Bangunan candi berusia ratusan bahkan ribuan tahun telah  berinteraksi dengan berbagai kondisi alam seperti perubahan cuaca dan suhu, serta pergantian musim.  Dua musim yang ada di negara Indonesia, yaitu  musim hujan dan musim kemarau dapat memengaruhi tingkat kelembapan lingkungan. Tinggi dan rendahnya kelembapan lingkungan berdampak pada batuan penyusun candi.

Pembersihan mekanis kering dengan sapu ijuk bagian tubuh Candi Nandi (Dok.BPCB DIY. 2021)

     Kelembapan lingkungan menjadi faktor penentu pertumbuhan tanaman herba seperti rumput dan tanaman tingkat tinggi lainnya, serta mikroorganisme (umumnya lichen atau jamur kerak dan moss atau lumut) pada bangunan candi. Tanaman herba dan mikroorganisme ini jika tidak dibersihkan dapat merusak batu-batu penyusun candi.

Pembersihan mekanis kering dengan sapu ijuk bagian kala Candi Brahma (Dok.BPCB DIY.2021)
Pembersihan mekanis kering dengan sapu ijuk pada bagian kaki Candi Garuda (Dok.BPCB DIY.2021)

     Untuk mencegah kerusakan pada candi, maka diperlukan sejumlah perawatan khusus, salah satunya adalah pembersihan mekanis kering. Pembersihan mekanis kering bertujuan menghilangkan tumbuhan herba dan mikroorganisme pada batuan candi. Alat pembersih yang digunakan terdiri dari sikat ijuk, solet bambu, keranjang sampah, dan sapu lidi.

Pembersihan Gapura sisi Utara Halaman 1 (Dok.BPCB DIY.2021)

     Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (BPCB DIY) secara rutin membersihkan candi-candi yang dikelolanya. Pada tanggal 9 – 22 Februari 2021, Tim Juru Pelihara dari BPCB DIY melakukan pembersihan pada seluruh bangunan candi dan struktur yang berada di Kompleks Candi Prambanan.

     Candi-candi yang dibersihkan antara lain Candi Siwa, Candi Brahma, Candi Wisnu, tiga buah Candi Wahana, dua buah Candi Apit, lima buah Candi Perwara yang telah dipugar, dan gapura pagar di Halaman I. Tim Juru Pelihara memanjat candi-candi yang menjulang dengan berbekal alat panjat yang memenuhi standar keamanan.