Usman Ali: Penjaga Terakhir Tari Jepin Langkah

0
1965

Pada satu masa, tari jepin langkah sangat dikenal dan amat digandrungi. Seringkali dipanggungkan dalam acara-acara penting atau saat pesta rakyat. Seiring perjalanan zaman, kesenian ini semakin ditinggalkan dan bahkan dilupakan. Padahal, jepin tidak hanya tarian, ia punya makna dan deskripsi, nilai historis, serta akar budaya di masyarakatnya.

Meski mulai dilupakan oleh kalangan generasi muda, semangat Usman Ali masih terus
menggelora dalam mengajarkan tari jepin. Kekhawatiran yang muncul adalah jika suatu saat ia telah tiada dan belum sempat mewariskan keahliannya itu kepada generasi muda, maka tari jepin pun terancam sekarat, bahkan bisa punah, hilang di telan bumi.

Tari jepin merupakan satu di antara jenis tari yang ada di Nusantara, yang menyebar luas ke daerah pesisir Melayu, termasuk di Kalimantan Barat. Di beberapa wilayah di luar Kalimantan Barat tari jenis ini dikenal dengan nama jepin: jepin-Melayu. Tari jepin di Kalimantan Barat memiliki berbagai jenis, yaitu jepin langkah, jepin lembut, dan jepin arab. Tari jepin langkah ini memiliki ciri khasnya sendiri, yang lahir dan berkembang di Desa Penibung Darat, Kecamatan Mempawah Hilir. Saat ini, pengampu tari jepin langkah adalah Usman Ali. Belum ada yang bisa mewarisi keseluruhan teknik tari jepin langkah yang dimiliki oleh pria berusia 73 tahun itu. Apalagi tidak cukup mudah untuk mempelajari tarian ini karena identik dengan kekhasan gerak kaki yang melangkah, menapak, melompat, dan berputar.

Jepin langkah terdiri atas berbagai macam bagian, yaitu jepin rotan, jepin tembung, jepin bui, jepin kerangkang, jepin tali bintang, jepin keriang, dan jepin bendera. Tari jepin langkah juga mempunyai 12 ragam gerak langkah. Masing-masing langkah mengandung perbedaan langkah kaki pada hitungan, dan mempunyai keunikan tersendiri dari beberapa jenis langkah.

Seperti halnya tari jepin yang berkembang di Sumatera, tari jepin di Kalimantan Barat ini pun merupakan khazanah tarian rumpun Melayu yang bernapaskan Islam karena mendapat pengaruh dari Arab. Awalnya tari ini merupakan tarian hiburan untuk para raja di istana kesultanan Melayu yang dibawa oleh para pedagang dari Yaman pada awal abad ke-15. Sebelum tahun 1960, tari jepin hanya boleh ditarikan oleh kaum lelaki dengan jumlah penari dua orang. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman, sekarang tari jepin sudah boleh ditarikan oleh kaum perempuan, bahkan secara campuran antara laki-laki dan perempuan, yang disajikan dalam bentuk tari kelompok.

Tari jepin adalah identitas Melayu dan digunakan sebagai media dakwah lewat syairnya sekaligus hiburan. “Jika tari jepin tidak dilestarikan, maka Melayu akan kehilangan salah satu identitasnya. Tari ini identik dengan Islam karena syair yang dinyanyikan biasanya pesan kebaikan yang diajarkan dalam nilai-nilai Islam,” tegas Usman Ali. Jepin langkah ini dipertunjukkan dalam berbagai acara, seperti khataman Al-Quran, pesta pernikahan, khitanan, serta acara adat lainnya yang sering dilakukan oleh masyarakat setempat.

Menurut Usman Ali, tari jepin berkembang cukup pesat di Kabupaten Mempawah pada rentang 1960-1970-an. Saat itu, sekitar tahun 1961, ia belajar tari jepin langkah penibong ketika kelas VI SD, dari gurunya yang bernama Tok Bacok, kakeknya sendiri. “Saat ini saya satu-satunya murid Tok Bacok yang masih hidup,” kata pria kelahiran 16 September 1946 yang memiliki tujuh orang anak ini. Ia menjelaskan, dengan menguasai tari jepin langkah penibong maka semua tari tarian tradisi yang berada di Kabupaten Mempawah bisa ditarikan, seperti tari jepin rotan, jepin tali, jepin tembung atau belantan. “Hal ini karena semua jenis tarian yang ada memiliki dasar dari jepin langkah itu sendiri. Karena itu jepin langkah ini sangat penting dipelajari,” kata Usman Ali, pria yang sehari-hari bekerja sebagai petani dan menjual alat-alat nelayan.

