Situs Muara Betung

0
878

Situs ini lebih dikenal dengan lokasi penemuan tempayan kubur yang diteliti pada tahun 1996. Ketika itu masih menjadi wilayah Kabupaten Lahat. Ada 2 lokasi yang diketahui terdapat peninggalan tempayan kubur di wilayah Kecamatan Ulu Musi yaitu situs Kunduran dan Muara Betung. Sejak penemuan tempayan kubur yang diteliti oleh Suroso MP ditenggarai sebagai situs kubur dari masa neolitik atau masa perundagian (paleometalik). Melalui hasil ekskavasi, dapat terungkap mengenai bentuk dan cara penguburan masyarakat di dataran tinggi Pasemah. Konteks penguburan itu berkorelasi dengan persebaran sumber daya lingkungan khususnya sumberdaya tembaga dan besi yang ditemukan diwilayah pedalaman (Soeroso. MP, 1998). Selanjutnya pada tahun 1997 Retno Purwanti, mengadakan ekskavasi lanjutan di situs kubur tempayan di desa yang sama dengan menemukan 19 buah tempayan yang terdiri dari 14 buah tempayan sepasang yang terdiri dari wadah dan tutup, serta 5 buah tempayan tunggal, selain ditemukan tempayan disitus tersebut juga didapatkan sebuah dolmen yang berada di tengah-tengah lokasi temuan tempayan. Sedangkan pada temuan tempayan ukuran besar di dalamnya ditemukan gigi-gigi manusia dan tengkorak. Tempayan kubur yang berada di dekat dolmen mempunyai diameter diatas 100 cm, sedangkan yang jauh dari dolmen mempunyai ukuran diameter kurang dari 75 cm. (Retno Purwanti, 2002).

Menurut keterangan penduduk setempat bahwa sejak penelitian terdahulu (1996-1997) tidak pernah lagi ada penelitian di daerahnya, begitu juga dengan kondisi saat ini, bahwa masyarakat tidak pernah lagi memberikan informasi baru terkait dengan temuan tempayan. Tetapi tidak jauh dari lokasi keberadaan dolmen, jaraknya sekitar 200 meter di sebelah barat, seorang warga menyimpan beberapa benda dan batu-batu berbentuk unik. Menerima informasi itu, maka tim segera menemui warga yang dimaksud, lalu melakukan wawancara kepada penemu atau pemilik benda-benda itu sekaligus mendokumentasikan koleksi yang dimilikinya.

Bersambung…

(artikel ini ditulis oleh Nasruddin, disadur dari tulisan yang berjudul “Potensi Data Prasejarah Dari Lahat Hingga ke Empat Lawang”, yang telah dipublikasikan dalam buku “Megalitik Pasemah, Warisan Budaya Penanda Zaman”)