Gedung Atap Lengkung

0
1530

Pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda, Loa Kulu merupakan daerah penghasil batu bara yang cukup penting dengan dioperasikannya perusahaan tambang batu bara bernama Oost-Borneo Maatschappij (OBM) pada akhir abad ke-19. Eksploitasi batu bara di Kecamatan Loa Kulu berakhir pada tahun 1970, tepat 2 tahun setelah diambil alih PN Tambang Batu bara dari OBM pada tahun 1968. Sejak saat itu, Loa Kulu yang semula ramai,   berangsur-angsur   mulai   sepi   ditinggalkan   ribuan   pekerja   tambang.   Seiring berjalannya waktu, Kecamatan Loa Kulu mulai ramai kembali dengan dikembangkannya sektor  pertanian  dan  perkebunan  utama  di  Kabupaten  Kutai  Kartanegara  yang  ditandai dengan pembukaan lahan untuk persawahan dan perkebunan kelapa sawit. Hingga saat ini,

tinggalan kolonial yang berada di Kecamatan Loa Kulu masih dapat dijumpai. Adapun sisa tinggalannya yakni berupa:

Gedung Atap Lengkung

Gedung Atap Lengkung Loa Kulu berada di Jl. A. Yani, Kelurahan Loa Kulu Kota, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Aksesibilitas menuju situs ini dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Gedung Atap Lengkung telah terdaftar pada Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya pada tanggal 22 Oktober 2016 dengan nomor ID objek PO 2016102201380.

Bangunan ini berada di bawah kepemilikan Pemerintah Daerah Kutai Kartanegara dan pernah dihak gunakan kepada perusahaan batu bara. Dulunya gedung ini adalah gudang milik Oost-Borneo Maatschappij (OBM) yang merupakan perusahaan tambang batu bara pertama di Loa Kulu. Bangunan ini memiliki ukuran panjang 36,8 m dan lebar 16 m dan menghadap ke arah barat (BP3 Samarinda, 2012).

Pada tahun 2018 tepatnya pada hari Kamis, 11 Oktober pukul 06.30 WITA bagian depan gedung atap lengkung rubuh. Robohnya bagian depan bangunan tersebut disebabkan oleh kondisi cuaca yang saat itu hujan deras disertai angin kencang, sehingga struktur  dinding  tidak  dapat  menopang  berat  atap.  Menurut  Staf  Pelestarian  Cagar Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kutai Kartanegara, Izhariansyah, menyebutkan, selain dari faktor usia, bangunan tua peninggalan Belanda itu roboh di bagian depan saat hujan tengah mengguyur Loa Kulu dan sekitarnya.

Bangunan gedung ini berupa tembok bata tebal dengan bagian atapnya berbentuk lengkung terbuat dari seng, tepatnya terdapat enam lengkungan atap yang berjajar ke belakang. Ruangan utama berupa ruangan luas dengan lima atap lengkung. Pintu ruangan ada 4 (empat) buah yaitu dua pintu di sisi selatan bangunan dan dua lainnya di barat dan timur bangunan. Pada saat ini, kondisi atap mengalami korosi akibat fl uktuasi suhu dan cuaca, dan ada beberapa atap lengkung telah hilang dan tinggal tersisa rangkanya. Selain itu ada bagian tiang penyangga bangunan yang sudah roboh, sehingga bagian atapnya terjuntai ke bawah dan ditumbuhi tumbuhan berakar menjalar serta semak-semak yang cukup rapat. Secara keseluruhan, kondisi bangunan  saat ini tidak terawat dan sudah mengalami banyak kerusakan.