Liputan Program Redaksi Pagi Trans 7: Mengupas Sekolah Dokter Modern Pertama Indonesia di Museum Kebangkitan Nasional

0
923

Pada hari Rabu 20 Februari 2019 crew Trans 7 berkesempatan melakukan liputan dan pengambilan gambar untuk program Redaksi Pagi di area Museum Kebangkitan Nasional. Dengan reporter Lidya Wijaya dan kameraman Christopher, liputan ini dikhususkan untuk mengupas lebih dalam tentang STOVIA atau Sekolah Kedokteran Modern pertama yang ada di Indonesia.

Reporter didampingi oleh edukator Museum Kebangkitan Nasional berkeliling mulai dari Ruang STOVIA I, yang membahas tentang peralatan tradisional digunakan pada zaman dahulu sebelum adanya kedokteran modern. Pada ruangan ini reporter tertarik dengan alat bernama sembilu yang digunakan sebagai alat khitan tradisional.

Memasuki Ruang STOVIA II yaitu tentang lahirnya pendidikan dokter modern, reporter tertarik dengan alat hofman spiegel yang digunakan untuk melihat isi di dalam telinga. Kemudian di Ruang STOVIA III, perhatian reporter tertuju pada alat bius yang digunakan dengan cara tetes bernama open drop, yang berbeda dengan alat bius saat ini dengan menggunakan alat suntik.

Pada Ruang STOVIA IV, reporter berkesempatan untuk mencoba alat yang bernama speculum, saat itu digunakan untuk mendengar janin di dalam perut.

Setelah menjelajahi setiap ruang pamer alat kedokteran, reporter masuk menuju bangsal asrama pelajar STOVIA. Di ruangan tersebut, edukator Museum Kebangkitan Nasional menjelaskan bahwa di tempat tersebut mulai muncul pemikiran-pemikiran tentang adanya nasionalisme dan para siswa banyak belajar tentang toleransi dan kedisiplinan. Kemudian, reporter tertarik pada tabel yang menunjukkan jumlah kelulusan siswa STOVIA berdasarkan kelas sosialnya dalam masyarakat.

Setelah dari asrama siswa, reporter menuju Ruang Anatomi yang juga merupakan ruang memorial pendirian organisasi Boedi Oetomo. Di dalam Ruang Anatomi tersebut, reporter tertarik dengan alasan penggunaan jenazah orang Perancis dalam praktek pembedahan siswa STOVIA.