Lumpang dan Lesung

0
5392
ririfahlen/bpcbjambi

Selain temuan-temuan di atas terdapat pula benda-benda megalitik berupa batu lumpang dan batu lesung. Batu lesung adalah jambangan batu yang berbentuk panjang dengan sudut-sudut membulat. Ada yang menganggap jambangan ini dipergunakan untuk menyimpan tulang-tulang manusia, seperti yang dilakukan di Nias. Batu-batu palung antara lain terdapat di Pajarbulan (Impit Bukit), Gunungmegang, Tebatgunung, Dusun Pagaralam, dan Pulaupanggung (Sekendal). Di beberapa tempat batu-batu palung tersebut, dibentuk seperti tubuh manusia, bahkan didekat Tebat Beluhu, sebuah palung dipahatkan bersama-sama dengan arca manusia, seolah-olah manusia tersebut memeluk palung. Arca tersebut berbentuk seperti arca-arca yang umumnya terdapat di daerah Besemah.

ririfahlen/bpcbjambi

Batu lesung adalah sebongkah batu yang diberi lubang sebuah atau lebih, dengan diameter lubang dan dalam rata-rata 15 cm.permukaan batu yang rata dibagi dalam empat ruang oleh bingkai-bingkai. Kadang-kadang tiap ruang berlubang. Penduduk setempatmengatakan bahwa batu-batu tersebut pada zaman dahulu digunakan untuk menumbuk padi-padian. Batu lesung seperti ini ditemukan pada tempat-tempat kompleks bangunan megalitik. Di Besemah, batu tersebut dinamakan batu lesung atau lesung batu, ditemukan antara lain di Tanjungsirih, Geramat (Mulak Ulu), Tanjung-aghe, Tebingtinggi, Lubukbuntak, Gunungmigang, danPajarbulan Impit Bukit.di luar daerah Besemah ditemukan pula peninggalan-peninggalan megalitik, yaitu di daerah Lampung, Baturaja, Muarakomering dan Pugungraharjo, antara lain berupa arca-arca nenek moyang, seperti yang ditemukan di Jawa Barat.

ririfahlen/bpcbjambi

Selain situs-situs yang disebutkan diatas, pada tahun 1999-2002 Balai Arkeologi Sumatera Selatan (dulu Balai Arkeologi Palembang) melakukan penelitian lanjutan di situs Muarapayang salah satu kompleks situs prasejarahdi Tanah Besemah. Temuan yang didapat berupa pecahan periuk, kendi tanah liat, fragmen keramik asing, tempayan kubur, kerangka manusia, alat-alat batu, bagunan megalitik, benteng tanah, makam puyang, dan sebagainya (Indriastuti, 2003). Situs Muarapayang sebagai salah satu situs pemukiman pra-sejarah telah dikenal sejak tahun 1932 oleh peneliti van der Hoop yang pernah menerbitkan buku berjudul “Megalitic Remain in South Sumatra”. Dalam buku tersebut di uraikan tentang adanya penemuan sebuah dolmen di Dusun Muarapayang. Informasi tentang tinggalan-tinggalan budaya dari situs Muarapayang tampak nyata, seperti tinggalan berupa kompleks bagunan megalik, kompleks kubur tempayan, dan benteng tanah.

ririfahlen/bpcbjambi

Kelanjutan tradisi megalitik pada umumnya masih terdapat di tempat-tempat lainnya di Indonesia yang berkembang dalam corak-corak lokal dan kondisi masa sekarang. Di Tanah Besemah yang telah beragama islam dan telah banyak menerima pengaruh budaya dari luar, agak sulit untuk menentukan kebiasaan-kebiasaan yang berasal dari zaman megalitik. Kadang-kadang nuansa tradisi prasejarah ini masih tampak nyata di sejumlah tempat dan masyarakat dengan tradisi megalitiknya pada beberapa aspek pemujaan leluhur.

(ditulis oleh: Nasruddin, artikel ini disadur dari tulisan yang berjudul “Megalitik Pasemah; Penanda Zaman Selaras Alam”, yang telah dipublikasikan dalam buku “Megalitik Pasemah, Warisan Budaya Penanda Zaman”)

bersambung…