Situs Sokoliman adalah tempat penyimpanan dan pelestarian peninggalan budaya dari masa Megalitikum atau masa batu besar. Luas situs ini 2000 m2. Beberapa benda yang ada di sana, antara lain menhir (batu tegak yang merupakan objek pemujaan), waruga (kubur batu), dan papan kubur batu.

     Uniknya, semua peninggalan tersebut berasal dari bongkahan batu kapur dan memiliki ornamen khas. Mungkin jawaban mengapa semua artefak yang ditemukan berasal dari bongkahan batu kapur tersebut disebabkan oleh topografi Kabupaten Gunungkidul. Wilayah Gunungkidul sebagian besar daerahnya berupa batuan karst. Keberadaan ornamen tersebut menjadi penanda bahwa peradaban pada zaman itu, di wilayah Gunungkidul sudah lebih maju dibandingkan dengan kawasan lainnya yang berada di sekitarnya.

     Selain peninggalan-peninggalan yang telah disebutkan, di sekitar situs tersebut juga ditemukan gua yang diduga sebagai tempat tinggal manusia purba pada masa Megalitikum.

Menhir (Foto: Dok. BPCB DIY)

     Ditemukan pula Situs Sumur Gede yang menjadi bukti kuat adanya kehidupan di sana. Sumur tersebut menjadi sumber mata air yang digunakan untuk konsumsi dan mengairi tanaman.   Pada masa itu sudah dikenal adanya teknik bercocok tanam secara sederhana atau sering disebut dengan food producing. Bahkan juga ditemukan pula perabot rumah tangga seperti tembikar dan gagang pedang di sekitar situs tersebut.

     Situs Sokoliman ini pertama kali dilaporkan oleh seorang peneliti bernama J. L. Moens dan van Der Hoop pada tahun 1934. Mereka berhasil menemukan beberapa kubur batu dan kerangka manusia beserta bekalnya berupa manik-manik, alat besi, fragmen, gerabah, dan benda-penda perunggu di tepi Sungai Oya, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul.

     Sebelumnya artefak-artefak ini menyebar di sekitaran lahan warga dan terbengkalai. Kemudian artefak-artefak yang tersebar dikumpulkan pada sebuah tempat dan diteliti oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta  bekerjasama dengan Departemen Arkeologi, Universitas Gadjah Mada pada tahun 1988-1992. Benda-benda yang ada di Penampungan Sokoliman ini dikelompokkan sebagai berikut:

  1. Kelompok I berada di sebelah utara pintu masuk (teras I) yang berisi 86 buah menhir;
  2. Kelompok II berada di teras kedua yang berisi 5 buah kubur batu;
  3. Kelompok III berada di teras ketiga yang berisi 7 buah lempeng batu.
Peti Kubur Batu (Foto: Dok. BPCB DIY)

     Nama Sokoliman berasal dari lima buah artefak yang berbentuk lonjong menjulang seperti tiang atau dalam bahasa Jawa disebut soko. Jadi sokoliman berarti lima sangga atau tiang.

     Penelitian terhadap situs ini masih dilakukan hingga saat ini, baik yang dilakukan oleh peneliti lokal maupun mancanegara.  Hal ini dikarenakan, penemuan-penemuan tersebut membuktikan bahwa masih banyak artefak yang tersebar di daerah Sokoliman ini, baik yang berada di permukaan tanah maupun yang terkubur di dalam tanah.  Ini tentu akan menambah artefak yang ada di Situs Sokoliman ini dari waktu ke waktu.

     Pada tahun 2016, pemerintah Kabupaten Gunungkidul melakukan pemugaran terhadap Situs Sokoliman dan melengkapinya dengan berbagai fasilitas yang memadahi. Pada tahun 2019, Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul melakukan penambahan fasilitas dengan mendirikan gazebo bagi para pengunjung. Bahkan terdapat fasilitas wifi yang disediakan langsung oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Gunungkidul. Jadi pengunjung tidak perlu takut kehilangan sinyal dan kepanasan selama melakukan penjelajahan di kawasan ini.

Situsasi Situs Sokoliman (Foto: Dok. BPCB DIY)

     Namun, masih ada kekurangan dari situs ini. Salah satunya adalah akses jalan menuju ke Situs Sokoliman ini belum dapat dikatakan nyaman. Kita harus melewati jalanan pedesaan yang sempit dan belum begitu bagus. Situs ini berada di pinggir pemukiman warga, sehingga kita tidak jarang berpapasan dengan warga yang sedang beraktivitas di sekitaran tempat tersebut.

     Biaya yang harus dikeluarkan untuk memasuki kawasan Situs Sokoliman ini masih terbilang terjangkau, hanya 10.000 rupiah untuk umum dan 5.000 rupiah untuk pelajar. Dengan biaya tersebut, kita dapat merasakan secara langsung bagaimana kehidupan masa lampau yang ada di sana. Kita juga dapat belajar dan mengamati setiap artefak yang ada di situs tersebut.

     Bagi pecinta sejarah, tentu tempat ini wajib untuk dimasukkan ke dalam daftar tempat yang harus dikunjungi saat berada di Kabupaten Gunungkidul dan mempelajari langsung tentang peninggalan-peninggalan manusia terdahulu. Sebab, keunikan dari mempelajari situs purbakala ini bukan hanya sebatas mengagumi bentuk atau detailnya saja.

     Situs ini juga dapat membuka wawasan kita mengenai rahasia besar berupa sejarah awal mula kehidupan manusia.  Bagaimana mereka dapat mengembangkan ilmu pengetahuan mereka untuk bertahan hidup pada zamannya. Bertahan hidup di kawasan yang sekarang kita kenal sebagai kawasan pegunungan seribu atau daerah Kabupaten Gunungkidul.

     Kita wajib menjaga dan menghargai Situs Sokoliman beserta fasilitas pendukungnya. Benda-benda yang ada di situs ini rawan rusak karena sudah berusia lama dan bahannya yang mudah rapuh. Oleh karena itu kita harus berhati-hati, jangan sampai kita merusak atau memindahkan artefak yang ada di sana. Jangan lupa untuk mengunjungi, melindungi, dan melestarikan cagar budaya yang di sekitar kita.

(*Ditulis oleh  Nadia Thifalia Rahmawati. Tulisan ini mengantarkan penulisnya meraih juara ketiga lomba menulis feature dalam kegiatan Jelajah Budaya Virtual yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2020)

** Artikel telah disunting oleh   tim penyunting website BPCB DIY