Mitos Pohon keramat di Kertajati
Oleh :
Ani Rostiyati
(BPNB Prov. Jabar)
Warga Desa Kertajati Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka menolak dengan adanya rencana merobohkan pohon “jati pereket” yang berada di pinggir jalan, untuk pembangunan jalan tol menuju Bandara Kertajati. Sejumlah warga menyayangkan adanya rencana penebangan pohon jati pereket, karena pohon jati tersebut menjadi mitos dan ikon Desa Kertajati.Tidak begitu jelas siapa yang menanam pohon jati tersebut, karena masyarakat tidak mengetahui sejarah secara pasti siapa yang menanam pohon tersebut. Mereka hanya mengetahui usia dari pohon yang tidak memiliki daun tersebut sudah ratusan tahun dan sangat dikeramatkan oleh masyarakat desa Kertajati. Dikeramatkan karena meskipun tidak ada daunnya dan kering pohon tersebut tidak mati atau keropos dan jika ditebang dipercaya akan mendatangkan petaka.
Kenapa pohon jati tersebut menjadi mitos dan dikeramatkan oleh masyarakat sehingga mereka menolak pohon tersebut ditebang, hal ini disebabkan karena menurut Levi-Strauss sebuah kisah atau mitos tidak harus dipertentangkan benar atau tidaknya, karena yang penting sudah dipercaya dan sudah ada dalam memori masyarakat.
Cara kerja mitos adalah sesuatu yang dianggap benar-benar ada dari generasi sebelumnya (leluhur) dan tidak bisa dibuktikan secara ilmiah tapi sangat dipercaya masyarakat. Pada mitos ini terdapat makna dan pesan-pesan dalam setiap kisah yang diceritakan, membuat masyarakat memahami untuk bisa mengaplikasikan dalam kehidupan sekarang ini, dimana kekerabatan sulit didapatkan dalam kehidupan yang modern. Oleh sebab itu, mitos menjadi tempat untuk bersosialisasi, bercengkrama, menciptakan kerukunan, tanpa saling membedakan kelas sosial pada masyarakat.
Adapun pesan-pesan yang mengandung makna pada mitos ini terdapat dalam bahasa masyarakat Kertajati. Membicarakan sebuah mitos haruslah menggunakan bahasa, bahasa juga bisa diartikan sebagai sebuah media, alat atau sarana untuk berkomunikasi, atau alat penyampaian dari satu individu ke individu lainnya, dari kelompok satu ke kelompok lainnya. Begitu juga dengan masyarakat Desa Kertajati yang menceritakan kisah ataupun mitos yang ada di tempat mereka sendiri. Masyarakat selalu menggunakan cerita sebagai media untuk mencari sebuah pesan-pesan yang terkandung di dalamnya.
Mitos menjadi salah satu bentuk mengaplikasikan apa yang disebut oleh Levi Strauss sebagai bahasa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan melihat perilaku pada masyarakat desa Kertajati terungkap bahwa mitos yang selalu diungkapkan lewat bahasa yang mengandung pesan dan makna membuat masyarakat setempat mengaplikasikan dalam kehidupan mereka secara individu maupun berkelompok, saling menjunjung tinggi tolong menolong, menciptakan kekerabatan antar sesama.
Dari kejadian yang terjadi dimasa lampau bisa diceritakan kembali tanpa adanya terikat oleh waktu. Dengan demikian mitos dalam bentuk tuturan bahasa dari masa ke masa secara lisan yang selalu digunakan untuk bersosialisasi kepada setiap individu masyarakat, maupun kelompok. Mitos juga mengandung simbol tanda dan penanda, tandanya adalah pohon yang dianggap suci dan keramat, dengan sebuah cerita tentang Syekh Muhammad Arjan sebagai sosok penyelamat pada masa penjajahan Belanda.
Selain bahasa, mitos juga terdapat dalam struktur masyarakat Desa Kertajati. Suatu struktur mitos diceritakan dari turun temurun, yang terdapat sebuah pesan dan makna. Pesan-pesan tersebut tidak terdapat dalam suatu mitos yang tunggal, melainkan dalam keseluruhan aspek mitos itu sendiri. Begitu juga dengan mitos pohon keramat di desa Kertajati, pengirimnya para nenek moyang, dan yang menerimanya adalah generasi sekarang.
Mitos yang ada di sini tidak berdiri sendiri, bukan pula mitos yang cepat memudar, melainkan mitos yang selalu dipelihara sampai sekarang, anak-anak yang ada di desa tersebut juga mengetahui sejarah dan mitos pohon keramat ini. Mitos juga ada pada nalar masyarakat Desa kertajati, masyarakat menceritakan kisah dan sejarah apa adanya, mengungkapkan berbagai imajinasi dalam menjawab persoalan yang ada.
Hubungan antara mitos dan cara manusia menalar membuktikan mudahnya mencari sesuatu yang tidak pernah kita ketahui, setiap apa yang disampaikan selalu menandakan keluhuran akhlak yang baik, perilaku yang baik, dan selalu mencontohkan kebaikan dalam setiap kisah nya. Nalar yang diungkapkan masyarakat sangatlah sederhana, bersahaja, dan simple jauh dari era kemoderenan. Perilaku dan cara masyarakat menggambarkan dan mempetakan suatu kisah dan cerita mengungkapkan uniknya manusia menalar untuk mengungkapkan keselarasan dalam memelihara kebudayaan mereka.
Cara berpikir masyarakat mengungkapkan kisah memang sesuatu yang selalu dilakukan bersama-sama, dari yang tua sampai yang anak-anak mengetahui dan menuturkan pengalaman yang mereka dengar oleh orang-orang yang mengetahui mitos sebelumnya. Masyarakat masih tetap mengingat dan mengemukakan mitos ini sebagai bahan untuk kebudayaan dan adat mereka, yang diungkapkan melalui penalaran, perilaku, serta bahasa mereka sendiri.
Terakhir, mitos bermakna nilai sosial budaya bagi masyarakat Desa Kertajati. Mitos itu selalu menunjukkan budaya suatu masyarakat Desa Keratajati. Mereka menggunakan mitos sebagai cara untuk menjawab segala apapun, dengan adanya mitos membuat masyarakat tahu cara terbaik memberikan rasa menghargai sesama, menghormati segala apapun, memelihara suatu yang dianggap sebagai warisan leluhur. Nilai-nilai dalam mitos menyelamatkan masyarakat desa dan penebangan salah satu pohon yang dikeramatkan ini. Maksudnya kita harus menjaga lingkungan hidup, melestarikan alam, serta tidak membuat kerugian kepada setiap makhluk hidup. Mitos ini mengajarkan kita untuk saling menjaga sesama dan lingkungan. Demikianlah mitos pada pohon keramat Jati pereket yang dipercaya masyarakat Kertajati sampai sekarang.