Oray-orayan, Permainan Tradisional Masyarakat Sunda yang Tak Lekang oleh Waktu

You are currently viewing Oray-orayan, Permainan Tradisional Masyarakat Sunda yang Tak Lekang oleh Waktu

Oray-orayan, Permainan Tradisional Masyarakat Sunda yang Tak Lekang oleh Waktu

Oray-orayan merupakan salah satu permainan yang secara umum banyak ditemukan di daerah Jawa Barat dan begitu juga halnya di Banten. Khusus di Pandeglang, nama permainan ini juga sama yaitu oray-orayan. Permainan ini telah ada sejak dahulu meski tidak diketahui mulai kapan menjadi salah satu permainan tradisional di desa cilentung.

Permainan ini sangat mudah dan meriah untuk dilaksanakan karena tidak ada bahan yang diperlukan selain sebidang tanah cukup luas agar anak-anak leluasa membentuk barisan yang seperti oray ‘ular’. Bagian depan diartikan sebagai kepala dan bagian tengah serta belakang diartikan sebagai bagian tubuh dan ekor. Mereka membentuk barisan satu kolom dengan saling menumpu kedua tangan pada pundak teman di depannya. Sambil berjalan, mereka menyanyikan kawih yang biasa dinyanyikan, dengan syair sebagai berikut:

Oray orayan
Luar leor mapay sawah
Tong ka sawah
Parena keur sedeng beukah
Oray-orayan
Laur leor mapay leuwi
Tang ka leuwi
Di leuwi loba nu mandi
Oray-orayan
Oray naon, orya bungka, bungka naon, bungka laut
Laut naon, laut dipa, dipa naon, dipandeuriii…

Begitu syair berakhir, sang kepala berusaha menangkap bagian ekor, sementara sang ekor sendiri sudah mengatur strategi sehingga akan tampak seperti seekor ular yang meliuk-liuk karena antara kepala dengan ekor seakan saling mengejar. Yang harus menyesuaikan barisan adalah bagian tubuh ular karena tidak boleh putus. Hal ini membuat bagian tubuh seakan meliuk-liuk untuk mengikuti gerakan kepala dan ekor.

Jenis permainan ini dapat dilakukan baik anak perempuan maupun laki-laki namun diusahakan yang tidak berbeda jauh usia, rata-rata berusia SD, karena kelincahan gerak dari seekor ular harus diimbangi dengan porsi tubuh dan tenaga yang hampir seragam. Dikhawatirkan apabila ada anak yang berbeda jauh usianya akan terbanting atau terjatuh karena harus mengikuti gerakan seekor ular.
Melihat dari cara permainan oray-orayan maka tidak ada istilah pertandingan dan keuletan karena yang ada hanyalah sedikit ketangkasan yang didominasi oleh keceriaan yang kerap mewarnai setiap permainan ini baik berupa jeritan riang maupun tawa dari para pemain.

Sumber:
Nina Merlina, dkk, 2013. “Permainan Tradisional Anak-anak di Kabupaten Pandeglang”, Laporan Pengkajian Sejarah dan Budaya, Bandung: BPNB Jabar.