Konservasi Candi Kidal (Lingkungan)

0
1412

Lingkungan kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna. Lingkungan terdiri dari dua komponen abiotik dan biotik, komponen abiotik adalah komponen yang tidak bernyawa seperti, tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya dan suara. Sedangkan komponen biotik adalah komponen yang didalamnya berupa mahluk hidup seperti tumbuhan , hewan, manusia dan mikroorganisme (virus dan bakteri). Bangunan cagar budaya tidak mungkin akan terlepas dari pengaruh kondisi lingkungan. Interaksi dengan lingkungannya akan terjadi dan merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari, sehingga cepat atau lambat akan terjadi  permasalahan yang berakibat terjadinya penurunan kualitas bahan dasar yang digunakan.

Kondisi Lingkungan

Candi Kidal menempati lahan berbentuk persegi dengan luas lahan halaman pertama utama 103 x 41 m  dan halaman kedua 43 x 38 m. Bangunan Candi Kidal letaknya lebih rendah dari lingkungan sekitar ± 140 cm pada sisi barat, dengan penataan taman menggunakan system terasiring. Candi Kidal tenggelam di tengah kawasan perumahan karena halaman candinya menjorok ke dalam sekitar 50 m dari jalan raya. Sekitar lokasi candi dikelilingi oleh peternakan ayam, sehingga praktis udara disekitarnya tercemar oleh bau ayam beserta kotorannya kondisi ini sangat menganggu pengunjung. Sejauhmana pengaruh peternakan dengan penurunan kualitas material penyusun cagar budaya perlu adanya kajian lebih mendalam lagi.

Candi Kidal berada pada kawasan yang cukup rimbun, dengan vegetasi tanaman berupa tanaman keras dan tanaman hias. Kondisi tanaman yang cukup padat sangat berpengaruh pada kelembaban udara, dan berdampak pada percepatan tumbuhnya jasad biotis.

Penataan taman Candi Kidal sudah cukup baik. Pada sisi timur jenis tanaman yang tumbuh adalah tanaman hias dengan jarak tanam yang cukup dekat ± 4,5 m, dengan lingkar batang 25 cm dan tinggi mencapai ± 4 m. Kondisi tanaman pada sisi ini cukup rapat dan rimbun dan cukup dekat dengan candi sehinnga berdampak pada kelembaban udara.

Pada sisi barat jenis tanaman yang ada berupa tanaman hias dan tanaman keras dari jenis kelengkeng. Tanaman kelengkeng ini berjumlah empat buah dengan jarak tanam terdekat 15 m dan terjauh 31 dengan lingkar batang cukup besar ± 250 cm. Pada jarak yang sama berjajar tanaman palm dengan ketinggian rata-rata delapan meter dan berjumlah sembilan buah.

Sisi selatan  terdapat beberapa tanaman hias dan maja sedangkan, tanaman yang berada diluar pagar berjenis tanaman keras seperti pohon durian, langsap dan sirsak.Tanaman durian ini cukup tinggi sekitar 15 m dengan lingkar batang yang cukup besar sehingga daun yang beguguran masuk ke area candi.

Kondisi tanaman pada sisi utara cukup rimbun dengan vegetasi tanaman yang ada dari tanaman hias seperti puring dan palm. Beberapa tanaman keras yang ada berupa beringin dan yang berada diluar pekarangan dari jenis kelengkeng dan kopi sehingga menambah rimbunnya tanaman.

    Kondisi lingkungan sisi selatan
      Kondisi lingkungan sisi timur
     Kondisi lingkungan sisi utara
     Kondisi lingkungan sisi barat

Suhu dan Kelembaban Udara

Suhu udara terjadi karena adanya transfer panas secara radiasi yang diterima oleh atmosfer. Suhu udara merupakan keadaan udara pada

waktu dan tempat tertentu. Suhu udara dipengaruhi oleh beberapa hal diantarnya :

  • Penyinaran matahari, meliputi jarak dan lamanya penyinaran, serta basar kecilnya sudut datang matahari. Semakin besar intensitas penyinaran matahari semakin tinggi tempertur udara.
  • Tinggi rendahnya permukaan daratan. Semakin tinggi suatu tempat di daratan dari permukaan air laut, semakin rendah temperaturnya.
  • Sifat permukaan bumi, permukaan daratan lebih cepat menyerap dan melepaskan panas dibanding permukaan laut.

Kelembaban udara adalah perbandingan antara banyaknya uap air yang ada di udara dengan banyaknya uap air maksimum yang dapat dikandung oleh udara pada suhu dan tekanan yang sama. Makin tinggi suhu, makin banyak kandungan air.

