Candi Sari berada di Dusun Bendan, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta­. Candi Sari terletak sekitar 500 meter di sebelah ti­mur laut Candi Kalasan. Kata “sari” berarti cantik atau elok. Penamaan tersebut kemungkinan didasari atas kenyataan bahwa Candi Sari memiliki hiasan serta corak gaya bangunan yang indah.

     Candi Sari merupakan sebuah bangunan wihara atau asrama bagi para pendeta. Berdasarkan bentuk atapnya yang berwujud stupa, maka dapat disimpulkan bahwa Candi Sari berlatar belakang agama Buddha. Dilihat dari pola hiasnya yang berupa pahatan-pahatan sangat halus, diperkirakan Candi Sari dibangun sezaman dengan Candi Kalasan, yaitu sekitar abad 8 Masehi.

     Candi Sari ditemukan dalam kondisi rusak. Jawatan Purbakala Hindia Belanda (Oudheidkundige Dienst) memugar Candi Sari pada tahun 1929 – 1930. Hasil pemugaran belum sempurna karena banyak batu-batu penyusun candi yang hilang, an­tara lain: sebagian kaki atau selasar yang mengelilingi ba­ngunan, bilik penampil yang menjorok keluar dari dinding depan, dan beberapa stupa atap, ukiran maupun hiasan. Oleh karena itu, batu-batu asli yang tidak ditemukan terpaksa diganti dengan batu polos.

Candi Sari dilihat dari timur laut (Foto: Dok. BPCB DIY. 2018)

     Candi Sari berdenah empat persegi panjang berukuran 17,3 x 10 meter dengan ting­gi 17 meter. Secara vertikal Candi Sari dibagi menja­di tiga bagian, yaitu bagian kaki, tubuh, dan atap. Bagian kaki hanya tampak sebagian, karena batu-batu penyusunnya banyak yang hilang. Bagian tubuh candi mempunyai konstruksi bertingkat dan berdenah persegi panjang.

     Candi Sari menghadap ke timur. Tangga masuk ke dalam candi juga berada di sisi timur. Pintu masuk dihiasi dengan kala dan pada bagian bawahnya ada pahatan relief berupa orang sedang menunggang gajah.

     Pada setiap sisi bangunannya terdapat jendela yang terbagi rata mengitari bagian tingkat bawah dan tingkat atas. Di dalam tubuh candi terdapat tiga bilik (ruangan) yang berjajar. Masing-masing ruangan di­hubungkan dengan pintu yang ada pada tembok pemisah.

Bilik (ruangan) Candi Sari (Foto: Dok. BPCB DIY. 2018)

     Diperkirakan bilik (ruangan) yang ada di Candi Sari dahulu dibagi menjadi dua, yaitu bilik atas dan bilik bawah. Pemisahan ruangan atas dan bawah menggunakan kayu. Hal itu diketahui dari adanya lubang-lubang untuk meletakkan ujung balok pada bagian dindingnya.

     Bahkan pada dinding bilik selatan ada be­berapa batu yang dipahat serong. Hal ini mengindikasikan bahwa pada tempat itulah disandarkan tangga. Pada masing-masing bilik atas mempunyai sungkup sebagai la­ngit-langit dan bidang sisi yang serong ke atas. Demikian juga pada masing-masing bilik atas  mempunyai dua buah relung polos di sisi utara dan selatan.

     Pada masing-masing bilik bagian bawah memiliki relung di sisi utara dan selatan  yang berhiaskan kala-makara. Di bilik tengah bawah sisi barat terdapat relung yang juga dihiasi  kala-makara. Relung-relung terse­but kosong, sudah tidak ada arcanya. Kemungkinan arca-arca tersebut adalah Buddha yang diapit oleh dua Bodhisatwa (bandingkan dengan Candi Plaosan).

     Pembagian tiga ruangan dapat diketahui dari tiang-tiang pada tingkat bawah, relung-relung yang berhias pada bagian tingkat atas, dan tiga relung besar pada tingkat atap. Hal ini diyakinkan pula dengan adanya tiga baris jajaran tiga stupa di bagian atap. Pada bagian atap membentuk sungkup jajar tiga yang masing-masing me­lengkapi sebuah dari ketiga bilik. Di bawah relung terdapat jaladwara­ (pancuran) yang berupa raksasa yang duduk di atas ular.

Relief dinding luar bagian tubuh Candi Sari (Foto: Dok. BPCB DIY. 2018)

     Pada dinding luar tubuh candi terdapat arca-arca yang diletakkan berjajar menjadi dua baris di antara dua jende­la. Arca itu merupakan arca Bodhisatwa berjumlah 38 buah (8 di sisi timur, 8 di sisi utara, 8 di sisi selatan, dan 14 di sisi barat). Pada umumnya arca  memegang teratai merah dan biru, serta semua arca digambarkan da­lam sikap lemah gemulai (bersikap tribhangga).

     Di sisi kanan-kiri jendela ada pahatan kinara-kinari (makhluk kaya­ngan yang berwujud setengah manusia dan setengah burung). Seperti halnya Candi Kalasan, Candi Sari juga dilapisi dengan bajralepa, yaitu semacam lepa untuk melapisi bagian luar dinding candi. Tujuannya untuk memperhalus permukaan dinding dan menga­wetkan batunya supaya tidak cepat aus. Pada saat ini lapisan bajralepa sudah banyak yang mengelupas.

Foto aerial Candi Sari (Foto: Dok. BPCB DIY. 2015)