Sejarah SMAK Santo Yusup Kota Blitar

0
912

Pada masa kolonial, Blitar adalah kota kecil dengan konsentrasi penduduk Eropa yang padat. Industrialisasi yang berkembang menarik pendatang dari Eropa untuk tinggal di kota ini. Pertumbuhan penduduk yang tinggi memunculkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan kota. Dalam bidang layanan publik, kebutuhan akses pendidikan yang baik juga meningkat. Lembaga-lembaga pendidikan akhirnya bermunculan di Blitar.

Tahun 1920-an telah tersedia sekolah tingkat dasar sampai tingkat menengah dan sekolah calon pamong praja bumiputera. Salah satu sekolah yang lahir pada masa itu adalah SMAK Santo Yusup.  Ketika didirikan pada 1920-an, sekolah ini masih bernama HISP (Holland Inlandsch School Particulier) yang setara dengan sekolah dasar sekarang. Pada tahun 1950-an sekolah itu meningkat menjadi SMP Katolik dan pada 1960-an menjadi SMK Katolik.

Peran lembaga keagamaan Katolik dalam pendidikan di Blitar memang penting. Karena Blitar pada masa kolonial merupakan salah satu kota pusat misi-misi Katolik. Bahkan pada 1927 jemaat Katolik di Blitar memulai sebuah sejarah baru, yaitu melaksanakan misa dengan iringan lagu Jawa. Hal itu berkat usaha CI. Sindoeperwata, seorang guru di Blitar, yang membuat tejemahan dari bahasa Belanda. Tokoh yang berperan dalam pengembangan pendidikan Katolik di Blitar dan Jawa Timur pada umumnya adalah Dr. Th. De Backere. Beliau tertarik pada gagasan untuk mendirikan sekolah dasa berbahasa Jawa, dan pada 1931 sudah membuka 59 sekolah. Kebanyakan dari sekolah-sekolah tersebut terkonsentrasi di daerah Blitar dan Kediri. (Lap. Inventarisasi ODCB di Kota Blitar Tahap II 2015)

Tiang penyangga teras sistem                     balok runcing
Prasasti SMK Santo Yusup Kota                           Blitar
Lantai tegel
Teras depan