Dari sudut pedesaan di Plered, ada satu sosok yang dikenal dengan sebutan Ma Rangi yang kala itu dikenal sebagai penjual sate. Lama waktu berjalan, sebutan Ma Rangi dengan satenya kemudian semakin melekat dan saat ini menjadi nama salah satu kuliner favorit di Kabupaten Purwakarta yang dikenal dengan Sate Maranggi. Tidak hanya di Purwakarta, nama Sate Maranggi juga sudah dikenal oleh wisatawan nusantara. Tak heran bagi para wisatawan yang sengaja datang ke Purwakarta, salah satu tujuan mereka adalah menikmati kelezatan Sate Maranggi.
Sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda, Sate Maranggi kemudian diajukan oleh BPNB Jabar dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat ke Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Upaya ini berhasil dan Sate Maranggi akhirnya ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia pada tahun 2018.
Lain halnya dengan Sate Maranggi, angklung juga menjadi salah satu alat musik yang akrab di telinga masyarakat Kabupaten Purwakarta. Angklung sebagai Warisan Budaya Takbenda telah lebih dahulu disahkan bahkan ke tingkat UNESCO untuk menjadi bagian dari World Culture Heritage dengan nama ajuan adalah Indonesian Angklung. Pengesahan dilakukan pada tanggal 17 November 2010 di Nairobi, Kenya. Angklung sebagai World Culture Heritage dimasukan dalam kategori Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity.
Status sebagai Warisan Budaya Takbenda tingkat Nasional dan internasional yang melekat pada dua kekayaan budaya tersebut tentunya harus dibarengi dengan wujud dan perilaku masyarakat yang secara aktif berupaya melestarikannya. Sosialisasi menjadi salah satu unsur penting dalam upaya tersebut utamanya ditujukan kepada generasi muda sebagai generasi penerus bangsa.
Berkaitan dengan hal tersebut, BPNB Jabar pada tahun anggaran 2019 mengadakan kegiatan yang bernama “Penayangan Film dan Diskusi Nilai Budaya”. Salah satu lokasi yang menjadi tujuan kegiatan tersebut adalah SMK Negeri 2 Purwakarta yang dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2019.
Diikuti oleh siswa siswi dari beberapa sekolah di Kabupaten Purwakarta, kegiatan yang diketuai oleh Dra. Dian Dianawati ini diawali menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Acara dilanjutkan dengan dua sambutan yaitu sambutan penyelenggara yang disampaikan oleh Iim Imadudin, S.S., M.Hum selaku Kasubbag TU BPNB Jabar, dan sambutan serta pembukaan oleh pihak Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Purwakarta. Setelah Sesi sambutan dilanjutkan penyerahan cinderamata yang diberikan pihak penyelenggara (BPNB Jabar) kepada instansi yang terkait dengan kegiatan Penayangan Film dan Diskusi Nilai Budaya.
Selesai seremonial pembukaan, dilanjutkan pada materi utama kegiatan yang diawali pemutaran dua buah film yaitu Sate Maranggi dan Angklung. Selesai menyaksikan dua buah film tersebut, siswa diajak “menerawang” lebih jauh tentang Sate Maranggi dan Angklung. Bertindak sebagai narasumber adalah Heri Anwar, SH., M.M. dan Manshur Praditya S.Tr.Sn.
Materi pertama dikemukakan oleh Heri Anwar, SH., M.M. yang membahas materi berjudul “Sate Maranggi sebagai Makanan Khas Purwakarta”. Sementara untuk materi kedua dipaparkan oleh Manshur Praditya S.Tr.Sn. yang membahas tentang “Angklung Masa Kini sebagai Alat Diplomasi Budaya”. Dua materi tersebut dipaparkan dengan sangat menarik sehingga menggugah siswa untuk mengajukan banyak pertanyaan. Saking antusiasnya, Aslina Dewi A., S.Pd., MM. dan Harry Purnama selaku moderator pada dua sesi tersebut dibuat kerepotan karena banyak siswa yang berebut untuk mengajukan pertanyaan. Namun demikian, narasumber dapat merangkum pertanyaan yang diajukan siswa. Jawaban lugas, sederhana namun tepat disampaikan oleh dua narasumber tersebut. (irvan)