Ada semangat yang berlipat-lipat terlihat pada raut wajah pelajar SMP Negeri 2 Pleret, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta saat mengikuti kegiatan Sekolah Cagar Budaya yang diselenggarakan Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta pada Rabu (8/3) di Candi Kedulan, Desa Tirtomartani, Kalasan, Sleman. Pasalnya, ketika para pelajar sedang melakukan praktik ekskavasi arkeologis, kegiatan mereka didokumentasikan oleh sejumlah awak media. Mengetahui aktivitasnya menjadi pusat perhatian para wartawan, semangat para pelajar semakin terpompa untuk mengikuti kegiatan Sekolah Cagar Budaya.
Tidak disangka, kedatangan para wartawan di lokasi Sekolah Cagar Budaya justru semakin menambah antusias pelajar dalam berkegiatan dan membagikan pengalamannya kepada sesama. “Para pelajar tambah semangat melakukan praktik ekskavasi arkeologis di Candi Kedulan, setelah tahu kegiatannya diliput wartawan. Hal itu dilakukan karena mereka berharap kegiatannya bisa dilihat oleh teman-teman yang lain,” kata Dedi, staf BPCB DIY yang juga bertindak sebagai fasilitator Sekolah Cagar Budaya.
Kegiatan Sekolah Cagar Budaya pada hari itu diikuti oleh 100 orang pelajar. Sebagian besar pelajar merasa senang, karena mendapat pengetahuan dan pengalaman baru. “Saya senang dapat melakukan praktik ekskavasi arkeologis. Saya jadi tahu apa saja tahapan kerja yang dilakukan dalam kegiatan penggalian di situs cagar budaya. Mulai dari menggali, mencatat, dan juga menggambar apa yang sudah kita lakukan. Hal itu sebagai bentuk pertanggunjawaban kegiatan dan sekaligus sebagai bentuk pendokumentasian,” kata Fitria , pelajar SMP Negeri 2 Pleret.
Sekolah Cagar Budaya merupakan program baru yang digulirkan Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY pada tahun 2017. Sebagai program baru, sosialisasi cagar budaya yang dikemas dalam bentuk pembelajaran cagar budaya di sekolah maupun di situs/ lokasi yang mengandung cagar budaya ini belum banyak diketahui oleh publik. Oleh karena itu, pemberitaan kegiatan sekolah cagar budaya yang dilakukan oleh media massa, baik cetak maupun elektronik, mendapat respon baik dari Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY. Dengan tersebarluaskannya informasi mengenai Sekolah Cagar Budaya, diharapkan dapat menggugah kesadaran masyarakat untuk terlibat aktif dalam upaya pelestarian cagar budaya, khususnya generasi muda Daerah Istimewa Yogyakarta, yang selalu ditunggu peran sertanya dalam melestarikan warisan budaya bangsa. (Ferry A.)