Duta besar Jerman untuk Indonesia, Michael Freiherr von Ungern – Sternberg mengunjungi warisan dunia kompleks Candi Prambanan pada Jumat (10/3). Ia tidak sendirian saat berkunjung ke Candi Prambanan, turut pula istrinya, Dorothee Mary von Ungern-Sternberg, juga Head of the the Cultural and Press Section at the German Embassy Jakarta, Counsellor Jörg Kinnen, serta Head of Culture Unit UNESCO Jakarta, Bernards A. Zako. Michael Freiherr von Ungern – Sternberg beserta rombongan disambut oleh Kepala BPCB DIY, Winston sam Dauglas Mambo, Kepala BPCB Jawa Tengah, Tri Hartono, serta Kepala Seksi Pelindungan, Pengembangan, dan Pemanfaatan BPCB DIY, Wahyu Astuti.

Istri duta besar Jerman, Dorothee Mary von Ungern Sternberg tampak antusias melihat relief cerita Ramayana yang terpahat pada pagar langkan Candi Siwa

     Dalam kunjungan yang berlangsung selama dua jam itu, Michael Freiherr von Ungern – Sternberg diajak berkeliling menikmati mahakarya nenek moyang bangsa Indonesia. Sebagai hidangan pembuka, pemandu menyuguhkan relief cerita Ramayana yang terpahat di pagar langkan Candi Siwa kepada Michael Freiherr von Ungern – Sternberg beserta rombongan. Ia tampak antusias mendengar penjelasan pemandu yang menarasikan setiap adegan cerita dari relief  Ramayana. Tak henti-hentinya Michael Freiherr von Ungern – Sternberg menujukkan rasa kekagumannya terhadap relief cerita Ramayana yang dipahat begitu indah dan detail.

Michael Freiherr von Ungern – Sternberg foto bareng dengan Arca Agastya yang ada di dalam bilik Candi Siw

Setelah puas menyaksikan relief cerita Ramayana, pemandu mengajak Michael Freiherr von Ungern – Sternberg naik untuk memasuki bilik utama Candi Siwa. Seperti halnya para pengunjung kompleks Candi Prambanan lainnya, saat masuk ke bilik, Michael Freiherr von Ungern – Sternberg pun tidak lupa bergaya dan foto bersama dengan arca dari panteon agama Hindu. Pada kesempatan itu, ia foto bareng dengan arca Agastya.

Pemandu menjelaskan tentang Candi Apit Utara kepada Michael Freiherr von Ungern – Sternberg. Candi itu kini dijadikan monumen peringatan tragedi gempa yang menggucang Yogyakarta pada Mei 2006

     Keindahan relief cerita Ramayana beserta arca-arca dewa yang ada di Candi Siwa belum menuntaskan rasa ketertarikan Michael Freiherr von Ungern – Sternberg terhadap warisan dunia yang ditetapkan oleh UNESCO World Heritage Committee dengan No. C. 642 itu. Setelah turun dari Candi Siwa, matanya langsung tertuju pada candi yang kondisinya tidak utuh lagi, yang berada di sebelah utara pada halaman I. Tanpa menunggu lama, pemandu langsung mengantar Michael Freiherr von Ungern – Sternberg ke candi tersebut. Candi itu tidak lain adalah Candi Apit Utara, yang sengaja dibiarkan seperti kondisi ketika gempa, yaitu ratna (kemuncak candi) dibiarkan tergeletak di bawah candi apit tersebut untuk dijadikan monumen peringatan tragedi gempa yang menggucang Yogyakarta pada Mei 2006.

     Michael Freiherr von Ungern – Sternberg tidak hanya takjub akan kemegahan Candi Prambanan saja, ia juga bangga terhadap sikap toleransi yang ditunjukkan antar umat beragama di sana. Hal itu diungkapkannya  setelah mendapat penjelasan dari Kepala Seksi Pelindungan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, Wahyu Astuti, bahwa Candi Prambanan masih bisa digunakan untuk melakukan peribadatan. “Kami masih menghormati umat agama Hindu, dengan memperbolehkan mereka untuk bersembahnyang di Candi Prambanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” kata Wahyu.


Michael Freiherr von Ungern – Sternberg saat melihat kegiatan pemugaran Candi Perwara Deret II No 35 di kompleks Candi Prambanan

   Kunjungan duta besar Jerman untuk Indonesia yang bertugas mulai tahun 2016 itu ditutup dengan menengok kegiatan pemugaran Candi Perwara Deret II No 35. Michael Freiherr von Ungern – Sternberg terpukau melihat para pelestari begitu terampil menyusun batu-batu candi perwara. “Saya kagum dengan orang-orang ini, mereka bisa menata kembali batu-batu reruntuhan ini, untuk kemudian disusun kembali menjadi sebuah candi,” ungkap Wahyu Astuti, menerjemahkan rasa kekaguman Michael Freiherr von Ungern – Sternberg saat melihat pemugaran candi perwara.

    Pada saat jamuan makan siang, Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta memberikan tiga buku terbitannya sebagai cindera mata kepada Michael Freiherr von Ungern – Sternberg, yang berjudul Mosaic of Cultural Heritage Yogyakarta, The Great Earthquake, dan Rebuilding Prambanan Temple. (Ferry A.)