Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, secara resmi membuka Prambanan World Heritage Expo pada 28 Desember 2016 di Lapangan Garuda-Kompleks Candi Prambanan. Acara Prambanan World Heritage Expo ini digelar dalam rangka merayakan peringatan 25 tahun ditetapkannya kompleks Candi Prambanan sebagai warisan dunia oleh UNESCO.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid saat memberikan sambutan pada pembukaan Prambanan World Heritage Expo

       Pada acara pembukaan tersebut, Hilmar menegaskan bahwa Prambanan World Heritage Expo ini dapat dijadikan sebagai momentum untuk membangun kepercayaan diri bangsa Indonesia karena telah memiliki warisan budaya yang telah diakui oleh dunia. Dalam sambutannya, Hilmar mengatakan bahwa pada tahun 1991 UNESCO menetapkan kompleks Candi Prambanan sebagai warisan dunia dengan No. C 642 karena pemerintah Indonesia telah berhasil mempertahankan nilai-nilai keindahan, keragaman hayati, dan keunikan kawasan lokasi tersebut. Selain itu, Hilmar juga menjelaskan bahwa kompleks Candi Prambanan mengandung nilai-nilai luar biasa yang mencerminkan karakter bangsa Indonesia, yakni sikap toleransi. “Kompleks Candi Prambanan yang terdiri dari berbagai percandian dengan latar belakang agama berbeda, namun dapat berdiri berdampingan. Di kompleks Candi Prambanan, ada Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Bubrah, Candi Gana, dan Candi Lumbung. Hal itu menunjukkan bahwa nenek moyang kita pada masa lampau sudah bisa hidup harmoni dengan mengedepankan sikap toleransi,” papar Hilmar.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, saat meninjau pameran cagar budaya

       Prambanan World Heritage Expo terdiri dari rangkaian kegiatan, di antaranya yaitu 1) Pameran Cagar Budaya yang diikuti oleh BPCB DIY, BPCB Jawa Tengah, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, serta pameran potensi masyarakat hasil pemberdayaan masyarakat di kawasan Prambanan yang digelar 24 Desember 2016 s/d 2 Januari 2017 di lapangan Garuda-Kompleks Candi Prambanan; 2) Pameran lukisan para perupa hasil “Melukis Bersama Sang Maestro” pada tanggal 24 Desember 2016 s/d 20 Januari 2017 di museum Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu  Boko; 3) Lomba menggambar untuk anak-anak pada  28 Desember 2016 di lapangan Garuda.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, mengapresiasi lukisan karya para perupa
Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, mengunjungi museum TWC Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko
Lomba menggambar untuk anak-anak yang digelar berbarengan dengan acara pembukaan Prambanan World Heritage Expo

      Digelarnya acara Prambanan World Heritage Expo ini bertujuan untuk menyambung mata rantai apresiasi masyarakat terhadap Warisan Dunia Prambanan. Apresiasi dimulai dari digelarnya beragam acara yang bertema Warisan Dunia Prambanan. Kemudian masyarakat merespon mata rantai itu dengan mengapresiasi berbagai acara yang ditampilkan. Mata rantai apresiasi itulah yang diharapkan mampu membangun rasa memiliki, rasa bangga, dan rasa bertanggung jawab terhadap Warisan Dunia Prambanan oleh segenap lapisan masyarakat. Diharapkan berbagai nilai penting luar biasa yang ada dapat menginspirasi masyarakat untuk terus melestarikan keberadaannya. (Ferry A.)