Galnas Gelar Pameran di Lampung

0
1132
Pameran Keliling Galnas Sambangi Lampung

Galeri Nasional Indonesia sebagai lembaga budaya negara yang bernaung di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki program Pameran Keliling yang secara khusus menampilkan dan memperkenalkan karya-karya koleksi Galeri Nasional Indonesia (koleksi negara) kepada masyarakat luas. Program ini diselenggarakan secara rutin dan bergulir setiap tahunnya di berbagai tempat (lokasi) di luar Jakarta, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Dalam skala nasional, Pameran Keliling pertama kali digelar di Medan, Sumatera Utara (2006); kemudian Manado, Sulawesi Utara (2007); Balikpapan, Kalimantan Timur (2008); Ambon, Maluku (2009); Palembang, Sumatera Selatan (2010); Lombok, NTB (2011); Banjarmasin, Kalimantan Selatan (2011); Makassar, Sulawesi Selatan (2012); Pekanbaru, Riau (2013); Pontianak, Kalimantan Barat (2013); Kupang, Nusa Tenggara Timur (2014); Serang, Banten (2014); Malang, Jawa Timur (2014), Daerah Istimewa Yogyakarta (2015); dan Palu, Sulawesi Tengah (2015).

Pada tahun 2017 ini, Pameran Keliling akan dihelat kembali di Lampung, tepatnya di Taman Budaya Provinsi Lampung, pada 22–29 Maret 2017. Pameran ini merupakan hasil kerjasama Galeri Nasional Indonesia dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung beserta UPTD Taman Budaya Provinsi Lampung. Dikuratori oleh A. Sudjud Dartanto, David, dan Joko Irianta, tema yang disuguhkan adalah “Spirit Khua Jukhai”.

Dalam paparan tim Kurator, Khua Jukhai dalam bahasa Lampung adalah ‘Khua’ artinya dua dan ‘Jukhai’ adalah keturunan atau kelompok. Selanjutnya dapat diartikan lebih lanjut bahwa “Spirit Khua Jukhai” adalah semangat pencampuran budaya dari “masyarakat setempat” dengan budaya dari “masyarakat pendatang” untuk membangun ruang geo-kultural Lampung baik secara sosial, budaya, politik, dan arsitektur. Secara metaforis ruang geo-kutural ini adalah semacam Indonesia kecil yang mengindasikan bahwa masyarakat Indonesia sesungguhnya terbentuk dari keberagaman budaya. Sebagai sebuah tema, “Spirit Khua Jukhai” dapat kiranya diartikan seluas-luasnya, terutama kaitannya dengan wacana identitas budaya dalam representasi dan praktik seni rupa. Secara umum dapat dikatakan bahwa identitas terbentuk oleh relasi/hubungan. Identitas budaya sendiri bukanlah sebuah kondisi yang final, ia selalu kondisi menjadi (becoming). Seni di satu sisi mengonfirmasi pengalaman-pengalaman subyektivitas dalam proses dinamis formasi dan reformasi identitas budaya.

Dengan pengertian dan elaborasi di atas, momentum ini menghadirkan secara spesifik isu identitas dan pascaidentitas dalam praktik seni, dengan pertanyaan, seperti apa pengalaman beridentitas itu muncul dalam praktik seni? Sejauh mana pengalaman pascaidentitas sekaligus juga hadir dalam karya seni?  Pertanyaan ini sekiranya bisa menjadi pemantik berkarya perupa setempat dalam merespon tema ”Spirit Khua Jukhai” dalam pameran bersama para perupa senior dan bersejarah Indonesia. Karya-karya yang dihadirkan bisa menimbang kehidupan masyarakat Lampung dalam kehidupan sehari-hari, adat istiadat pada Pepadun (Abung) dan Peminggir (pesisir) misalnya. Pameran karya pilihan koleksi Galeri Nasional Indonesia dan Perupa Lampung  ini akan menghadirkan berbagai corak gaya dan teknik yang setidaknya dapat memberi gambaran dan perkembangan wacana seni rupa Lampung pada peta seni rupa Indonesia.

Pameran “Spirit Khua Jukhai” menampilkan 40 karya seni rupa. 15 diantaranya merupakan karya pilihan koleksi Galeri Nasional Indonesia (koleksi negara). Seperti karya A.D. Pirous, Affandi, Eddy Purwantoro, Helmy Azeharie, Hendra Gunawan, Henk Ngantung, Ida Hadjar, I Nyoman Gunarsa, Kusnadi, Mochtar Apin, R. Basoeki Abdullah, Raden Saleh Sjarif Boestaman, Subardjo, Trisno Sumardjo, dan Widayat. Sedangkan 25 karya lainnya merupakan hasil olah artistik para perupa Lampung terpilih. Seperti karya Bunga Ilalang, Eddy Purwantoro, Helmy Azeharie, Koliman, Nurbaito, Subardjo, dan perupa Lampung lainnya. Karya-karya tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan tim kurator pameran ini.

Kepala Galeri Nasional Indonesia, Tubagus ‘Andre’ Sukmana, berharap semoga pameran ini mampu memberikan suguhan yang menarik sekaligus inspiratif serta edukatif untuk para pelajar dan publik luas, khususnya masyarakat Lampung. “Selain itu juga diharapkan mampu memberi tambahan pengetahuan dan pengalaman untuk menyaksikan secara langsung karya-karya asli yang memiliki nilai historis dalam sejarah seni rupa Indonesia serta motivasi untuk menumbuhkan kecintaan dan penghargaan kepada para seniman daerah,” papar Tubagus.

Perhelatan ini selain menyajikan pameran, juga dilengkapi dengan rangkaian program publik. Diantaranya pendampingan edukasi selama pameran berlangsung, sehingga masyarakat dapat mengenal lebih dekat para perupa maestro Indonesia dan perupa Lampung, serta karya-karya rupa yang mereka ciptakan yang melengkapi kekayaan seni rupa Indonesia.

*dsy/GNI