Candi Perwara di kompleks Candi Prambanan akan bertambah satu lagi. Hal itu disampaikan oleh Kepala Unit Candi Prambanan – Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, Manggarsari Ayuati, saat ditemui ketika meninjau pelaksanaan pemugaran Candi Perwara  Deret II No. 35 pada Sabtu (4/3) di kompleks Candi Prambanan. “Jumlah keseluruhan candi perwara di kompleks Candi Prambanan ada dua ratus dua puluh empat. Yang sudah dipugar ada tiga, dan akan bertambah satu lagi. Sekarang ini sedang berlangsung pemugaran Candi Perwara Deret II No. 35. Kegiatan pemugaran sudah dimulai sejak bulan Januari, dan rencananya akan berlangsung selama 275 hari, hingga rampung pada Desember 2017 nanti,” kata Manggarsari.

     Candi Perwara Deret II No. 35 merupakan candi perwara keempat yang dipugar. Sudah ada tiga candi perwara lainnya di kompleks Candi Prambanan yang sudah dipugar. Dua candi perwara dipugar oleh Belanda pada tahun 1937, yaitu Candi Perwara Sudut Deret I No. 39 timur laut dan Candi Perwara Deret II No 1 sisi timur. Candi perwara satunya lagi dipugar oleh bangsa Indonesia sendiri yakni Candi Perwara Deret I No. 43 sisi timur, yang dipugar oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2015.

       Candi Perwara Deret II No. 35 masih berada pada setting aslinya (insitu), namun dalam kondisi runtuh. Bagian yang masih intact hanya tinggal 3 lapis batu dari bawah, yaitu dari pondasi hingga pelipit padma pada kaki candi. Pada bagian depan (sisi utara), profil tangga masih terlihat jelas meskipun batu-batunya banyak yang sudah runtuh. Berdasarkan analogi dengan candi perwara lainnya, kemungkinan candi ini juga berukuran 6,8 m x 6,8 m, dengan tinggi 13,4 m.

      Pemugaran Candi Perwara Deret II No. 35 dilaksanakan berdasarkan studi kelayakan pada tahun 2015 dan studi teknis pada tahun 2016 yang dilakukan pada candi tersebut. Dari hasil kedua kajian itu diperoleh data teknis mengenai kelengkapan komponen batu Candi Perwara mulai pondasi, kaki, tubuh, hingga atap candi, sebanyak 1890 blok batu kulit atau sebanyak kurang-lebih 75%. Oleh karena komponen batu penyusunnya sudah banyak yang ditemukan, dan memenuhi persyaratan dalam melakukan pemugaran bangunan cagar budaya berdasarkan prinsip arkeologi, maka Candi Perwara Deret II No 35 dinyatakan layak untuk dipugar.

     Pelaksanaan kegiatan pemugaran Candi Perwara Deret II No. 35 Kompleks Candi Prambanan menggunakan sistem swakelola, dengan melibatkan staf Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta dan masyarakat sekitar sebagai pekerja dan pembantu pekerja.

Pemugaran Candi Perwara Deret II No 35 saat ini sudah pada tahap pembuatan pondasi sebagai perkuatan struktur.

    Pemugaran Candi Perwara Deret II No. 35 dilaksanakan melalui proses tahapan pengerjaan. Saat ini pelaksanaan pemugaran candi perwara sudah sampai pada tahap keempat yaitu tahap pembuatan pondasi sebagai perkuatan struktur. Keseluruhan tahapan pengerjaan pemugaran candi perwara ada tujuh tahap.

      Pertama, yakni tahap pembongkaran. Komponen batu penyusun candi perwara dibongkar total. Sebelum dibongkar, batu-batu tersebut diregistrasi terlebih dahulu dengan diberi tanda khusus tertentu. Tujuanya agar batu-batu tersebut mudah diklasifikasi dan dikenali, sehingga nantinya akan mempermudah dalam mencari pasangan-pasangan batu yang akan disusun kembali seperti keadaan semula. Kedua, yaitu tahap pembersihan dan pembuatan batu pengganti atau batu baru (outer stone). Batu-batu yang sudah dibongkar dan dikelompokkan, kemudian dibersihkan. Ada dua macam pembersihan batu yang dilakukan, pembersihan  mekanis dan pembersihan kimiawi. Selain menggunakan batu asli, untuk memugar Candi Perwara Deret II No 35 juga membutuhkan batu baru sebagai pengganti batu-batu yang sudah hilang.

      Selanjutnya tahap ketiga adalah anastylosis. Pada tahap inilah proses rekonstruksi candi perwara dilakukan. Komponen batu asli candi perwara yang sudah dibongkar lalu disusun coba, termasuk  juga batu-batu baru yang digunakan sebagai pengganti batu-batu yang hilang. Tahapan susun coba ini dilakukan di lokasi lain, bukan di tempat berdirinya candi perwara. Setelah komponen batu candi perwara berhasil disusun coba, dan diketahui bentuk serta strukturnya, kemudian dibongkar kembali. Lalu pada tahap keempat yakni pembuatan pondasi sebagai perkuatan struktur. Pada tahap ini dilakukan pengerjaan galian tanah, urugan pasir, dan pemasangan batu tuff. Pemasangan batu tuff dibuat bertakik (tidak bareh), agar ada ikatan antara batu satu dengan batu yang lainnya, baik secara horisontal maupun vertikal.

Pemasangan batu tuff untuk pembuatan pondasi Candi Perwara Deret II No. 35

    Tahap kelima yakni pemasangan kembali. Batu-batu hasil pembongkaran anastilosis (susun coba), diangkut ke lokasi tempat semula di mana candi perwara berdiri. Kemudian batu-batu tersebut disusun lagi sesuai dengan hasil anastilosis. Tahap keenam yaitu pembuatan saluran drainase. Dan, tahap terakhir yakni penyelesaian. Ada beberapa pekerjaan yang dilakukan pada tahapan ini, antara lain penyelarasan komponen batu, pembersihan mekanis seluruh bangunan, pemberian tanda komponen batu baru, pembongkaran perancah, pembersihan lingkungan, dan pemasangan penangkal petir.

Kepala Unit Candi Prambanan – BPCB DIY, Manggarsari Ayuati, saat memberikan penjelasan tentang pemugaran Candi Perwara Deret II No. 35

     Selain untuk melestarikan warisan dunia Candi Prambanan, pemugaran Candi Perwara Deret II No 35 ini juga bertujuan memberikan pembelajaran bagi masyarakat agar lebih mencintai dan merasa bangga terhadap warisan budaya bangsanya. “Melalui kegiatan pemugaran Candi Perwara Deret II No. 35 diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi masyarakat bahwa melestarikan warisan budaya bangsa tidaklah mudah. Kegiatan pemugaran ini bisa menjadi atraksi wisata yang dapat dilihat pengunjung kompleks Candi Prambanan. Dengan melihat proses pemugaran candi, mereka akan mengerti, bahwa untuk mengembalikan candi yang ditemukan sudah runtuh agar dapat kembali berdiri secara utuh, tidaklah mudah. Masyarakat bisa mengapresiasi upaya pelestarian yang dilakukan oleh para juru pelestari yang terampil. Dan yang terpenting, bisa merasa bangga, dan lebih menghargai warisan budaya bangsanya sendiri.” papar Manggarsari. (Ferry A.)