Judul

Edisi

Penerbit

Unduh

Catatan Redaksi

: Jurnal Widya Prabha

: No. 03/III/2014

: Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi D.I. Yogyakarta

: bit.ly/widyaprabha2014

: Perspektif Budaya dan Lingkungan dalam Pelestarian

    Peran budaya di dalam berbagai bidang kehidupan, disadari maupun tidak, pada dasarnya memiliki posisi sentral dan menentukan. Di dalalam era pembangunan yang mengejar pertumbuhan diyakini bahwa pertumbuhan ekonomi akan dapat memperbaiki standard kehidupan dan kesejahteraan. Secara logis sumber daya alam menjadi tumpuan untuk dapat dieksploatasi bagi kepentingan manusia. Pada akhirnya ekplorasi yang dilakukan tidak mempertimbangkan aspek keseimbangan ekologis. Tidak mengherankan apabila kemudian muncul kritik dan mendesak ditinggalkannya praktek-praktek seperti tersebut diatas. Paradigma yang kemudian muncul adalah pendekatan yang pembangunan berkelanjutan yang holistik dengan mengimplementasikan asas keseimbangan dengan aspek-aspek sosial – budaya dan lingkungan hidup. Artinya, bahwa di dalam melaksanakan pembangunan harus memperhitngkan dimensi sosial, pelestarian budaya, dan lingkungan hidup.

    Pada dasarnya budaya dapat diartikan sebagai corak hidup di dalam suatu lingkungan masyarakat yang tumbuh dan berkembang berdasarkan spiritualitas dan tata nilai yang disepakati bersama. Dapat pula dipersepsikan sebagai sistem makna dan pemahaman arti dalam suatu sistem kepercayaan serta pola perilaku kehidupan yang dilakukan masyarakat pendukung. Proses itu untuk menghayati kehidupan di dalam memperjuangkan kehidupan (survival) bagi kehidupan yang bermartabat. Apa yang menjadi tata nilai budaya dan kearifan di dalam masyarakat dapat menjadi kunci di dalam melakukan peendekatan bagi terwujudnya upaya membangun kelestarian budaya dan alam sekelilingnya. Kita semua dituntut untuk menjaga keseimbangan dan harmoni hubungan di antara manusia, alam, dan lingkungannya.

   Satu contoh bahwa di dalam menjaga eksistensi geo heritage dan ekosistem Merapi harus memahami bagaimana persepsi masyarakat tentang lingkungannya serta pola perilaku untuk memperjuangkan kehidupan yang berkeseimbangan. Tentunya aspek pencegahan atau preventif menjadi pilihan yang utama untuk dilakukan. Hal itu baik yang dilakukan dalam konteks lingkungan maupun budaya. Tidak kalah pentingnya adalah bagaimana menjaga kelestarian budaya dalam arti melakukan proses konservasi material dan bangunan cagar budaya seperti halnya yang dilakukan di Benteng Cepuri Kotagede. Apabila pendekatan preventif tidak dapat membuahkan hasil konkrit maka tentu harus menjalankan aspek kuratif atau represif. Aspek represif inilah yang telah dilakukan di dalam menjaga eksistensi bangunan cagar budaya SMA 17 1 Yogyakarta. Menjaga eksistensi bangunan, sebagai salah satu properti budaya, juga akan dapat menjaga nilai atau makna yang terkandung di dalamnya. Makna yang tersurat inilah yang perlu terus dibudidayakan di dalam masyarakat. Kedepannya, tugas menjaga keberlanjutan di dalam konteks keseimbangan merupakan tanggungjawab bersama. Pemahaman arti penting dan pembelajaran pentingnya menjaga eksistensi alam, lingkungan, dan warisan budaya sangat urgen untuk di implementasikan dalam rangka membangun peradaban bangsa.