Ratusan pelajar SMA Negeri 1 Kalasan, Sleman, DIY, berbondong-bondong datang ke kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta dengan berjalan kaki pada Kamis (12/1). Kedatangan siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Kalasan tersebut bukan untuk unjuk rasa, melainkan untuk belajar tentang cagar budaya. Pagi itu pelajar datang dengan berjalan kaki, karena BPCB DIY merupakan tetangga dekat SMA Negeri 1 Kalasan. Kedua instansi tersebut hanya berjarak 100 meter.
Kunjungan pelajar SMA Negeri 1 Kalasan ke kantor BPCB DIY ini merupakan agenda rutin tahunan SMA Negeri 1 Kalasan. “Kami selalu menyempatkan waktu untuk berkunjung ke kantor BPCB DIY bersama anak-anak kelas X. Kunjungan ini bertujuan untuk mengenalkan kekayaan cagar budaya yang dimiliki Daerah Istimewa Yogyakarta kepada anak-anak.” Kata Gelis, salah satu guru pendamping saat memberikan sambutan.
Kunjungan pelajar SMA Negeri 1 Kalasan itu disambut positif oleh Yuventia Indarti Nurwidayati, Wakil Kepala Sub Unit Kerja Publikasi BPCB DIY. “Kami sangat senang sekali dikunjungi anak-anak sekalian, pelajar SMA Negeri 1 Kalasan. Kunjungan ini menandakan bahwa kalian sebagai generasi muda peduli dengan warisan budaya bangsa. Kami harap kunjungan anak-anak tidak hanya pada hari ini saja. Kami membuka pintu selebar-lebarnya bagi siapa saja dan kapan saja bagi yang ingin belajar tentang cagar budaya.” katanya saat menyambut pelajar SMA Negeri 1 Kalasan di aula kantor BPCB DIY.
Pagi itu para pelajar dipandu berkeliling kantor BPCB DIY. Didampingi oleh staff BPCB DIY, mereka diantar ke ruang kerja kerja unit pemugaran dan ruang kerja unit konservasi. Di ruang dua unit kerja tersebut mereka belajar tentang berbagai hal tentang cagar budaya, khususnya terkait kegiatan pemugaran bangunan cagar budaya dan pemeliharaan bangunan cagar budaya dengan mewawancarai para staff BPCB DIY yang ada.
Tidak hanya diajak ke ruang kerja saja, pelajar juga ditontonkan beberapa film cagar budaya produksi BPCB DIY di ruang audio visual. Sejumlah film yang diputarkan yaitu Dharma Siwa Grha, Siwa Plateau, dan Purna Pugar Candi Prambanan.
Dua ruang koleksi BPCB DIY, ruang display arca batu dan arca perunggu juga tidak ketinggalan disambangi pelajar. Di dalam dua ruang tersebut mereka sangat antusias mengamati beragam arca tinggalan budaya dari masa klasik (Hindu-Buddha). Selain mengamati arca, mereka juga melihat-lihat benda cagar budaya lainnya yang dipajang di sana, antara lain prasasti, mata uang dan aneka macam perhiasan kuno, peralatan makan jaman dahulu, dan alat-alat pertanian masa prasejarah.
Kegiatan kunjungan ke kantor BPCB DIY ini berdampak positif bagi pelajar. Di samping menambah wawasan pelajar tentang cagar budaya, kegiatan ini juga menyadarkan pelajar tentang pentingnya pelindungan terhadap cagar budaya. “Di daerah saya sering ditemukan benda-benda kuno, baik yang masih dalam kondisi utuh maupun yang hanya tinggal beberapa bagiannya saja. Nanti kalau saya mendapat informasi, atau bahkan menemukan sendiri, saya akan laporkan ke kantor BPCB. Siapa tahu saja benda temuan itu termasuk cagar budaya, sehingga keberadaannya dapat dilestarikan sebagaimana mestinya,” kata Mega, salah satu pelajar, yang mengutarakan niatnya itu saat berada di dalam ruang koleksi arca perunggu. (Ferry Ardiyanto)