PUTRI YUMNA SALSABILA UPHADANA, “MELUKIS INDONESIA UNTUK DUNIA”

0
1656

DSC_9190
Putri Yumna Salsabila Uphadana mengawali karir melukis melalui perlombaan tingkat internasional di Hongaria, saat ia berusia lima tahun. Lomba pertama yang menghasilkan penghargaan medali perak itu, menjadi tonggak semangatnya untuk terus berkarya. Kini dalam usianya yang ke-13 Yumna telah meraih lima penghargaan di tingkat internasional, dua penghargaan nasional, dan 18 penghargaan dalam berbagai lomba di tempat asalnya, Gresik. Yumna bertekad akan terus melukiskan hingga ia mampu melakukan pameran di tingkat internasional. Karena, bagi Yumna melukis adalah cara dia memperkenalkan keanekaragaman suku dan budaya Indonesia ke panggung dunia.

Yumna akrab dengan lukisan sejak balita. Yumna lahir dari seorang ibu bernama Ratna Damayanti, seorang pengajar dan pengelola play group.Ayahnya, Komang Jaya Uphadana, seorang pelukis, pendongeng, dan pendidik. Komang mengenang masa balita Yumna yang sering menemani dan memperhatikannya melukis di kediaman mereka. Tak jarang Yumna memainkan alat-alat melukisnya. Hingga ia memberikan spidol dan kertas kepada Yumna untuk menggambar. Pada umur dua tahun Yumna pernah membuat coretan berupa empat lingkaran. Saat Komang menanyakan apa artinya. Yumna menceritakan bulatan pertama adalah Umi, bulatan kedua Bapak, bulatan ketiga dirinya, dan bulatan keempat kucing yang tinggal di rumah mereka. Sejak itu Komang menyadari potensi Yumna dalam merekam lingkungannya dan menvisualkan dengan caranya sendiri.

“Ini lukisan kanvas pertamaku saat berumur dua tahun judulnya Buto Ijo,” tutur Yumna sambil menunjukan lukisannya. Lukisan kanvas pertamanya terinspirasi dari cerita Buto Ijo yang sering didongengkan ayahnya saat ia balita.

Ratna dan Komang terus merawat dan memberikan dukungan pada potensi yang dimiliki Yumna. Mereka menyediakan krayon, spidol, dan kertas untuk merangsang Yumna menggambar. Yumna juga mereka ajak jalan ke tempat terbuka untuk mendapatkan inspirasi melukis.

“Aku punya banyak lukisan karena banyak pengalaman. Bapak dan Umi sering ajak aku ke pantai, pelabuhan, dan gunung. Di tempat itu aku bersemangat melukis. Apalagi Bapak dan Umi selalu membawa cat dan kanvas saat kami jalan,” tutur Yumna.

Komang banyak mengajari Yumna berbagai teknik baru dalam melukis. Sedangkan dukungan dari ibu dan adik-adiknya, bagi Yumna merupakan penggerak untuk terus berkarya yang terbaik. Adik-adiknya juga mengikuti jejaknya. Ayah dan ibu mengajak Yumna untuk menghadiri pameran-pameran lukisan dan mempertemukannya dengan para pelukis yang berpameran untuk memperkaya pengetahuannya.
“Dukungan yang penting juga menjaga mood dan membangun antusiasme Yumna dalam melukis,” tutur Ratna. Komang menambahkan penting juga menjaga feel happy-nya. Apapun lukisannya akan selalu bagus kalau Yumna dapat melakukannya dengan rasa gembira.

Ketika Yumna sudah menghasilkan banyak lukisan, ayahnya menyarankan Yumna untuk mengikuti perlombaan. Pada umur lima tahun Yumna memulai karirnya dengan mengikuti perlombaan Rainbow Internasional Applied and Fine Art di Hongaria.Saat itu, Yumna mendapatkan penghargaan medali perak. Pengalaman pertamanya membuat Yumna bersemangat untuk terus berkarya dan mengikuti berbagai perlombaan.

