Identitas Diangkat dalam Diskusi di Galeri Nasional Indonesia

0
1174
Suasana Diskusi Seni Rupa “dari Identitas ke Pasca–Identitas”, Selasa (26/5/15), di Ruang Seminar Galeri Nasional Indonesia
Suasana Diskusi Seni Rupa “dari Identitas ke Pasca–Identitas”, Selasa (26/5/15), di Ruang Seminar Galeri Nasional Indonesia

 

Pameran Seni Rupa Nusantara 2015: Art–Chipelago yang digelar Galeri Nasional Indonesia pada 25 Mei – 7 Juni 2015, dilengkapi dengan rangkaian acara berupa Diskusi Seni Rupa bertema “dari Identitas ke Pasca–Identitas”. Acara ini diselenggarakan pada Selasa, 26 Mei 2015 di Ruang Seminar Galeri Nasional Indonesia.

Diskusi Seni Rupa “dari Identitas ke Pasca – Identitas” menghadirkan dua narasumber yaitu Nano Warsono (Perupa dan Akademisi Seni Rupa dari Daerah Istimewa Yogyakarta) dan Azzad Diah Ahmad Zabidi (Perupa dan Penulis Seni dari Malaysia). Sebagai moderator adalah A. Sudjud Dartanto (Kurator Galeri Nasional Indonesia sekaligus kurator Pameran Seni Rupa Nusantara 2015: Art–Chipelago).

Menurut Nano, identitas seperti air karena sangat negosiatif. “Dalam konteks sebuah bangsa, seni rupa merupakan bagian dari project identitas dari sebuah bangsa. Identitas selalu jadi pertanyaan, dan seniman selalu mencari jawabannya dengan cara membuat karya,” papar Nano. “Untuk menunjukkan identitas seniman, maka seniman tidak akan membuat karya yang sama dengan pendahulunya,” lanjutnya.

Penjelasan Nano disepakati oleh Azzad. “Identitas adalah sesuatu yang dinegosiasikan, mengikuti perubahan masa,” ujar perupa asal Negeri Jiran itu. Azzad juga sempat bercerita terkait identitas di Malaysia. Dituturkannya, di Malaysia identitas kultural terkotak-kotak sesuai dengan etnis masing-masing. “Orang India berkumpul dengan orang India, orang Melayu dengan orang Melayu. Bahasa yang mereka gunakan pun adalah Bahasa masing-masing etnis,” katanya. Hal itu menurut Azzad berbeda dengan di Indonesia yang masyarakatnya bisa hidup dalam keberagaman.

Paparan dari narasumber diskusi ini mendapat tanggapan interaktif dari para peserta diskusi yang sebagian besar merupakan perupa, selain jurnalis dan masyarakat umum. Hal itu menunjukkan antusiasme para peserta diskusi ini.

*dsy/GNI