Seiring pesatnya perkembangan kemajuan zaman, ketika teknologi mulai merambah ke penjuru dunia, begitu pula pesatnya perkembangan medis dan pengobatan moderen, ternyata keberadaan pengobatan tradisional tidak dapat lenyap begitu saja. Sampai sekarang masyarakat masih menggunakan dan memanfaatkannya, baik di kota maupun di pedesaan seperti halnya pada masyarakat Banten khususnya masyarakat Baduy dan sekitarnya.
Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu mudahnya mendapatkan bahan-bahan obat tradisional karena berada di lingkungan sekitar rumah seperti halaman, kebun, dan hutan. Pengobatan tradisional tidak memiliki efek samping, sehingga aman dikonsumsi oleh siapapun termasuk ibu hamil, orang tua dan anak-anak. Pengobatan tradisional sangat mudah untuk diramu atau dibuat baik sendirian maupun oleh orang lain, karena pembuatannya tidak rumit dan dapat dikatakan sangat sederhana. Pengobatan tradisional dapat dijadikan sebagai tindakan pertolongan pertama, artinya jika seseorang terkena penyakit maka dibuatlah obat tradisional kemudian diminumkan. Namun jika tidak mengalami perubahan dan sakitnya tidak kunjung sembuh, barulah memanfaatkan pengobatan medis.
Berdasarkan pengkajian dan pengamatan dalam pemakaian obat tradisional di Banten khususnya di tiga tempat yang dijadikan sampel penelitian ini yaitu masyarakat Baduy Panamping (Baduy luar), Baduy Dangka, dan masyarakat sekitar pemukiman Baduy yakni masyarakat Desa Bojong Menteng, pertama, di ketiga tempat tersebut masih memanfaatkan pengobatan tradisional khususnya masyarakat Baduy, Baduy Panamping dan Baduy Dangka. Sedangkan pengobatan tradisional baik cara penggunaannya maupun bahan-bahannya walaupun ada perbedaan namun tidak terlalu mencolok. Artinya pengobatan tradisional di ketiga sampel tersebut tampak saling mempengaruhi walaupun tidak semuanya sama dan berbeda.
Persamaan dan perbedaan pengobatan tradisional di antaranya dapat dilihat dari bahan yang digunakannya misalnya pengobatan batuk pada masyarakat Baduy Panamping dan Baduy Dangka menggunakan bahan tuak awi tepus, sedangkan masyarakat Bojong Menteng menggunakan bahan daun igohgoran dan jahe beureum. Pengobatan demam (muriang) pada masyarakat Baduy Panamping sama dengan masyarakat Bojong Menteng yaitu menggunakan daun kaca piring. Sementara itu pengobatan sakit gigi pada masyarakat Baduy Panamping menggunakan bahan tangkal kadu/duren dan tangkal gintung sedangkan masyarakat Baduy Dangka mengunakan bahan daun cocok roman dan getah angsana. Begitu pula pengobatan saki mata pada masyarakat Baduy Panamping mednggunakan tuak akar randu, kayu kigeulis, daun sirih, dan bunga korejet sementara masyarakay Baduy Dangka menggunakan bahan tuak leuksa (areuy), tak harendong, dan kicimbang areuy. Pengobatan untuk mengatasi kurangnya Air Susu Ibu (ASI) pada masyarakat Baduy Panamping dan masyarakat Bojong Menteng menggunakan bahan sayur pepaya muda, sedangkan masyarakat Baduy Dangka menggunakan daun seuhang. Pengobatan penyakit tipes pada masyarakat Baduy Panamping dengan masyarakat Bojong Menteng menggunakan bahan tuak bumi (cacing kalung). Pengobatan mencret/diare pada masyarakat Baduy Panamping sama dengan masyarakat Bojong Menteng menggunakan daun jambu batu yang masih muda dan kulit manggis. Pengobatan sakit maag (lambung) pada masyarakat Baduy Panamping sama dengan masyarakat Bojong Menteng mengunakan laja goah, sementara masyarakat Baduy Dangka menggunakan kunir (koneng). Pengobatan susah Buang Air Besar (BAB) menggunakan buah peundeuy (lamtorogung) baik pada masyarakat Baduy Panamping, Baduy Dangka maupun masyarakat Bojong Menteng. Selain itu, obat lainnya menggunakan bahan buah pepaya digunakan masyarakat Baduy Panamping dengan masyarakat Bojong Menteng. Pengobatan susah Buang Air Kecil (BAK) menggunakan bahan daun pecang beling baik pada masyarakat Baduy Panamping, masyarakat Baduy Dangka maupun masyarakat Bojong Menteng. Pengobatan sakit panas badan pada masyarakat Baduy Panamping dengan masyarakat Baduy Dangka menggunakan daun kaca piring. Begitupun sakit pusing pada masyarakat Baduy Panamping dengan masyarakat Baduy Dangka menggunakan obat daun kanyere. Pengobatan sakit darah tinggi pada masyarakat Baduy panamping dengan Baduy Dangka menggunakan bahan obat dari buah mengkudu, sementara itu masyarakat Baduy dangka dengan masyarakat Bojong Menteng menggunakan buah belimbing untuk menyembuhkan darah tinggi.
Perbedaan pengobatan pada ketiga sampel penelitian terjadi ketika mengobati penyakit bisul (abses), masyarakat Baduy panamping menggunakan daun emes, masyarakat Baduy Dangka menggunakan Kacang hijau dan kacang merah, sementara masyarakat Bojong Menteng menggunakan buah bangban. Pengobatan sakit kulit seperti kurap/panu pada masyarakat Baduy Panamping dan masyarakat Baduy Dangka menggunakan bahan obat laja/laos, sementara itu masyarakat Baduy Dangka dan masyarakat Bojong Menteng menggunakan bahan obat kunir (koneng). Pengobatan asma pada masyarakat Baduy panamping menggunakan kukusan aseupan sementara masyarakat Baduy Dangka menggunakan daun singhub, begitu pula pengobatan sakit perut pada masyarakat Baduy panamping menggunakan kulit durian sedangkan masyarakat Baduy Dangka menggunakan daun konyal dan daun hantap. Pengobatan sakit kuning (lever) pada masyarakat Baduy panamping dan masyarakat Bojong Menteng menggunakan bahan obat tuak areuy dan daun kikoneng.
Pengobatan sakit rheumatik pada masyarakat Baduy Panamping menggunakan bahan obat jahe beureum, sedangkan pada masyarakat Baduy Dangka dan masyarakat Bojong Menteng menggunakan bahan obat daun kiencok. Pengobatan sakit kencing manis (diabeteus melitus) pada masyarakat Baduy Panamping dan masyarakat baduy Dangka menggunakan bahan obat pete yang sudah tua, sementara itu masyarakat Bojong Menteng menggunakan bahan obat siki kiudar dan undur-undur. Pengobatan untuk vitalitas pada masyarakat Baduy Panamping dan masyarakat Baduy Dangka menggunakan bahan obat akar tangkur.(Irvan)
Dikutip dari Yuzar Purnama dkk, “Pengetahuan Masyarakat tentang Pengobatan Tradisional Banten”, Laporan Pengkajian Pelestarian Nilai Budaya, Bandung: BPNB Jabar, 2017