Forum Penggiat yang digagas Direktorat Sejarah dengan melibatkan Komunitas Sejarah melahirkan rencana aksi pemajuan kebudayaan. Kegiatan yang melibatkan lebih dari 40 komunitas dan 200 orang anggota komunitas saling bertukar pikiran, memperlihatkan hasil-hasil dan capaian, dan mendiskusikan apa yang masih perlu dilakukan. Kesemuanya itu terhadir di dalam setiap sesi kegiatan, seperti dalam sesi best practices, para pengelola komunitas dan praktisi lapangan dari Komunitas Jelajah Budaya (KJB), Majalah Historia, Dapoer Dongeng, tirto.id, Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), dan Institut Sejarah Sosial Indonesia (ISSI) yang terbukti memiliki pengalaman baik dalam pengembangan sejarah. Best practices untuk memotivasi peserta forum, memahami masalah dan rekam jejak untuk mencoba secara lebih kreatif dan inovatif dalam mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi.
Kegiatan yang dilaksanakan sejak 29 Juni – 1 Juli 2018 menghadirkan berbagai komunitas kesejarahan dari wilayah Jawa Barat, DKI. Jakarta dan Banten. Pada pertemuan tersebut banyak dari anggota komunitas mencurahkan ide dan pemikiran dalam upaya merancang koordinasi dan program berkelanjutan, dengan menghidupkan komponen ekosistem kesejarahan yang selama ini masih berjalan sendiri-sendiri. Pembangunan dan penguatan ekosistem kesejarahan serta peningkatan interaksi komponen pembentuk didalamnya menjadi poin-poin penting yang dibahas agar kebijakan program dapat dilaksanakan baik di tingkat pusat, daerah hingga akar rumput.
Menyoroti persoalan di dalam pembangunan ekosistem kesejarahan, mengadopsi apa yang menjadi pemikiran Hilmar Farid (Ketua MSI), dalam penyelenggaraan Focus Group Discussion terbagi atas tiga kelompok besar; produksi pengetahuan, diseminasi pengetahuan, dan apresiasi publik terhadap sejarah. Menurut Hilmar, di era kekinian, produksi pengetahuan berlangsung sangat cepat dan banyak sehingga perlu dikonsolidasi. Yang tidak kalah penting adalah perlunya dipergiat forum-forum untuk menghasilkan benchmarking (tolak ukur) sebagai cara mengukur kualitas dari sebuah buku, tulisan atau produk yang berkaitan dengan sejarah. Selain itu, agenda penelitian juga menjadi penting karena menyangkut apa yang perlu diteliti, dipikirkan, dan perlu ditulis. Agenda tersebut dibentuk setidaknya oleh dua arus, yang pertama adalah perkembangan ilmunya dan yang kedua adalah konteks masyarakat itu sendiri.
Untuk diseminasi kaitannya dengan ranah pendidikan, pertemuan rutin MGMP dan Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) telah banyak dilakukan, inisiatif serupa juga banyak bermunculan di berbagai daerah. Kelompok-kelompok ini berkumpul untuk membicarakan metode yang paling efektif dalam mengajarkan sejarah. Mencari metode yang efektif untuk memperkuat kesadaran sejarah menjadi isu penting yang diangkat dalam diskusi sebagai solusi atas kompleksnya permasalahan pembelajaran. Kemudahan akses informasi sejarah juga menjadi isu yang hangat dibicarakan, kecenderungan banyak munculnya kemasan penyebarluasan informasi melalui media digital, kesemuanya bermuara untuk membangkitkan kesadaran sejarah. Setiap orang yang mendapatkan informasi kesejarahan itu diharapkan akan memiliki perspektif historis atas segala sesuatu yang dilihat hari ini, membuka satu persoalan yang dapat dilihat dari berbagai segi.
Apresiasi masyarakat terhadap sejarah di daerah-daerah mengalami peningkatan dimana minat masyarakat melampaui kemampuan pemerintah untuk mensuplai informasi, sehingga kecenderungannya masyarakat sekarang mencari informasi ke berbagai sumber. Kesan ini menjadi penting bahwa selama ini komunitas yang telah konsisten menjalankan aktifitas sejarah berada di jalan yang benar karena menjawab kebutuhan dan publik merespon baik keberadaan mereka.
Bahan pemikiran bersama dari hasil diskusi telah disampaikan kepada Direktorat Sejarah pada akhir kegiatan forum ini. Nantinya hasil Forum Penggiat komunitas Sejarah akan menjadi bahan tindak lanjut dan masukan untuk pelaksanaan kegiatan Direktorat Sejarah pada Tahun Anggaran2019.