Pada aspek musik pengiring tari jenpin langkah, instrumen yang digunakan adalah satu buah gambus selodang dan tiga buah beruas. Gambus selodang merupakan melodi utama di dalam iringan tari jepin langkah. Tiga beruas yang digunakan masing-masing memainkan tabuhan, yaitu induk (dua beruas) dan anak (satu beruas). Beruas adalah istilah lokal untuk merujuk pada instrumen perkusi musik melayu, yang tergolong dalam klasifikasi Membranofon, yakni alat musik yang sumber bunyinya berasal dari kulit atau selaput hewan

Usman Ali mengusai keseluruhan keahlian tari jepin langkah ini. Selain sebagai pemetik gambus selodang, ia juga mahir dalam “belangkah” (sebutan untuk gerak/langkah penari). Tentu saja ia pun menguasai keseluruhan ragam gerak tari jepin yang memiliki dua belas langkah. Keunikan pada tarian ini terletak pada gerak yang lincah, meloncat-loncat, memiliki hitungan yang gantung, melangkah dengan hentakan yang kuat sehingga memberikan semangat bagi penari dan penontonnya.

Hal tersebut yang membedakan dengan tarian lain pada umumnya yang memiliki gerakan lemah lembut. Penari membentuk berbagai macam posisi seperti melingkar, anak panah, persegi, dan posisi lainnya yang dapat mendukung keindahan di dalam gerak. “Dua belas ragam gerak dalam tari jepin langkah ini dibedakan pada arah dan posisi hitungan. Hitungan yang dimaksud adalah di mana setiap penyelesaian ragam gerak selanjutnya selalu dimulai dengan awalan yang disebut tahto,” jelas Usman Ali.

Dia menambahkan, tarian jepin langkah memiliki tiga gugus, yakni gugus langkah bujur gantung, gugus langkah bujur pesisir gantung serong, dan gugus langkah pancar bulan gantung. Masing-masing gerakan memiliki filosofi yang berkenaan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, gerakan gugus langkah bujur gantung memiliki filosofi di mana manusia adalah makhluk sosial yang memiliki ketergantungan dengan manusia lainnya. Hal ini digambarkan dalam gerakan di mana kaki penari bergantung dan mengandalkan kaki sebelahnya untuk bertumpuh atau berdiri.

Meski sudah berusia lanjut, semangat Usman Ali dalam berkesenian, khususnya merawat dan menghidupi tari jepin langkah, tampak masih sangat kuat. Dia mengajarkan gerak jepin langkah dan musik iringan tari jepin tersebut kepada anak-anak yang masih berada di tingkat sekolah dasar. Dalam nada suara terdengar lirih, Usman Ali berucap, “Saya sangat berharap akan ada lebih banyak pemuda yang mau belajar seni tradisi, terutama tari jepin langkah ini.”

Usman Ali mengaku telah sejak lama tidak ada pergelaran dan ajang festival di daerahnya untuk mengembangkan tari jepin. Ia sempat kebingungan harus menyalurkan kreasi tariannya. “Sekarang ini sekadar hiburan, habis ditonton selesai,”ungkapnya. Keprihatinan lain Usman Ali adalah belum tercatat atau didokumentasikan secara akurat semua ragam gerak tari jepin yang tumbuh dan berkembang di Kalimantan Barat. Menurutnya, hal yang mendesak untuk dilakukan adalah menginventarisasi ragam gerak tari jepin untuk pembelajaran tentang khazanah tari jepin. “Belum lagi karena faktor kehilangan peminat dari generasi muda akan kesenian ini, dan para penari jepin yang sudah banyak dipanggil Yang Maha Kuasa,” imbuh pengurus Sanggar Tari Jepin Langkah Penibung ini.

Sumber: Buku Profil Penerima Anugerah Kebudayaan 2019