Admin Website Kebudayaan ‘Sekolah’ Lagi

0
791

Kebudayaan Indonesia yang kaya dengan nilai historis, edukatif, dan keartistikan tersendiri belum diekspos secara maksimal. Padahal lembaga-lembaga kebudayaan milik pemerintah menyimpan data-data lengkap tentang kebudayaan Indonesia. Terlebih lembaga-lembaga tersebut juga telah memiliki sarana penyampaian informasi berupa website kebudayaan.kemdikbud.go.id berisi beberapa microsite yang dikelola berbagai satuan kerja di lingkungan Ditjen Kebudayaan. Menanggapi situasi ini, Sekretraris Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nono Adya Supriyatno menghimbau untuk mengoptimalkan penggunaan website tersebut. “Kita manfaatkan website ini (kebudayaan.kemdikbud.go.id –red) untuk menyampaikan informasi kebudayaan Indonesia,” imbau Nono saat membuka Workshop Pengelolaan Website Kebudayaan di Ruang Rinjani Hotel Ibis, Slipi, Jakarta pada Selasa malam (19/5/15).

Suasana Workshop Pengelolaan Website Kebudayaan
Suasana Workshop Pengelolaan Website Kebudayaan

Website Ditjen Kebudayaan sudah beroperasi sejak 2012. Namun untuk 2015 ini, website tersebut dioptimalkan sebagai sarana penyampaian informasi, mulai dari frekuensi pemberitaan hingga kualitas kontennya. Inilah yang melatarbelakangi Ditjen Kebudayaan menyelenggarakan Workshop Pengelolaan Website Kebudayaan selama tiga hari (19-21/5/15). “Sekolah” singkat ini bertujuan untuk membekali pengetahuan dan keahlian bagi para administrator (admin) website dan microsite dari setiap satuan kerja di lingkungan Ditjen Kebudayaan. Pembekalan tersebut mulai dari paparan tentang landasan aturan lahirnya website Ditjen Kebudayaan, penulisan berita/artikel yang informatif, teknik komunikasi dan marketing berita/artikel di media social, teknis mengelola halaman website, hingga trik agar berita/artikel mudah ditemukan pembaca saat browsing.

Sebagai pembicara, dihadirkan Purwo Subagiyo, Djoni Herfan, Ari Santoso, (Plt. Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) Hani Fibianti (communication strategic planner), Junus Satrio (praktisi budaya), dan Julianto (reporter media cetak). Djoni dan Junus lebih fokus pada penulisan berita/artikel. Julianto memaparkan kriteria berita/artikel yang di-posting di website Ditjen Kebudayaan. Sedangkan Purwo berbicara tentang me-manage website & sosial media. Hani mengulas strategi komunikasi. Ari menjabarkan teknis kelola laman website agar menarik dan memudahkan pengunjung website untuk mendapatkan informasi.

Pembekalan ini diharapkan bisa mencetak para administrator website yang mampu menghasilkan informasi kebudayaan yang efektif. Dengan begitu, masyarakat bisa mengakses serta memahami informasi budaya dengan mudah dan cepat.

 

*dsy/GNI