Sisa Kapal Hindia Belanda Karam di Sungai Martapura

0
1365
Sumber Foto:https://www.google.com/search?q=sketsa+kapal+besi+belanda&tbm=isch&ved=2ahUKEwjUsKLy1fPnAhV0MXIKHVtUB2sQ2-cCegQIABAA&oq=sketsa+kapal+besi+belanda&gs_l=img.3...25106.29205..29840...0.0..0.551.1851.1j3j3j5-1......0....1..gws-wiz-img.WZMS4G4KANQ&ei=JLpYXtSOA_TiyAPbqJ3YBg&bih=647&biw=736#imgrc=-UElVHEX94pbiM

Sisa Kapal Masa Pemerintahan Hindia Belanda yang Karam di Bantaran Sungai Martapura, Jalan Kapten Pierre Tendean, Sungai Mesa, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Sejarah perkembangan daerah Banjarmasin pada saat Belanda berkuasa secara politis dan ekonomis, frekuensi pemanfaatan kapal jenis tarik atau gandeng yang dikelola oleh perusahaan Hindia Belanda cukup banyak. Aktivitas tersebut tidak hanya dilakukan di sekitar perairan muara, melainkan sampai kepedalaman. Banjarmasin adalah pusat kegiatan ekonomi dan perdagangan di Kalimantan Selatan. Bersama dengan Sungai Barito dan Sungai Martapura yang merupakan sungai terbesar dan terpenting di daerah ini dan merupakan urat nadi utama perekonomian sejak dulu.

Temuan sisa kapal karam memiliki arti yang cukup penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagai bukti sejarah. Temuan kapal berusia kurang lebih 97 tahun di bantaran Sungai Martapura diyakini dapat menjadi sumber studi yang sangat berharga khusunya yang menyangkut teknologi dan konstruksi kapal dari masa penjajahan Belanda di Nusantara, sekaligus sebagai satu-satunya data mengenai konstruksi dan teknologi kapal sejenis yang dapat diperoleh selama ini. Selebihnya keberadaan kapal tersebut merupakan sumber informasi untuk memahami sejarah aktivitas transportasi air pada jalur perdagangan di Banjarmasin sekitar awal abad ke-20 masehi.

Kapal tersebut berasal dari masa VOC di Nusantara, karena dikaitkan dengan penemuan mata uang tembaga yang dikeluarkan oleh VOC dengan angka tahun 1790 hingga Nederlandsch Indie yang berangka tahun 1945. Anggapan ini dapat ditepis, karena tidak berkaitan atau tidak berkonteks dengan kapal tersebut mengingat letak temuan mata uang tersebut pada lapisan tanah/endapan lumpur hitam halus yang memenuhi badan kapal (tidak menempel pada pelat besi kapal), bahkan sebagian besar berada di luar kapal. Temuan lain pada badan kapal berupa sisa-sisa peralatan sehari-hari yang tidak sesuai dengan kronologi kapal. Selain itu, bahan yang digunakan juga menunjukkan bahwa logam baru mulai digunakan pada pembuatan kapal di abad ke-19 masehi. Dalam hubungannya dengan perkembangan teknologi metalurgi rolling plate dan profile (pelat baja dan besi siku) yang digunakan dalam pembuatan kapal baru mulai diproduksi pada permulaan abad ke-20. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa, kapal besi dari lokasi tersebut berkisar pada angka tahun 1920.

Kapal tersebut merupakan sumber data yang mewakili sebuah tahapan teknologi transportasi sungai yang melibatkan adaptasi teknis fungsional dengan memanfaatkan sarana transfortasi air.

Sumber : Laporan Balai Arkeologi Kalimantan Selatan tahun 1998.