A. Latar Belakang
Negara Republik Indonesia adalah negara maritim terbesar di dunia. Hampir 2/3 wilayah Indonesia terdiri atas laut dan sisanya merupakan pulau-pulau. Dengan demikian, kondisi Indonesia lebih banyak daerah perairan daripada daerah daratan. Karena kondisi geografis itulah, Indonesia memiliki kekayaan budaya maritim yang diwariskan nenek moyang bangsa Indonesia sejak zaman dahulu. Bahkan, pada masa lalu budaya maritim pernah mengalami masa-masa kejayaan dengan pelaut-pelautnya yang tangguh dan disegani; juga mengalami kemajuan pesat dalam perdagangan internasional melalui jalur maritim.
Seorang antropolog, James M Acheson, mengatakan bahwa laut memiliki karakter yang khas. Oleh karena itu, dari pendekatan ilmu sosial, manusia perlu beradaptasi secara khusus pula. Dengan pemahaman itu, kebudayaan ideal yang dibutuhkan untuk beradaptasi terhadap karakter laut atau maritim, tidak hanya menunjukkan kemampuan manusia menaklukkan keganasan laut sehingga manusia mampu mengakses dan mengeksploitasi kekayaannya. Selain itu, diperlukan juga budaya yang berkarakter memelihara dan menjaga laut dari ancaman degradasi atau kehancuran.
Menurut A. Sonny Keraf, paradigma berpikir manusia maritim adalah sistemis-organis-ekologis. Dalam hal ini, manusia adalah makhluk ekologis, yang entitasnya tak terpisahkan dari alam seluruhnya. Mereka merupakan masyarakat komunal, dan tentu saja hidup berkomunitas dan beraktivitas. Secara komunal, mereka tunduk pada kaidah, aturan, dan hukum yang mengikatnya. Hal yang mendasar adalah anggapan bahwa manusia maritim bergantung satu sama lain dengan seluruh makhluk hidup lain dalam sebuah ekosistem. Dia tidak berusaha mendominasi alam, tetapi bergantung pada alam. Ada kecenderungan untuk merawat dan menjaga kehidupan lain di luar dirinya, yang eksistensinya jelas akan memengaruhi kehidupan masyarakat itu sendiri. Disadari betul bahwa laut adalah kehidupan dan sumber kehidupan. Oleh karena itu, keselarasan dalam sebuah kesatuan yang utuh, merupakan perilaku masyarakat maritim. Itulah kearifan lokal yang terkandung dalam budaya maritim. Kekayaan budaya berupa kearifan lokal yang terkandung dalam budaya maritim dipandang perlu untuk diketahui oleh generasi muda sebagai penerus bangsa.
Perhatian khusus bagi generasi muda merupakan hal yang menarik karena mereka adalah penerus dan pendukung kebudayaan yang ada sekarang ini. Perubahan pandangan, pengetahuan, sikap dan tingkah laku pada diri mereka akan berdampak besar terhadap corak dan nuansa kebudayaan di masa depan. Padahal di sisi lain, mereka itu sangat mudah dipengaruhi oleh unsur kebudayaaan luar/asing di luar kebudayaan yang dikenalnya. Oleh karena itu, dirasa perlu untuk melakukan suatu tindakan, utamanya dalam bentuk memperkenalkan, supaya mereka mengenal kebudayaan yang hidup dan berkembang di lingkungannya. Pengenalan tersebut, pada gilirannya akan bermuara pada upaya untuk mencintai kebudayaan sendiri, sehingga kebudayaan yang ditumbuhkembangkan tidak lepas dari akarnya.
Sebagai upaya agar memiliki keinginan dan bisa memahami perbedaan budaya, mereka harus diperkenalkan pada aspek-aspek kebudayaan dari luar lingkup kebudayaannya sendiri. Upaya tersebut diharapkan dapat mengikis etnosentrisme yang sempit, meningkatkan pemahaman bahwa budaya yang ditumbuhkembangkan masing-masing etnik merupakan jatidiri etnik yang bersangkutan, juga memperkaya wawasan mereka tentang kemajemukan budaya. Sehubungan hal tersebut, pada tahun anggaran 2014 Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung menyelenggarakan kegiatan Jejak Tradisi Daerah (Jetrada).
B. Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah (1) meningkatkan pengetahuan para siswa tentang arti penting nilai budaya yang tercermin dalam kehidupan masyarakat nelayan yang mengusung budaya maritim; (2) meningkatkan pemahaman generasi muda tentang kemajemukan kebudayaan.
C. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup kegiatan Jejak Tradisi Daerah meliputi dua hal yakni lokasi dan jenis kegiatan. Lokasi yang dipilih untuk melaksanakan kegiatan ini adalah Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat. Adapun jenis kegiatannya: (1) Mengunjungi kampung nelayan, yakni Kampung Babakan, Desa Babakan, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran (2) Pembuatan deskripsi kearifan lokal masyarakat nelayan melalui kegiatan penggalian data dan wawancara dengan informan; (3) Workshop permainan layang-layang, yang meliputi penjelasan tentang permainan layang-layang; pembuatan layang-layang; praktik melukis layang-layang; dan menerbangkan layang-layang; dan (4) serta penyuluhan Narkoba yang disampaikan oleh perwakilan dari Polres Pangandaran.
D. Tema
Tema kegiatan Jejak Tradisi Daerah (Jetrada) pada tahun 2014 adalah “Mengenal budaya maritim untuk memahami keragaman budaya”.
E. Peserta
Kegiatan Jejak Tradisi Daerah diikuti oleh 150 peserta, yang terdiri atas siswa-siswi dan guru SMA/sederajat yang ada di wilayah kerja BPNB Bandung, peliput (media massa), dan staf di Direktorat Pembinaan Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi.