Ditulis oleh: Rr. Triwurjani
Arca megalitik biasanya dibuat dengan bentuk yang sangat sederhana menampilkan figur manusia dengan wajah dan tubuh saja dan kadang dengan memperlihatkan alat kelamin. Arca megalitik dengan bentuk seperti ini merupakan pengembangan dari bentuk menhir yang diberi pahatan wajah manusia di bagian atasnya. Itu sebabnya mengapa figur manusia yang digambarkan tidak dilengkapi dengan dengan anggota badan seperti tangan dan kaki. Pada perkembangannya ada pula yang dilengkapi dengan anggota badan akan tetapi biasanya hanya bagian tangan dan kaki saja. Menhir adalah batu tegak yang sengaja dibuat sebagai simbol kekuasaan dari pemimpin yang dihormati. Apabila pemimpin tersebut telah mati maka menhir itu adalah ‘batu peringatan’ hubungan antara yang masih hidup dengan orang (pemimpin, orang yang dihormati, leluhur) yang sudah mati.
Arca-arca Megalitik Pasemah berbeda dengan arca megalitik yang ditemukan di Nusantara seperti di situs Passo, Sulawesi Tengah; Cikapundung, Sukabumi, Ciamis- Jawa Barat; dsb. Arca-arca megalitik Pasemah menggambarkan suatu figur manusia secara harafiah memperlihatkan kepada, badan, anggota badan dan kaki meskipun berukuran melebihi ukuran manusia normal. Ia digambarkan bersama dengan hewan atau dengan figur manusia lain yang lebih kecil.Wajahnya digambarkan mempunyai mata melotot, dahi besar, bibir tebal agak mengatup, telinga lebar, hidung besar bentuk segi tiga, dengan mimik seperti ini arca-arca Pasemah mempunyai kesan menyeramkan.
Arca-Arca Pasemah ditemukan di dataran Tinggi Pasemah di lereng Gunung Dempo (± 3159 m dpal) seluas ± 70 km2, meliputi Kabupaten Lahat dan Kota Pagar Alam. Pada lereng tersebut ditemukan berbagai tinggalan arkeologi dari masa megalitik antara lain dolmen, menhir, batu lumpang, batu berlubang, tetralith dan arca. Sebaran arca-arca tersebut mempunyai ciri-ciri dan karakteristik yang sama yang hanya ada di Pasemah. Bagaimana gambaran sebaran arca-arca tersebut dan variasi- variasinya yang menujukkan keunikan Pasemah perlu diungkapkan untuk mengetahui fenomena budaya yang pernah ada di Kawasan Pasemah, Sumatera Selatan. Analisis pendahuluan melalui deskripsi diharapkan dapat menggambarkan keberadaan arca-arca tersebut.
Kawasan Pasemah terletak dilereng sebelah tenggara Gunung Dempo, secara astronomis terletak pada koordinat 102016’ -1030045’ BT dan 3015’ – 40020’LS. Kawasan yang merupakan dataran tinggi tempat ditemukannya sebaran arca megalitik, termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Lahat dan Kota Pagar Alam, yang terletak di sebelah barat kota Palembang. Kawasan ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat selama ± 6-8 jam, dengan jarak ± 220 km dari Palembang ibukotaProvinsi Sumatera Selatan. Apabila kita memasuki kota Lahat maka kita akan melihat bukit Jempol (berbentuk seperti jempol tangan) yang merupakan ikon Kabupaten Lahat sebagai penghasil batu bara. Sejak ditemukan dan bermunculannya sejumlah benda megalitik seperti ratusan dolmen, puluhan tetralith, lumpang batu, batu berlubang, menhir, arca, leseung batu dll, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Lahat pada tahun 2013 mencanangkan kota Lahat sebagai kota ‘1000 (seribu)’ megalit. Hal ini dilakukan sebagai salah satu usaha penyelamatan terhadap tinggalan arkeologi juga sebagai promosi agar orang datang dan mengenal sejarah kebudayaan Pasemah dan juga memperkenalkan alam Kota Lahat dan Pagar Alam yang indah dan sejuk dengan banyaknya air terjun dan danau, serta sungai-sungai yang mengalir dimana ikan ‘semah’ hidup. Ikan semah sejenis ikan bandeng yang sangat populer di masyarakat Pasemah. Konon hal ini pula yang menyebabkan kawasan tersebut diberi nama dengan pasemah atau bahasa lokalnya ‘Besemah’, yang artinya mengandung ikan semah. Ikon ikan semah terpampang dalam bentuk tugu ikan di simpang jalan antara Kota Pagar Alam dan Lahat.
Situs-situs megalitik yang mengandung temuan arca tersebar di punggungan bukit, lembah, atau kaki bukit. Situs-situs tersebut terhampar pada suatu area yang datar. Situs-situs yang terletak di puncak punggungan bukit, antara lain Situs Tanjung Sirih, Tinggi Hari, dan Gunung Kaya. Situs-situs yang terletak di lembah antara lain Situs Tegur Wangi, Belumai, dan Tanjung Ara. Situs-situs yang terletak di kaki bukit pada area yang datar adalah Situs Tanjung Telang dan Muara Danau. Situs-situs yang terletak di puncak-puncak punggungan bukit antara lain Situs Tegur Wangi, Tinggi Hari, Tanjung Sirih, Randu Hati, Sinjar Bulan, dan Muara Dua. Sebagian besar situs-situs tersebut terletak di gugusan Bukit Gumay. Beberapa arca megalitik Pasemah ada yang terdapat disimpan di Museum Balaputeradewa, Palembang dan Museum Nasional, Jakarta. Beberapa situs yang mengandung temuan arca antara lain situs: Tegur Wangi, Tanjung Beringin, Tebing Tinggi, Talang Pagar Agung, Tanjung Aro, Gunug Kaya, Kota Raya lembak, Sinjar Bulan, Rindu Hati, Muara Dua, Muara Danau, Tinggi Hari I, II, III, IV, Tanjung Sirih, Tanjung Raja, Pagar Gunung, Tepi Sungai Lematang, Pasar Baru, dan Tanjung Telang.
(artikel ini disadur dari tulisan yang berjudul “Gerak Dinamis Figur Manusia dan Hewan pada Arca-Arca Megalitik Kawasan Pasemah Sumatera Selatan”, yang telah dipublikasikan dalam buku “Megalitik Pasemah, Warisan Budaya Penanda Zaman”)