You are currently viewing Berakhirnya Kanvas Kehidupan Sang Seniman
Potret Diri Basoeki Abdullah

Berakhirnya Kanvas Kehidupan Sang Seniman

Kematian tak lantas menghentikan langkah seorang Basoeki Abdullah untuk berbakti kepada Bangsa dan Negaranya.

Pada bulan ini, tepatnya 102 tahun yang lalu, sosok pelukis kebanggaan Indonesia, R. Basoeki Abdullah, terlahir di kota Surakarta, Jawa Tengah. Bukanlah kebetulan belaka, bahwa Basoeki Abdullah merupakan putra dari R. Abdullah Suryo Subroto, seorang pelukis naturalis terkenal di Indonesia, sekaligus cucu dari sosok yang memprakarsai kebangkitan nasional, yakni Dr. Wahidin Sudirohusodo. Bakat Basoeki Abdullah yang begitu luar biasa salah satunya merupakan warisan dari Sang Ayah, dimana darah seni mengalir deras di tubuhnya, sehingga membawa Basoeki Abdullah menjadi sosok pelukis terkenal di sepanjang hidupnya.

Basoeki Abdullah lantas ditahbiskan sebagai “Duta Seni Lukis Indonesia.” Gelar itu didapat karena karya-karyanya yang telah memenangkan kompetisi lukis bergengsi di Eropa (lukisan Ratu Julianna dari Belanda), hingga berada dalam istana-istana raja dan presiden, maupun berada dalam ruang pameran bertaraf internasional. Kehidupan Sang Maestro Lukis Indonesia memang terbilang lebih lama dihabiskan di luar negeri. Terhitung hampir separuh hidup Basoeki Abdullah dihabiskan di Eropa hingga menjadi pelukis resmi Kerajaan Thailand. Pun dengan kenyataan tersebut tak berarti menghapus fakta bahwa Basoeki Abdullah adalah seseorang yang sangat mencintai Tanah Airnya, Indonesia.     

Tak terhitung karya-karya Basoeki Abdullah yang bertemakan pahlawan-pahlawan kebanggaan Indonesia, maupun sketsa perjuangan yang telah dibuatnya, adalah bentuk perjuangannya. Beliau juga terhitung merupakan seorang pendidik, yang turut mengajarkan seni lukis pada era penjajahan Jepang, melalui salah satu bagian dalam organisasi PUTERA, yakni Keimin Bunka Sidhoso. Begitupun kiprahnya yang mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional sebagai negara yang berbudaya tinggi, adalah perjuangan sesungguhnya bagi Indonesia.

Namun perjalanan hidup dan karir Basoeki Abdullah yang cemerlang berbanding terbalik dengan akhir hidupnya yang tragis. Dengan terjadinya peristiwa perampokan di kediamannya yang kini menjadi lokasi berdirinya museum, yakni Jalan Keuangan Raya, Cilandak, Basoeki Abdullah pun menghembuskan nafas terakhirnya. Upayanya untuk membela diri dengan menggunakan senjata koleksinya, dari peristiwa perampokan yang didalangi oleh tukang kebunnya tersebut justru menjadi jalan dari akhir kehidupannya. Basoeki Abdullah pun kembali ke Haribaan Sang Illahi, pada hari Jumat, 6 November 1993.

Peristiwa kematian Basoeki Abdullah tak lantas menjadikan cerita kehidupan Sang Maestro berakhir. Kisahnya terus hidup seiring dengan bhakti terakhirnya kepada Bangsa dan terutama pada para generasi penerusnya, yakni wasiatnya agar lukisan dan koleksi pribadi, beserta rumah kediamannya dihibahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia, untuk dijadikan museum. Harapannya dengan adanya museum, Basoeki Abdullah memastikan karya-karya nanti dapat senantiasa dinikmati dan diteladani oleh para generasi penerus Bangsa.

Berdirinya Museum Basoeki Abdullah merupakan bukti bahwa Basoeki Abdullah bukanlah sosok komersil yang hanya memikirkan dirinya saja. Dengan adanya museum yang sangat diharapkannya tersebut, Basoeki Abdullah turut berharap agar para generasi penerus dapat mengambil pelajaran yang berharga, entah melalui karyanya maupun kisah hidupnya. Melalui museum ini masyarakat dapat mengenal Indonesia lebih jauh lewat sudut pandang yang berbeda, yakni melalui jalur seni. Inilah warisan dari karya dan kehidupannya yang begitu berharga bagi Bangsa dan Negara.