PENCAK SILAT DAN DEBUS SINAR SILIWANGI

You are currently viewing PENCAK SILAT DAN DEBUS SINAR SILIWANGI

PENCAK SILAT DAN DEBUS SINAR SILIWANGI

PENCAK SILAT DAN DEBUS SINAR SILIWANGI

Oleh:
Risa Nopianti
(BPNB Jabar)

Menurut Andayani, dkk (2012:21), Debus menunjuk pada kesenian yang memanifestasikan kekebalan atau kekuatan tubuh terhadap senjata tajam dan pukulan benda keras. Nama debus sendiri berasal dari kata dalam bahasa Arab, yakni dabbus, yang menunjuk pada senjata tajam yang digunakan dalam kesenian tersebut.
Sejarah awal keberadaan debus ditemukan di wilayah Cirebon, yang diduga sebagai permainan beladiri para walisanga dalam misinya menyebarkan Islam di Pulau Jawa. Di Cirebon sendiri, Debus diperkenalkan olah Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), kemudian dibawa ke Banten. Ketika Syarif Hidayatullah menaklukan Banten, debus kemudian dikembangkan oleh anaknya yaitu Sultan Hasanudin, sebagai bentuk permainan rakyat yang menggabungkan antara seni beladiri dan kekebalan tubuh. Tujuannya saat itu adalah untuk menyebarkan Islam ke beberapa pelosok wilayah Banten yang pada masa itu masih didominasi oleh kepercayaan Hindu Budha dan Animisme Dinamisme. Oleh Sebab itulah pada tahapan prosesnya, Debus diwarnai oleh adanya percampuran antara unsur islami dan kekuatan metafisik yang lebih mengarah ritual Hindu Budha.
Perkembangannya kemudian, Banten melahirkan jawara-jawara Debus yang tangguh dan terkenal hingga ke berbagai wilayah di Indonesia, termasuk dari tatar parahyangan. Telah banyak orang-orang dari luar daerah Banten berguru kepada Jawara Debus dari Banten, untuk mengadopsi kemampuannya menjadi orang yang kebal terhadap senjata tajam. Salah satu di antaranya adalah Haji Apih Ghozali, seorang pemuda yang berasal dari Bandung. Ilmu yang beliau peroleh dari gurunya di Banten, diaplikasikan kepada murid-muridnya di Bandung melalui Padepokan Sinar Banten yang dikelolanya. Padepokan ini kemudian melahirkan kembali jawara-jawara debus asli dari Bandung dan sekitarnya.
Padepokan Sinar Siliwangi adalah salah satu dari sekian banyak padepokan diwilayah Bandung Raya, dan sekitarnya yang dikelola oleh murid Haji Apih, yaitu Bapak Dodi Ariyanto atau yang biasa dipanggil Mang Odod. Mang Odod selalu menerapkan ajaran Apih untuk selalu menjaga adab tatakrama, sopan santun, serta budaya kepada siapapun yang menjadi lawan bicaranya. Begitu pula mengenai debus, ilmu kebal atau beliau menyebutnya ilmu wawuh yang diperolehnya dengan perjuangan yang sangat keras, merupakan ilmu yang harus dikuasai dengan baik supaya dapat menjadi jawara Debus yang baik, oleh karenanya harus menghindari hal-hal yang mengandung unsur maksiat, serta harus percaya pada kemampuan diri sendiri dan bantuan Allah swt. Kemampuan Debus Odod yang mumpuni, ditambah kemampuan silat penca yang diperoleh dari Guru silatnya di Padepokan Darma Bakti, akan menjadi sebuah pertunjukan Kolaborasi antara Silat Penca dan Debus yang sangat menarik untuk disaksikan.

Pertunjukan Silat Penca dan Debus ini akan dilaksanakan dalam format daring, melalui kegiatan Motekar (Motivasi untuk Terus Berkarya). Motekar merupakan sebuah acara baru yang digagas oleh BPNB Jabar sebagai bentuk apresiasi juga wadah kreatifitas para seniman untuk tetap senantiasa berkarya di tengah Pandemi Covid 19 saat ini. Acara daring ini akan disiarkan secara LIVE pada :
Tanggal         : Kamis, 16 Juli 2020
Pukul            : 16.00 WIB
Media Daring : https://www.youtube.com/BPNBJabar (LIVE)