Konten Pengelolaan Website Kebudayaan

You are currently viewing Konten Pengelolaan Website Kebudayaan

Konten Pengelolaan Website Kebudayaan

  • Post author:
  • Post category:Artikel

KONTEN PENGELOLAAN WEBSITE KEBUDAYAAN

oleh: Yunus Satrio

(Makalah disampaikan dalam workshop pengelolaan website kebudayaan 3 -5 Juni 2014)

 

Sebuah website kebudayaan merupakan satu dari sekian banyak website yang secara spesifik berisi satu item yang ditinjau dari berbagai segi. Dengan demikian, akan sangat sulit bagi para admin yang tidak mengetahui seluk beluk tentang masalah, klasifikasi, dan arah dari sebuah kebudayaan. Selain itu, isi dari sebuah website kebudayaan juga harus diupayakan menarik dan terstruktur serta mengerti apa yang menjadi masalah-masalah tentang kebudayaan.

Dalam Workshop Pengelolaan Website Kebudayaan yang diselenggarakan pada tanggal 3 – 5 Juni 2014, salah satu pemapar, Yunus Satrio melalui makalah berjudul “Konten Pengelolaan Website Kebudayaan” mencoba untuk mengkaji masalah-masalah yang dihadapi peserta workshop perihal kesukaran mereka untuk mengisi konten website kebudayaan. Satrio melihat bahwa kesukaran yang dihadapi para pengelola website kebudayaan yaitu:

  • sukar mencari dan berbagi informasi
  • Sukar menentukan informasi apa yang menarik
  • Sukar menemukan isu
  • Sukar memperoleh arahan dari pimpinan
  • Tidak punya ide dan semangat

Apabila telah menemukan solusi dan menemukan masalah yang hendak diungkap. Bagaimana cara pengungkapannya. Apakah dalam bentuk deskripsi singkat, mendetail, ataukah disertai dengan analisa? Menurut Satrio, tulisan tentang budaya dapat disampaikan melalui berbagai bentuk, diantaranya:

Cerita                    : dongeng, mitos, folklor, dan sebagainya.

Pemikiran            : Konsepsi tentang keheroikan, ketulusan, strategi, dan sebagainya.

Ulasan                  : deskripsi mengenai sebuah nilai dan karya budaya.

Kesan                    : penilaian sebuah peristiwa sejarah dan budaya

Opini                     : Pendidikan untuk semua orang

Ajakan                  : budaya santun, stop black campaign, dan sebagainya.

Pendidikan         : Unsur-unsur candi

Penyampaian sebuah isi konten kebudayaan juga harus diupayakan jelas ditujukan pada kelompok tertentu. Pengkaburan ajakan atau penyampaian dari sebuah tulisan dapat membuat pembaca bingung kemana arah ajakan atau isi tulisan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, Satrio membagi arah tulisan untuk dikomunikasikan kepada 5 kelompok, yaitu:

  • Kelompok Usia
  • Kelompok Sosial
  • Kelompok Intelek
  • Kelompok Khusus
  • Masyarakat umum

Patut dicatat bahwa arah penyampaian tulisan juga harus harus disesuaikan dengan bahasa dan cara berkomunikasi dari kelompok tersebut. Penyampaian dengan bahasa yang sesuai akan sangat besar pengaruhnya terhadap minat kelompok untuk tertarik dan memahami isi tulisan.

Berikut di bawah ini adalah contoh konten dari dua website kebudayaan kemdikbud, yaitu:

www.kebudayaan.Kemdikbud.go.id

  • menyampaikan informasi tentang kegiatan kedinasan dan manfaatnya bagi masy
  • membangun kepercayaan masyarakat
  • Menjadi media komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat terkait dengan kegiatan-kegiatan pembangunan. Pilih berita yang bisa menjelaskan kinerja unit-unit kerja bidang kebudayaan dan pencapaian hasil yang bisa dinikmati oleh masyarakat.

 www.kebudayaanindonesia.net

  • Memberi perhatian kepada persoalan jender, anakanak, dan orangtua
  • Memperoleh hubungan antar keyakinan, kelompok etnik, dan kelompok sosial
  • Website ini perlu dirancang menjadi cultural information center yang menyampaikan khasanah dan keberagaman budaya indonesia dan sebagai cultural hub.

Agar tampilan lebih menarik dan dipahami oleh pembaca, sebaiknya konten yang diupload tidak hanya diisi dengan tulisan semata. Satrio menyarankan untuk menambahkan beberapa bentuk grafis seperti gambar, dan video.

Menjelang akhir pemaparan, peserta diingatkan oleh Satrio bahwa setelah proses upload konten selesai maka akan timbul pertanyaan, maukah orang berkunjung lagi ke website kita? Isi konten yang bersifat alakadar biasanya akan ditinggalkan oleh pembaca dan mereka dipastikan tidak akan mengunjungi website kita lagi. Harus ada nilai informasi, pengetahuan umum, humanisme, dan konsistensi tulisan dalam konten kita sehingga pembaca diharapkan akan tertarik dan secara otomatis akan mengunjungi website kita lagi untuk melihat konten-konten lainnya yang ada dalam website.