupakan salah satu bangunan yang memiliki nilai penting dalam sejarah Kemerdekaan Indonesia. Selain menjadi tempat singgah Soekarno Hataa saat dibawa ke Rengasdengklok, rumah Djiaw Ki Song, juga menjadi tempat awal perumusan naskah proklamasi 9
10.00 teks proklamasi dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi Moh. Hatta di Jalan Pegangsaan Timur no 56 Jakarta.
Rumah Sejarah Rengasdengklok (Rumah Djiaw Ki Song) Kondisi rumah ini sekarang telah bergeser dari lokasi aslinya. Lokasi awal berada di pinggir Sungai Citarum, tapi karena abrasi, sehingga Rumah Rengasdengklok ini digeser sejauh kurang lebih 150m. Sebagian dari furniture asli juga sudah ada yang dibawa ke Museum Nasional dan Mandala Wangsit. Rumah ini merupakan salah satu bangunan yang memiliki nilai penting dalam sejarah Kemerdekaan Indonesia. Selain menjadi tempat singgah Soekarno Hataa saat dibawa ke Rengasdengklok, rumah Djiaw Ki Song, juga menjadi tempat awal perumusan naskah proklamasi.
Rumah Sejarah Rengasdengklok
Rumah Sejarah Rengasdengklok merupakan rumah singgah Soekarno pada saat dijemput oleh kaum muda ke Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945. Dirumah ini Soekarno pertama kali memnuliskan drafs pertama naskah Proklamasi. Saat ini Rumah Djiaw Ki Song sudah tidah insitu, namun masih mempertahanbentuk dan desain bangunan lama. Bangunan ini sudah dipindahkan 150m dari tempat aslinya. Awalnya rumah ini berada di daerah pinggiran Sungai Citarum, dan 10
dikarenakan abrasi sungai, sehingga posisinya dipindahkan ke tempat yang sekarang ini.
Bangunan rumah sekarang terdiri dari 2 bagian, yaitu bangunan lama dan baru. Bangunan yang dapat dikatakan sebagai cagar budaya adalah bangunn lama. Bangunan lama terletak bagian depan, terdiri dari 2 kamar tidur,1 ruang tamu, dan teras. Bangunan lama berbahan dasar kayu dan bambu, atap bangunan berbentuk pelana dengan lapisan genteng. Dinding luar bagian luar bangunan terbuat dari bahan kayu. Keseluruhan lantai pada bangunan lama terbuat dari ubin semen berwarna merah bata.
Teras rumah berukuran 10 x 4,2 m dan disangga dengan 4 tiang kayu dengan masing-masing lebar 30 cm. memasuki ruang tamu, terdapat pintu kayu dengan 2 daun pintu, ukuran tinggi pintu 2,1 m dan lebar 1,3 m. kusen dan daun pintu berwarna hijau. Pintu depan memiliki pengunci slot kayu. Di sisi kanan dan kiri pintu terdapat jendela kayu dengan ukuran lebar 1 m dan tinggi 1,4 m. jendela kayu memiliki 2 daun jendelan dengan model sisir tanpa kaca. Jendela diamankan dengan jeruji besi memanjang.
Ruang tamu berukuran 5,56 x 3,68 m. saat ini ruang tamu dipergunakan sebagai ruang pamer foto keluarg Djiaw Kie Siong serta pendaftaran tamu yang berkunjung ke rumah Rengasdengklok. Di sebelah barat dan timur ruang tamu terdapat kamar yang dinamakan ruang Soekarno dan ruang Hatta. Ukuran masing-masing kamar 5,56 x 2,54 m. Ruang ini memiliki satu jendela ukuran 1,35 x 0,9 m serta pintu ukuran 2,15 x 0,5 m. Pintu dan jendela berwarna hijau. Langit-langit kedua ruangan ini berbahan anyaman bambu. Di Ruang Hatta, lapisan dinding sebelah timur sudah bercampur dengan lembaran anyaman bambu.