Rumah peninggalan Pangeran Roes ini terletak di Jalan Pangeran Roes, Kelurahan Muaro Lakitan, Kecamatan Muaro Lakitan, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan.
Rumah ini dibangun pada tahun 1932 oleh Pangeran Roes. Beliau adalah seorang pesirah pada masa Pemerintahan Hindia Belanda. Sebelum diangkat menjadi pesirah, beliau merupakan seorang pemimpin adat, pemuka agama dan pemerintahan pada marga sikap dalam musi (Muaro Beliti).
Kompleks rumah Pangeran Roes memiliki beberapa bangunan, selain bangunan induk yang berfungsi sebagai tempat tinggal juga terdapat bangunan paviliun yang berfungsi sebagai kantor dan rumah tahanan sementara. Berjarak sekitar 70 m sebelah barat kompleks rumah terdapat masjid yang dibangun sejaman dengan bangunan rumah tersebut.
Bangunan induk terbagi atas beberapa bagian, yaitu teras, ruang tengah yang terbagi menjadi 2 bagian yaitu bagian depan sebagai ruang tamu dan bagian belakang sebagai ruang transit, kemudian bagian belakang sebagai ruang makan. Terpisah dari bangunan induk di bagian belakang terdapat bangunan tambahan yang berfungsi sebagai ruang service yaitu, ruang logistik, dapur, kamar pembantu dan MCK. Bangunan ini terhubung dengan bangunan induk melalui sebuah pergola.
Bangunan rumah Pangeran Roes bergaya arsitektur tradisional, berbahan kayu, hanya bagian pondasi dan sebagian kaki bangunan yang terbuat dari beton. Dinding bangunan tersebut tersusun dari papan kayu vertikal. Terasnya merupakan teras tertutup dengan dua buah pjntu masuk dan dindingnya merupakan deretan jendela yang jika diperlukan dapat dibuka seluruhnya. Lantainya merupakan lantai ubin dan semen berplester. Atapnya berbentuk atap limas.
Meskipun bergaya arsitektur tradisional, namun pada beberapa komponen bangunannya memiliki sentuhan kolonial (Eropa). Diantaranya adalah kaki bangunan induk yang terbuat dari susunan pecahan batu alam (berwarna hitam) berperekat semen, lantai ubin/tegel berwarna abu kehijauan dengan kombinasi tegel warna merah hati, pemakaian pintu koboi pada penghubung ruang tamu dan ruang transit dan pintu penghubung ruang makan dengan pergola menuju bangunan tambahan. Beberapa ornamen bangunan juga bercorak kolonial, salah satunya adalah motif ormanen terawangan pada ventilasi di atas pintu utama.