Pernah baca novel atau nonton kisah tenggelamnya Kapal Van Der Wijck?

Tenggelamnya Kapal Onrust juga memiliki kisah yang menarik namum berebeda dengan peristiwa Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.

Kapal Onrust tenggelam di Sungai Barito kira-kira 3 km arah hilir dari Kota Muara Teweh, Kalimantan Selatan.

Sisa Kapal Onrus merupakan bukti sejarah perlawanan bangsa Indonesia dengan penjajah Belanda. Tenggelamnya Kapal Onrust tidak dapat dipisahkan dengan pertisipasi keturunan Suku Dayak. Dengan demikian apabila kita dapat menemukan bangkai Kapal Onrust tersebut, maka akan terjadi bukti adanya kerjasama maupun kesatuan dan persatuan antara rakyat Banjar dan rakyat Dayak untuk bersama-sama mengusir penjajah Belanda. Dengan kata lain, bangkai Kapal Onrust dapat menunjkkan kepada generasi muda kita akan adanya integrasi antara etnis yang telah terjalin sejak dahulu kala. Oleh karena itu, keberadaan kapal tersebut apabila dapat ditemukan dan dapat diangkat ke daratan, maka akan dapat dilihat oleh masyarakat luas. Selanjutnya sejarah Kapal Onrust akan dipahami dan menjadi peringatan dan suri tauladan bagi masyarakat terutama bagi generasi muda dan anak cucu kelak.

Tenggelamnya Kapal Peranag Onrust di Lebo Lalutung Tour tidak bisa dilepaskan dari kontrak tambahan penyerahan Sungai Dusun (Barito) kepada kompeni Belanda. hal tersebut membuat Temenggung Surapati melakukan perundingan dengan Belanda. Saat itu, Temenggung Surapati diikuti putranya yang bernama Temenggung Ibon, beserta 15 punggawa termasuk Gusti Lias, Temenggeung Ariapati, Temenggung Kartapati, Anyang dan Uroi serta ratusan anak buahnya, termasuk Temenggung Dihu, Singah Nginuh Anak Nyaru, Panglima Nuri, Panglima Sogo Teluk Mayang, datang dengan menggunakan perahu dayung mengadakan perundingan dengan pihak Belanda. Mereka berbekal persenjataan tradisional, antara lain Mandau, Tombak Pendek dan Parang Rungkup Kajang. Mereka disambut menjadi dua kelompok pada saat perundingan. Kelompok pertama dipimpin oleh Temenggung Surapati bersama tiga anak buahnya berunding diatas kapal bersama kelompok kapten Van de Velde. Kelompok lainnya Letnan I Bangert C. dan Temenggung Ibon diajak berkeliling kapal untuk melihat kelengkapan persenjataan kapal perang yang mereka banggakan.

Tata cara penyambutan ini merupakan siasat Belanda untuk melemahkan mental dan memancing kelengahan mental pejuang dari Temenggung Surapati, namun dengan penyambutan tersebut menimbulkan kewaspadaan mereka. Terbukti pada saat salah seorang anak buah Temenggung Surapati tercebur ke sungai karena didorong oleh Marinir Belanda maka dengan sigap Temenggung Ibon berseru “amuk serang”! sambil menebaskan mandaunnya. beberapa menit setelah mendengarkan teriakan amuk Temenggung Ibon maka 6o orang anak buah Temenggung Surapati naik menyerbu ke Kapal Onrust. Kemudian terjadilah peperangan jaraj dekat dengan antara pasukan Temenggung Surapati dan Belanda.

Pada peristiwa tersebut, Temenggung Surapati mengalami luka robek pada bagian kening akibat pedang Van de Velde. Pada saat itu juga muncul serangan anak buah Temunggung Surapati dari berbagai penjuru sehingga menewaskan 50 serdadu Marinir (setengah kompi) dan 43 anak buah kapal Onrust. Anak buah Temenggung Surapati yang bernama Nuri membuka kran air di ruang palka Kapal Onrust, sehingga kapal tersebut tenggelam.

Sumber : Sejarah Barito Utara Tenggelamnya Kapal Onrust di Lalutung Tour (26 Desember 1859). Banjarmasin: 2005.