D.I. Yogyakarta, BPCB DIY — Riuh aktivitas tenaga pemugaran memecah suasana hening di Candi Barong dari awal Juli hingga Desember 2022. Kegiatan pemugaran yang dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi D.I. Yogyakarta (BPCB DIY) tersebut, menyasar bagian talut III teras IV bagian selatan sisi timur.
Talut yang berada di halaman Candi Barong merupakan struktur asli. Diperkirakan sudah dibangun sejak masa Mataram Kuno, yakni sekitar abad 9-10 M. Keberadaan talut di Candi Barong jika ditilik secara geografis memang sangat diperlukan. Mengingat keletakannya yang berada di perbukitan kapur dengan kontur tanahnya yang miring. Kawasan itu disebut juga sebagai dataran tinggi Sorogedug.
Candi Barong secara administratif terletak di Dusun Candisari, Desa Sambirejo, Kapanewon Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berdasarkan riwayat pelestariannya, Candi Barong telah ditangani secara intensif sejak tahun 1979 oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala D.I. Yogyakarta (sekarang BPCB DIY). Pelestarian Candi Barong dilaksanakan secara berkesinambungan. Termasuk kegiatan pemugarannya.
Pemugaran struktur talut III dilakukan secara parsial. Kegiatan pemugaran pada tahun ini merupakan kelanjutan dari kegiatan pemugaran talut bagian selatan sisi barat yang telah rampung pada 2015.
Pemugaran talut pada candi yang berlatar agama Hindu ini, secara umum bermaksud untuk mengembalikan bentuk aslinya. Tentunya, hal itu dilakukan sebagai bentuk dedikasi BPCB DIY untuk dapat terus melestarikan cagar budaya, khususnya yang ada di D.I. Yogyakarta.
“Pemugaran talut yang dilakukan pada Candi Barong, dimaksudkan untuk mengembalikan bentuk asli dari arsitektur bangunan candi sesuai dengan prinsip-prinsip arkeologis. Yaitu terkait keaslian bahan, bentuk, tata letak, dan teknik pengerjaan,” jelas Himawan Prasetyo, Pamong Budaya Ahli Muda di Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi D.I. Yogyakarta (BPCB DIY).
Arkeolog dari BPCB DIY, Retno Isnurwindryaswari, juga menambahkan urutan secara detail mengenai proses yang harus dilalui pada kegiatan pemugaran talut tersebut. Yakni mencakup pemasangan bowplank, ekskavasi, registrasi batu, pembongkaran batu in situ, susun coba, pembuatan batu pengganti, pembuatan pondasi, pengolesan kedap air pada batu, penyusunan kembali batu asli dan batu pengganti serta pemasangan perkuatan berupa hak angkur, pemasangan tanda batu baru, dan penyelarasan batu baru.
Secara garis besar, kegiatan pemugaran talut meliputi tahapan sebagai berikut. Pertama adalah ekskavasi. Tujuan dilakukannya ekskavasi yaitu untuk menampakkan struktur talut yang masih terpendam. Setelah kondisi talut berhasil ditampakan kemudian tahap kedua yaitu registrasi batu insitu. Kegiatan ini yaitu memberi tanda atau kode khusus pada batu-batu komponen talut dengan menggunakan cat lunak atau flintkote warna putih. Maksud dari pemberian tanda ini adalah untuk memudahkan dalam pengklasifikasian batu dan penyusunan kembali setelah dibongkar.
Ketiga, pembongkaran batu insitu. Batu hasil pembongkaran ini lalu diangkut dan dikelompokkan. Pengelompokan batu dilakukan oleh steller. Keempat yaitu susun coba. Dilakukan dengan cara menyusun ulang komponen batu insitu hasil pembongkaran. Tujuan kegiatan ini adalah mencocokkan komponen batu satu dengan yang lain. Dari kegiatan susun coba ini bisa diketahui komponen batu mana yang sudah lengkap dan komponen batu mana yang masih belum ditemukan.
Tahap kelima yaitu penyusunan kembali batu asli dan batu tuff penganti (batu baru), disertai pemasangan perkuatan berupa hak dan angkur. Komponen batu – batu yang berhasil disusun coba, dibongkar untuk kemudian disusun kembali lapis demi lapis, dari bawah ke atas di lokasi semula. Agar pasangan antarbatu dapat saling terikat kuat, maka dipasangi hak dan angkur.
Kegiatan pemugaran talut III teras IV ini berhasil memugar talut dengan panjang sekitar 41,7 m pada sisi selatan, dan 7 m pada sisi timur. Tingginya 1,5 m dan ditopang pondasi dengan ketebalan 0, 4 m.
Pada saat pemugaran ini juga, dilakukan penataan lingkungan untuk mendukung kelestarian Candi Barong. Kegiatan penataan lingkungan meliputi pembuatan saluran air baru (drainase) dan penyusunan batu penahan tanah.
Pemugaran talut Candi Barong didukung oleh para tenaga ahli agar kegiatan dapat berjalan dengan baik dan sesuai prosedur yang berlaku. Setidaknya, ada beberapa tenaga ahli yang terlibat antara lain seperti arkeolog, teknisi pelestari, serta zoeker dan steller. Selain itu, kegiatan ini juga menggandeng tenaga/pekerja lapangan dari masyarakat sekitar Candi Barong. Pemugaran talut III teras IV bagian selatan sisi timur berlangsung selama 135 hari.
“Pada kegiatan pemugaran talut Candi Barong tahun ini, selain melibatkan para ahli, kami juga mengajak masyarakat di sekitar candi untuk turut serta dalam proses pemugaran. Total ada sekitar 36 tenaga, dengan rincian 8 orang pekerja, dan 28 orang pembantu pekerja,” terang Marsudi, staf BPCB DIY sekaligus Tenaga Ahli pemugaran Candi Barong.
Kegiatan pemugaran talut dapat dilakukan setelah melalui beberapa tahapan kegiatan sebelum pemugaran, seperti studi kelayakan dan studi teknis. Studi kelayakan bertujuan menentukan layak dan tidaknya talut untuk dipugar, sedangkan studi teknis bertujuan untuk menghitung jumlah anggaran yang dibutuhkan dan bagaimana cara pemugarannya dilakukan.
Setelah kegiatan pemugaran talut III teras IV bagian selatan sisi timur selesai, ke depannya masih terdapat beberapa target yang ingin dikerjakan di antaranya data – data tentang Struktur Candi Barong perlu dilengkapi atau digambar ulang. Kemudian perlu penataan lingkungan Candi Barong agar lebih nyaman untuk pengunjung dan pemandangannya makin indah untuk dinikmati. Selanjutnya perlu adanya lahan yang memadai untuk kegiatan pemanfaatan lingkungan candi oleh masyarakat. Terakhir, perlu segera melakukan pembebasan lahan yang di dalamnya ditemukan struktur Candi Barong.
Ditulis oleh Eko Susanto
Pengkaji Pelestarian Cagar Budaya di BPCB DIY