Arus Pernyataan Sikap dan Pendirian 35 Perupa Kontemporer Indonesia

0
1134
Suasana Pameran Seni Rupa Kontemporer Indonesia MANIFESTO V: "ARUS"
Suasana Pameran Seni Rupa Kontemporer Indonesia MANIFESTO V: “ARUS”

Gelaran kelima Pameran MANIFESTO telah resmi dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan pada Rabu malam, 4 Mei 2016, di Galeri Nasional Indonesia. Menurut Anies, pameran ini dapat menjadi medium bagi para seniman untuk menularkan inspirasi yang positif bagi masyarakat luas, serta memberikan kontribusi pada perkembangan kebudayaan Indonesia, khususnya seni rupa. “Ini adalah salah satu cara bagi para seniman untuk membagi pesan moral untuk kebaikan masyarakat melalui media seni rupa,” ucapnya.

Pesan moral tersebut dibalut dalam sajian 35 lebih karya yang merupakan respon dari tema yang diusung pameran MANIFESTO V ini, yaitu ARUS. “Manifestasi arus seni rupa yang dimaksud kini adalah dukungan dan sikap pembelaan terhadap nilai penting dan mulia ihwal kebenaran ―dan bukannya tentang ‘kebenaran’ yang mengandung kepentingan―, meresap di berbagai bentuk pengalaman interaksi hidup dan sikap penghargaan pada lingkungan hidup. Meski tak jadi mudah dan sederhana, Manifesto Arus Seni Rupa kini hendak menunjukkan sikap dan pendirian di balik ekspresi karya-karya seni demi memperjuangkan makna hidup yang lebih berarti dan berfaedah bagi keutamaan nilai kemanusiaan,” ungkap salah satu kurator pameran ini, Rizki A. Zaelani.

Sikap dan pendirian tersebut ditunjukkan oleh 35 perupa yang hampir seluruhnya merupakan perupa yang telah dikenal, baik di dalam negeri maupun mancanegara. Seperti Anusapati, Asmudjo J. Irianto, Eddie Hara, Entang Wiharso, Hafiz Rancajale, Hanafi, Heri Dono, Ivan Sagita, Jatiwangi Art Factory (JAF), Krisna Murti, Mella Jaarsma, Nasirun, Nindityo Adipurnomo, Oscar Motuloh, Teguh Ostenrik, Tisna Sanjaya, Titarubi, dan masih banyak perupa kenamaan lainnya. “Sebagian besar merupakan generasi yang tumbuh di antara era 80-an dan 90-an, serta sebagian kecil generasi 2000-an yang karya-karyanya kurang lebih memiliki semangat dan keyakinan sama yaitu: Seni yang berpihak, bahkan kerap membawa pesan moral, sosial, dan kebaikan bagi masyarakat,”kata Asikin Hasan yang juga kurator pameran ini.

Para perupa tersebut berkreasi dalam berbagai wujud karya yang beragam. Mulai dari lukisan, patung, object, fotografi, seni rupa instalasi, seni rupa video, hingga mural. Ada yang menggunakan bahan kulit ayam, kemasan bumbu perasa bekas, kantong plastik, hingga tanah dari bangunan bermasalah. Karya-karya tersebut dipajang di dalam ruang pamer Gedung A, B, dan juga area outdoor.

“ARUS” merupakan pameran MANIFESTO yang kelima, setelah pertama kali digelar pada 2008 dalam rangka menyambut peringatan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional. Berlanjut MANIFESTO kedua “Percakapan Masa” (2010), MANIFESTO #3 “ORDE dan KONFLIK” (2012), dan MANIFESTO No.4 “Keseharian” (2014). Meski diselenggarakan setiap dua tahun sekali, namun menurut Kepala Galeri Nasional Indonesia, Tubagus ‘Andre’ Sukmana, pameran MANIFESTO ini tidak persis sama dengan tradisi penyelenggaraan pameran biennale seni rupa baik yang bersifat nasional maupun internasional. “Tim kuratorial pameran Manifesto terus berusaha menjadikan tradisi pameran ini menjadi khas serta unik dan mencerminkan perkembangan seni rupa Indonesia sebenar-benarnya,” ungkapnya.

Pameran Seni Rupa Kontemporer Indonesia MANIFESTO V: “ARUS” masih akan berlangsung hingga 30 Mei 2016. Selain pameran, ada juga Program Publik berupa Seminar “Arus Seni Rupa di Aras Moralitas” pada 20 Mei 2016 serta Artist Talk & Gallery Tour yang diselenggarakan setiap Sabtu, 14, 21, dan 28 Mei 2016. Pameran dan Program Publik terbuka untuk umum dan bebas biaya.

*dsy/GNI