Ogan Komering Ulu sesekali bukanlah wilayah yang tertutup. Ciri budaya luar yang terlihat pada benda-benda cagar budaya OKU mencerminkan keterbukaan wilayah ini, dan juga masyarakatnya. Kenda berada di daerah pedalaman, di masa-masa awal perkembangan kebudayaannya, OKU dapat berhubungan dengan wilayah lain lewat keberadaan Sungai Ogan dan Sungai Komering. Masyarakat OKU dapat beriteraksi dengan kelompok masyarakat lain, yang sangat memungkinkan bagi kemajuan kebudayaan- peradaban setempat. Makna seper keterbukaan inilah yang harus digali-kembang dalam sebuah pemaknaan, sehingga memiliki relevansi dalam kehidupan saat ini.

Masih ada lagi beberapa makna terkandung yang dimiliki oleh cagar budaya OKU. Misalnya, tentang kearifan terhadap lingkungan yang tercermin dalam keseharian para penghuni gua di Padangbindu; tentang toleransi antara Ras Australomelanesoid dan Ras Mongoloid yang diduga sempat hidup berdampingan; atau, tentang ketahanan budaya masyarakat OKU dalam menerima pengaruh luar. Mengkomunikasikan makna terkandung tersebut tentu harus saja dilakukan lewat penginter- pretasian. Dan untuk pemaknaan kontemporernya, muatan interpretasi yang disampaikan pun bukan sekadar gambaran rekonstruksi kesejarahan atau pengetahuan masa lalu. Namun utamanya, hal-hal yang dapat memberikan persepsi dan pemahaman tentang pengalaman masa lalu dalam konteks kekinian.