Kopi Jahe merupakan salah satu kuliner Betawi yang telah ada sejak abad ke-18. Pada saat itu, banyak pedagang yang menggunakan perahu dan rakit menyusuri Kali Cisadane untuk membawa komoditi sebagian besar adalah rempah-rempah. Lokasi sandar transportasi sungai adalah Pelabuhan di Tepi Kali Angke. Masyarakat di sekitar Kali Angke cenderung agamis dan memiliki kebiasaan merayakan pesta (khitanan, pernikahan) atau memperingati hari besar seperti Maulidan, Mikrajan, dan Khatam Al Quran dengan menghidangkan berbagai jenis makanan dan minuman. Kopi Jahe menjadi salah satu minuman yang disajikan sebagai pelengkap sajian. Status Kopi Jahe pada waktu itu tergolong istimewa karena hanya disajikan pada acara-acara tertentu (Heni, 2019: 43). Masyarakat Betawi menyebut Kopi Jahe dengan nama Zanzabil, sedangkan kata ”kopi” disebut dengan nama Gahwa. Perbedaan penamaan ini disebabkan kebiasaan minum kopi yang awalnya berasal dari bangsa Arab dan barat (Portugis) didominasi oleh rasa pahit. Masyarakat Betawi lalu mencampurkan beberapa rempah-rempah sehingga minuman kopi tersebut lebih dikenal dengan nama Kopi Jahe.
Bagi Warga Betawi keturunan Arab Pekojan, Kopi Jahe biasa disajikan untuk melengkapi hidangan nasi kebuli. Selain sebagai pelengkap sajian, Kopi Jahe juga kerap disajikan pada acara atau kegiatan yang dilakukan pada malam hari. Maksud penyajian dalam kegiatan malam tersebut lebih mengarah kandungan rempah rempah dalam racikan Kopi Jahe yang berfungsi sebagai minuman yang mampu mengusir hawa dingin pada malam hari. Adapun rempah-rempah yang dimaksud diantaranya jahe merah, cengkih, kapulaga, kayumanis, dan daun pandan.
Dalam proses penyajian, menurut Cucu Sulaicha dalam Subakti (2019), kopi jahe biasanya dicampur dengan susu kental manis dan gula pasir (opsional). Waktu penyajian kopi jahe yang paling tepat adalah sore dan malam hari. Melalui sajian Kopi Jahe, tersirat makna kebersamaan dan keterbukaan dalam berbagi pengalaman dari para warga yang berkumpul baik dalam acara hajatan maupun kegiatan lainnya.
Sumber:
Heni Pridia Rukmini Sari, 2019.”Identifikasi Potensi Kopi Jahe Sebagai Oleh-Oleh Khas Betawi”, Destinesia Jurnal Hospitaliti & Pariwisata, Vol. 1, No. 1, September 2019, pp. 36-49
Subakti Muttaqin, 2019. “Kopi Jahe, Minuman Khas Betawi”, dalam https://www.youtube.com/watch?v=GJyI_0Cdq6I 11 Desember 2019.
(Irvan Setiawan)