Bangunan SMA Negeri 11 Yogyakarta merupakan salah satu bangunan bersejarah yang ada di Yogyakarta. Bangunan ini menyimpan memori kolektif bangsa tentang kebangkitan nasional Indonesia. Organisasi Budi Utomo pernah menyelenggarakan kongres pertamanya di gedung tersebut pada 3 – 5 Oktober 1908.

     Sebagaimana kita ketahui, Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap 20 Mei bertepatan dengan lahirnya Organisasi Budi Utomo. Pada saat diselenggarakannya Kongres I Budi Utomo, gedung ini (sekarang SMA N 11 Yogyakarta) merupakan bangunan “Kweekschool Voor Inlandsche Onderwijzen Djogjakarta”, yaitu sekolah untuk mendidik guru. Sekolah yang juga dikenal dengan nama “Openbare Kweekshool” ini dibangun pada 1894, dan mulai dibuka pada 7 April 1897. Sekolah ini juga disebut “sekolah raja” karena biaya operasionalnya berasal dari pemerintah Belanda.

Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri 1 Yogyakarta/ Dok. BPCB DIY. 1988

    Organisasi Budi Utomo didirikan oleh para pelajar Stovia di Weltevreden (Jakarta) pada 20 Mei 1908. Cita-cita Budi Utomo adalah membangun masyarakat yang harmonis ke arah “Persaudaraan Nasional” tanpa memandang suku, agama, ras, dan gender.

    Pada 29 Agustus 1908, Dr. Wahidin Sudirohusodo mendirikan cabang Budi Utomo di Yogyakarta yang berkantor di Kweekschool (sekolah guru) Yogyakarta. Pada saat Budi Utomo akan menggelar kongres pertamanya, Dr. Wahidin Sudirohusodo terpilih sebagai pemimpin kongres. Oleh karena itu, Yogyakarta juga dipilih sebagai tempat berlangsungnya kongres.

    Disamping karena Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai pemimpin kongres, pemilihan Yogyakarta sebagai tempat berlangsungnya kongres juga atas pertimbangan bahwa Yogyakarta sebagai pusat kegiatan budaya dan pendidikan. Semula kongres akan diselenggarakan di gedung “Logegobouw” atau yang dikenal masyarakat dengan sebutan “gedung setan” (sekarang menjadi gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta). Namun, karena gedung tersebut akan dipakai untuk pameran lukisan, maka kongres dipindahkan ke gedung “Kweekschool” (Ki Nayono, 1987).

Situasi ruang makan (eatzal) tempat berlangsungnya Kongres I Budi Utomo. Sekarang menjadi aula SMA Negeri 11 Yogyakarta/ Dok. BPCB DIY.1988
Situasi aula SMA Negeri 11 Yogyakarta/ Dok. BPCB DIY. 2010

    Kongres I Budi Utomo berlangsung pada 3 – 5 Oktober 1908 di gedung Kweekschool Jetis, Yogyakarta. Kongres berlangsung di ruang makan (eatzal) (sekarang aula SMA Negeri 11 Yogyakarta). Dalam kongres tersebut hal-hal yang dibahas antara lain penyusunan anggaran dasar (AD) dan anggaran rumah tangga (ART) organisasi serta membahas mengenai masalah kebudayaan dan pendidikan bagi kemajuan kaum bumi putera (Ki Nayono, 1987). Kongres I Budi Utomo memiliki makna bagi perjuangan bangsa Indonenesia yaitu mencerminkan jiwa zaman yang mengandung aspirasi bangsa untuk bergerak mencapai kemajuan serta merefleksikan kesadaran kolektif untuk mengatasi krisis identitas dengan mencari yang baru (Sartono Kartodirjo, 1988).

    Kongres I Budi Utomo dihadiri kurang lebih 300 peserta yang berasal dari berbagai daerah seperti  Jakarta, Bandung, Bogor, Magelang, Probolinggo, Surabaya, dan Yogyakarta. para bangsawan Pakualaman, para pembesar Belanda, dan Bupati Temanggung, Blora, Magelang, serta 6 orang opsir dari legiun Mangkunegaran Surakarta juga ikut hadir dalam kongres tersebut (Suratmin dkk, 1983; Sutrisno Kutoyo, 1977/1978).

Bagian atap ruang makan (eatzal) tempat berlangsungnya Kongres I Budi Utomo (sekarang aula SMA Negeri 11 Yogyakarta)/ Dok. BPCB DIY. 1988
Bagian atap aula SMA Negeri 11 Yogyakarta/ Dok. BPCB DIY. 2013

    Pada 1927 gedung Kweekschool ini digunakan untuk sekolah guru Holland Inlandsche Kweekschool (HIK). Sekolah ini berlangsung hingga Jepang masuk ke Indonesia. Kemudian HIK dihapuskan. Pada masa pendudukan Jepang, gedung ini kemudian dipakai untuk sekolah guru laki-laki.

    Pada tahun 1950-an gedung ini pernah dipakai untuk asrama tentara, tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama. Gedung ini kemudian difungsikan kembali menjadi sekolah guru. Pada saat Mr. Muh Yamin menjabat menteri pendidikan dan kebudayaan sekitar tahun 1956, sekolah guru laki-laki berganti nama menjadi sekolah guru A (SGA) (Sutrisno, dkk: 1983). Selanjutnya dari tahun 1965 sampai 1989 gedung ini digunakan untuk Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Yogyakarta.

    Sejak 1989 hingga sekarang bangunan digunakan sebagai SMA Negeri 11 Yogyakarta. Bangunan SMA Negeri 11 Yogyakarta ditetapkan sebagai cagar budaya dengan Kep.Men P&K RI No. 132/M/1998. Gedun ini beralamat di Jalan A.M. Sangaji No. 38 Yogyakarta.

Sumber referensi:

Nayono, Ki. 1987. “Mengenang Peristiwa Kongres Budi Utomo dalam Upaya Pelestarian Nilai dan Tempat Sejarah Perjuangan Bangsa”. Makalah disampaikan dalam rangka peringatan 79 tahun Kongres I Budi Utomo di Gedung SPG Negeri I Jetis.

Kutoyo, Sutrisno (Ed). 1977. Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Kartodirjo, Sartono (Ed).1977. Sejarah Nasional V. Jakarta: Balai Pustaka

Suratmin dkk. 1983. Beberapa Bangunan Bersejarah di Kotamadya Yogyakarta. Yogyakarta: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.

Kartodirjo, Sartono. 1988. Kongres Budi Utomo Pertama 5 Oktober 1908. Makalah disampaikan dalam rangka Peringatan 80 tahun Kongres I Budi Utomo pada 3 Oktober 1988 di gedung SPG I Jetis