Potensi Data Prasejarah Dari Lahat Hingga ke Empat Lawang

0
485

Satu persatu kendaraan ojek mulai berdatangan di halaman rumah pak sekdes, setelah dihubungi via sms secara berantai oleh Sutarman salah satu staf kecamatan yang menjadi nara sumber dan pendamping tim. Sebanyak delapan ojek motor kemudian mengantar kami menuju lokasi “batu bertulis”, begitu sebutan yang mereka ucapkan ketika menanyakan ke sekdes untuk lokasi batu bergambar yang kami maksud. Iring- iringan kendaraan ojek motor itupun mulai bergerak melintasi jalan setapak di tengah kampong, lalu menurun dan berkelok, kemudian melewati sungai yang dangkal berbatu, tetapi arus airnya cukup deras. Para tukang ojek itu sangat tangkas mengemudikan ojeknya, baginya jalan yang tidak beraspal dan sedikit berlumpur, bukan suatu masalah dan rintangan. Tetapi kami yang berada dibelakang goncengan sedikit tegang dan lutut bergetar melihat kondisi jalan, namun akhirnya kamipun sampai dengan selamat di lokasi setelah menempuh perjalanan yang cukup sulit dengan morfologi lingkungan berbukit berkelok melewati hutan perkebunan kopi.

Dengan nafas yang terputus-putus sampai juga di atas bukit dimana gambar-gambar kuno itu tertera. Terdapat dua buah onggokan bebatuan besar yang menancap di atas bukit itu secara berdampingan dan satu lagi batu yang lebih rendah letaknya terpisah dengan onggokan batu sebelumnya. Batu bergambar yang dimaksud akhirnya tampak di depan mata. Lalu mata terus mengamati obyek gambar yang dituturkan oleh salah seorang pengantar, sambil menunjuk ke arah batu bergores itu. Bentuk dan rupa gambar-gambar bergores yang terpampang pada pemukaan tebing batu monolit berupa muka manusia yang digambarkan dengan rambut menjuntai ke atas, bibir tebal, dan telinga lebar.

Lama juga kami membaca goresan-goresan itu untuk sampai pada kesimpulan bahwa memang benar gambar itu adalah suatu karya manusia yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu dan mungkin berasal dari kurun waktu cukup tua. Walaupun belum dapat ditaksir periodesasinya, tetapi dari segi gaya, tipe dan teknik penggambaran setidaknya menggunakan teknik gores, pahat, maupun cukil, sehingga artefak ini dapat dikorelasikan dengan era megalitik Pasemah.

Lokasi keberadaan peninggalan ini masih cukup sulit untuk dijangkau. Perlu tenaga informan dari masyarakat lokal atau meminta jasa petani kopi yang memiliki kendaraan ojek untuk mengantarkan sampai ke tujuan. situs ini terletak di antara kebun kopi milik penduduk bernama Ibu Inul (70 th) yang berada di sebuah perbukitan. Memiliki jarak tempuh sekitar 35 menit dari jalan beraspal dari desa Jarakan ke arah kecamatan Pendopo, lalu memotong jalan setapak di balik kampong menuju areal kebun kopi dan persawahan. Sepanjang perjalanan menuju lokasi tidak akan menjumpai rumah kecuali bentang alam untuk peruntukan perkebunan kopi dan petak-petak sawah dengan latar perbukitan Barisan.

Bersambung…

(artikel ini ditulis oleh Nasruddin, disadur dari tulisan yang berjudul “Potensi Data Prasejarah Dari Lahat Hingga ke Empat Lawang”, yang telah dipublikasikan dalam buku “Megalitik Pasemah, Warisan Budaya Penanda Zaman”)