Candi Gampingan terletak di Dusun Gampingan, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Gampingan berada pada kedalaman 120 cm di bawah permuÂkaan tanah. Posisi candi yang demikian diduga karena dahulu tertimbun material vulkanik.
Candi Gampingan ditemukan pertama kali pada Juni 1995 oleh seorang bernama Sarjono ketika menggali tanah untuk membuat bata di tanah milik Mulyo Prawiro. Penemuan tersebut dilaporkan ke Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta/ SPSP DIY (sekarang Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta).
Adanya laporan penemuan candi kemudian ditindaklanjuti SPSP DIY dengan melakukan ekskavasi penyelamatan. Kegiatan tersebut dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama dilaksanakan pada 3 s.d. 10 Agustus 1995. Tahap kedua dilaksanakan pada 31 Oktober s.d. 10 November 1996. Tahap ketiga dilaksanakan pada 20 s.d. 29 Oktober 1997.
Dari rangkaian kegiatan ekskavasi penyelamatan yang dilakukan oleh SPSP DIY diketahui bahwa di Situs Candi Gampingan terdapat beberapa struktur candi yang terbuat dari batu butih. Di Situs Candi Gampingan terdapat tujuh buah candi yang terbuat dari batu putih. Kondisi ketujuh candi tersebut sudah tidak utuh.
Salah satu di antaranya diduga sebagai Candi Induk, ukurannya 4,64 meter x 4,65 meter. Bangunan tersebut tinggal sisa-sisa berupa delapan lapis susunan batu setinggi 1,2 meter. Di dalamnya ditemukan tiga buah arca yaitu arca Dhyani Buddha Vairocana terbuat dari perunggu, arca Jambhala dan arca Candralokesvara terbuat dari batu andesit. Selain ketiga arca tersebut juga ditemukan sat buah fragmen arca dari keramik, delapan buah miniatur benda emas, satu buah cincin emas, dan fragmen-fragmen gerabah.
Fragmen arca yang ditemukan di dalam sumuran Candi Induk terbuat dari keramik dengan glasir warna hijau berukuran tinggi 6,5 cm, lebar 6,3 cm dan tebal 3,8 cm. Bagian arca yang ditemukan adalah kaki kanan, tangan sampai lengan kanan dan memakai gelang tangan, ibu jari hilang. Diduga arca ini merupakan arca Buddha Aksobhya sebagai Dhyani Buddha yang kedua. Aksobhya digambarkan bersikap tangan Bhumisparsamudra (untuk tangan kanan) yang melambangkan memanggil bumi sebagai saksi dan Dhyanamudra (untuk tangan kiri) melambangkan semadi atau meditasi.
Berdasarkan arca-arca yang telah ditemukan, dapat disimpulkan bahwa Candi Gampingan berlatar belakang agama Buddha yang menempatkan Dewa Jambhala sebagai dewa utama yang dipuja, sedangkan arca Candralokesvara yang ditemukan bersama dengan arca Jambhala menunjukkan aliran Tantrisme dalam Buddha Mahayana. Ditinjau dari keberadaan arca dan gaya seni bangunannya, Candi Gampingan menunjukkan ciri candi yang berasal dari abad 9 Masehi.
Penamaan Candi Gampingan berdasarkan nama tempat di mana candi tersebut ditemukan, yaitu di Dusun Gampingan. Adapun batas-batas wilayah Situs Candi Gampingan yaitu: sebelah timur Dusun Somokaton, sebelah selatan Dusun Monggang, sebelah barat Dusun Cepokosari, dan sebelah utara Dusun Madugondo. Lingkungan sekitar Candi Gampingan merupakan daerah produksi bata, sehingga banyak tanah di sekitarnya yang dimanfaatkan untuk bahan pembuatan bata.