Petirtaan Ngawonggo

0
827

Petirtaan Ngawonggo terletak di dusun Nanasan, Desa Ngawonggo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang, terletak diantara aliran Sungai Kemanten (di sebelah utara) dan saluran irigasi (di sebelah selatan). Sumber air sungai Kemanten berada di Desa Jambesari, Kecamatan Poncokusumo. Sementara, saluran irigasi dibangun pada tahun 1908 oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Keberadaan Situs petirtaan Ngawonggo sudah lama diketahui oleh warga setempat. Menurut informasi dari warga, sejak tahun 1970 warga sudah mengetahui keberadan situs ini dan memanfaatkan air yang mengalir untuk kebutuhan sehari-hari.

Petirtaan Ngawonggo terdiri dari tiga buah struktur kolam yang letaknya berjejer arah timur – barat, satu dinding berelief, dan dua buah fragmen arca. Selain itu terdapat beberapa temuan lepas berupa fragmen keramik berbahan terakota, porselin, dan stoneware, juga terdapat fragmen tulang, fragmen gigi, dan fragmen logam. Temuan lepas berupa fagmen keramik, fragmen logam, fragmen tulang, fragmen gigi merupakan temun hasil penggalian masyarakat dari struktur kolam 2, sedangkan fragmen arca berupa jaladwara dan fragmen kepala arca merupakan temuan tahun 2015 yang sempat dipindahkan warga namun dikembalikan lagi ke lokasi situs. Struktur situs ngawonggo digambarkan sebagai berikut :

  1. Struktur Kolam 1, terdiri dari dua buah kolam, yaitu Kolam 1A (sebelah timur) dan Kolam 1B (sebelah barat). Struktur Kolam 1 secara keseluruhan memiliki ukuran panjang 14 m, lebar 2,96 m dan kedalaman 1,12 m. Antara Kolam 1A dan Kolam 1B dipisahkan sebuah sekat berupa dinding batu padas. Posisi Kolam 1A berada di sebelah timur dengan ukuran panjang 9,6 m, lebar 2,96 m, dan kedalaman 1,12 m. Pada sisi barat terdapat dinding merupakan pembatas antara Kolam 1A dan Kolam 1B, sebuah celah terdapat pada dinding ini menjadi saluran air yang menghubungkan Kolam 1A dan Kolam 1B. Pada sisi selatan Kolam 1A terdapat 12 bidang panil, yang sebagian besar dipahat dengan berbagai bentuk arca tokoh, namun dengan kondisi yang sudah aus. Di sebelah barat Kolam 1A terdapat Kolam 1B, memiliki ukuran panjang 4,4 m, lebar 2,96 m, dan tinggi 1,12 m. Pada sisi selatan terdapat dinding batu padas melintang arah barat – timur, pada terdapat pahatan relief sebagai hiasan dekoratif motif meander/sungai yang kondisi saat ini telah aus.
  2. Struktur Kolam 2, terdapat di sebelah barat Struktur Kolam 1. Seperti halnya kolam 1, struktur Kolam 2 juga terdiri dari dua buah kolam, yaitu Kolam 2A (di sebelah timur) dan Kolam 2B (di sebelah barat). Struktur Kolam 2 secara keseluruhan memiliki ukuran panjang 13,6 m, lebar 3,6 m, dan kedalaman 0,74 m. Antara Kolam 2A dan Kolam 2B dipisahkan sebuah sekat berupa dinding batu padas. Kolam 2A terletak di sebelah timur dengan ukuran panjang 7,94 m, lebar 3,6 m, dan kedalaman 0,74 m. tiga sisi dari struktur Kolam 2A tampak polos tidak berelief hanya pada sisi selatan terdapat pahatan relief dekoratif di sepanjang dinding. Kolam 2B terletak di sebelah barat, memiliki ukuran panjang 5,2 m, lebar 3,6 m, dan kedalaman 0,74 m. Dinding timur merupakan dinding batu padas dengan orientasi utara – selatan, dinding ini merupakan pembatas antara Kolam 2A dan kolam 2B. Dinding barat merupakan dinding batu padas yang terdiri dari tiga tingkat pada tingkat kedua terdapat pahatan relief dekoratif bermotif geometri.
  3. Dinding berelief, struktur ini merupakan sebuah dinding batu padas dengan pahatan relief bermotif meander/sungai. Struktur yang memiliki ukuran panjang 7 m, lebar 0,51, dan tinggi 0,7 m ini terdapat di tebing Sungai Kemanten. Letak Dinding Berelief ini di sebelah barat Struktur Kolam 2.
  4. Struktur Kolam 3 terdapat di sebelah barat Dinding Berelief. Struktur Kolam 3 memiliki ukuran panjang 8,4 m, lebar 2,8 m, dan kedalaman 1,6 m. pada sisi dinding selatan terdapat beberapa pahatan relief yang kondisinya saat ini sudah aus, hanya tersisa satu relief yang masih dapat dikenali berupa pahatan manusia dengan posisi kaki terbuka kedua tangan dalam posisi terbuka keatas, raut wajah sudah tidak terlihat jelas yang diidentifikasi sebagai Ghana.

Saat ini belum banyak hasil penelitian mengungkap tentang situs ini, dugaan awal situs petirtaan Ngawonggo berasal dari era kerajaan Hindu-Budha antara abad 10 – 13 Masehi. Letaknya yang berada di tebing sungai menjadikan petirtaan ini tergolong unik dan langka, karena jarang dijumpai di wilayah Jawa.

Upaya pelestarian situs petirtaan Ngawonggo, mulai dilakukan di tahun 2017 dengan  melakukan kegiatan zonasi pelindungan dan menempatkan juru pelihara. Upaya pelindunngan hukum juga sudah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Malang, dengan menetapkan Petirtaan Ngawonggo sebagai Cagar budaya sejak tanggal 21 September 2021. (Unit Pubdok, BPK XI)