Jakarta – Tenaga Humas Pemerintah berkerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan kegiatan diskusi Pendidikan yang Membebaskan. Kegiatan ini mengundang empat pembicara yaitu Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, Penulis buku 9 Summer 10 Autumns, Iwan Setyawan, pengajar PKBM Al Islah, Nyimas Gandasari, dan praktisi pendidikan, Pandji Pragiwaksono. Kegiatan ini dilaksanakan di perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Senayan, (3/5).
Dalam diskusi ini, Hilmar Farid mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia masih berkutat dengan hal-hal formal. “Kebebasan anak Indonesia saat ini masih diterjemahkan terbatas karena imajinas yang juga terbatas. Maka dari itu, lembaga pendidikan dapat berperan dalam mengembangkan imajinasi dan kreatifitas anak bangsa,” tutur Hilmar Farid.
Pendapat lain turut disampaikan oleh Pandji Pragiwaksono. Menurutnya, pendidikan merupakan suatu proses pemuasan penasaran. “Lembaga pendidikan memiliki kemampuan untuk menciptakan rasa penasaran anak didiknya. Itulah mengapa gelar menjadi tidak penting, yang penting adalah proses kerja keras menuju kesana,” jelas Pandji Pragiwaksono.
Diskusi Pendidikan yang Membebaskan ini merupakan kegiatan untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Mei. Selayaknya Ki Hajar Dewantara, sosok bapak pendidikan di Indonesia, Indonesia harus memahami bahwa pendidikan adalah seni untuk memahami kehidupan dan jalan menuju manusia yang beradab.