Indonesia yang merupakan daerah tropis lembab dengan kelembaban udara diatas 65 % dengan kelembaban relatif berkisar 70 % – 80 % dan suhu rata – rata harian 28º C – 32º C. Kondisi kelembaban di Indonesia yang semacam ini sangat memegang peranan dalam percepatan proses degradasi material cagar budaya, apa lagi banyak cagar budaya yang tersebar di Wilayah Indonesia berada diluar ruangan. Secara ideal kelembaban udara berkisar antara 45 % – 65 %. Kelembaban udara di bawah 45 % akan memungkinkan kondisi benda terlalu kering terutama untuk koleksi yang terbuat dari bahan organik sehingga membahayakan cagar budaya, sedangkan kelembaban udara di atas 70 % akan menyebabkan tumbuhnya jamur.

Berhubungan suhu dan kelembaban udara curah hujan, curah hujan daerah Kidal dan sekitarnya dalam kurun waktu 10 tahun terakhir rata-rata berkisar 1832 mili meter tiap tahun dengan lama hujan 114 hari. Kondisi curah hujan yang cukup tinggi berpengaruh pada iklim yaitu suhu dan kelembaban.

Untuk mengetahui keadaan suhu dan kelembaban udara di Candi Kidal dilakukan pengukuran dengan alat thermohygro meter. Pengukuran  suhu dan kelembaban udara yang dilakukan pada pagi hari antara pukul 07.00 – 07.30, siang hari pada pukul 12.00 – 14.00 dan pada sore hari pada pukul 16.00 – 16.30, dari hasil pengukuran diketahui hasilnya sebagai berikut :

Pengukuran suhu dan kelembaban
NO WAKTU SUHU (° C ) KELEMBABAN ( % )
1. PAGI 28 67
2. SIANG 42 57
3. SORE 29 58

 

pH Tanah dan pH air

pH merupakan kepanjangan dari potensial hidrogen yang memiliki arti derajat keasaman ataupun basa dari suatu senyawa. Rentang pengukuran pH berkisar antara 0 hingga 14. pH dikatakan netral bila berada pada nilai tujuh. Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan alat soiltester dan pengukuran pH air dilakukan dengan menggunakan pH paper. Pengukuran pH tanah dan pH air ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman air dan tanah pada Candi Kidal. Dampak yang ditimbulkan oleh keasaman tanah dan air adalah terjadinya proses degradasi pada material cagar budaya. Hasil yang diperoleh dari pengukuran pH tanah di Candi Kidal berada pada kisaran 6,8-6,9 yang berarti netral, sedang pH air menunjukan angka tujuh yang juga berarti netral.

  Pengukuran pH tanah dan pH air

Angin

Kecepatan angin secara tidak langsung berpengaruh pada proses degradasi material cagar budaya. Pengaruh angin pada cagar budaya adalah terjadinya erosi atau terkikisnya material penyusun cagar budaya. Selain itu, angin juga memiliki pengaruh terjadinya kontaminasi mikroorganisme. Angin yang berhembus dapat membawa biji atau spora tumbuhan yang akhirnya menempel dan tumbuh pada batuan cagar budaya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan dan arah angin :

  • Tekanan angin
  • Gaya pembelok akibat rotasi bumi
  • Kekuatan geser, kekuatan ini berlawanan dengan arah gerakan, karena itu bersifat mengerem.

Dari hasil observasi yang dilakukan pada situs Candi Kidal diketahui arah angin sebagai berikut :

No. Jam pengamatan Arah angin
1. Pagi Timur
2. Siang Barat
3. Sore Timur

Drainase

Keberadaan situs Candi Kidal yang lebih rendah dari tanah disekitarnya ini memerlukan sistem pengairan yang baik. Drainase pada Candi Kidal dibuat pada waktu pemugaran tahun 1986-1990 dengan menggunakan gorong-gorong berdiameter 30 cm yang ditanam ditanah dengan kedalaman kurang lebih 150 cm. Drainase ini berada pada sisi timur candi dengan lebar bak kontrolnya 89 cm dan panjang 100 cm. Saluran air ini mengarah ke timur menuju ke Sungai Gedhe sepanjang kurang lebih 25 meter dan tidak sampai menuju ke sungai. Sistem drainase yang baik akan mengurangi debit air yang masuk ke cagar budaya yang juga berarti akan mengurangi kapilarisasi dan kelembaban tanah.