“Dengan ikut perlombaan aku lebih percaya diri dan bangga karena dapat memberikan lukisanku pada banyak orang. Harapanku memang aku ingin lukisanku dilihat orang di seluruh dunia,” tutur Yumna.

Perlombaan yang membuatnya paling berkesan adalah perlombaan bertema “Children Helping Children” yang diselenggarakan di tingkat nasional oleh Tupperware. Pada perlombaan itu, Yumna melukis ibu yang hamil dan terdapat visual dunia di perutnya. “Waktu itu ibu sedang hamil adikku. Aku ingin menggambar ibu dan adikku. Karena aku tahu ibu sangat menyayangi anak yang di kandungnya. Dan aku tahu adikku generasi selanjutnya yang akan menjaga bumi tetap sejuk dan utuh,” tutur Yumna.

Rupanya selain mencintai suku dan budaya Indonesia, Yumna juga penyayang bumi. Lukisan sayang bumi selanjutnya ia visualkan dalam lukisan anak memeluk bumi untuk menghalangi terjadinya pemanasan global. Lukisan ini memenangkan penghargaan di London pada perlombaan bertema “Global Warming.”

Dalam perjalanan karir melukisnya, Yumna tak lepas dari tantangan. “Aku paling benci kalau salah gores saat melukis. Tetapi dari salah gores itu aku bisa menciptakan bentuk yang baru,” tutur Yumna.

Menurut Ratna, tantangan yang dihadapai Yumna sebagaimana anak-anak saat ini, terlalu padatnya proses belajar di sekolah berikut berbagai les yang harus anak-anak ikuti. Oleh karena itu, sebagai orang tua, Ratna harus mencarikan waktu luang agar Yumna tenang dalam berkarya. Padahal menurut Komang, seni itu penting buat anak. Apalagi saat ini anak menghadapi dunia global, mereka harus punya satu poin yang diterima semua manusia dalam menghasilkan karya.

“Sekaligus mendekatkan anak pada budaya Indonesia, meskipun jarak antarpulau berjauhan. Kita harus kenalkan budaya Indonesia pada anak, agar ia dekat dengan budayanya,” tambah Ratna.

Selain rajin mengikuti berbagai perlombaan Yumna juga mulai memamerkan karya-karyanya. Pameran pertamanya bertajuk “TigaGenerasi” ia lakukan bersama ayah dan kakeknya yang juga pelukis. Menurut Komang pameran tiga generasi ini penting untuk mengestafetkan hal-hal yang berguna, seperti adat budaya ketimuran yang multikultural. Bahkan mengeskspornya ke luar negeri. Bagi Yumna pameran itu kegiatan yang menyenangkan. Karena ia bisa menunjukkan karyanya pada semua orang.

“Ternyata banyak yang menyukai lukisan aku kemudian memajang di rumahnya. Aku senang, karena karyaku berhak dinikmati orang lain,” ujarnya bersemangat.

Selain melukis, Yumna juga menyukai musik dan teater. Ia bersama timnya di sekolah telah memenangkan berbagai kejuaran dalam main drum dan teater. Dan bagi Yumna, semua prestasinya itu baru permulaan.

“Aku masih ingin berkarya terus, karena aku ingin sekolah di luar negeri dan punya cita-cita pameran di luar negeri. Agar orang sedunia bisa melihat lukisan Indonesia. Aku ingin melukis budaya dan suku yang banyak sekali di Indonesia.”

Yumna mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang mendukung dan mengapresiasi karyanya. “Terima kasih Umi sama Bapak atas dukungan sehingga aku dapat penghargaan. Juga terima kasih adik-adik dan teman-teman yang membuatku ceria dan semangat. Terima kasih kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan karena telah mempercayai saya untuk mendapatkan penghargaan anugerah kebudayaan untuk kategori anak dan remaja.”