Elansyah Putra Merdeka, Penerima Anugerah Kebudayaan Kategori Anak dan Remaja

0
1551

elansyah
elansyah

Elansyah Putra Merdeka mengikuti perlombaan melukis sejak kelas 3 SD. Pada usianya yang ke-17, Elan telah memenangkan 28 perlombaan di tingkat Kota Palu hingga nasional. Penghargaan yang diraihnya, antara lain memenangkan juara I lomba lukis tingkat provinsi pada Pekan Budaya Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah, juara 1 tingkat nasional pada lomba lukis bertema “Keren Tanpa Narkoba” diselenggarakan Yayasan Seni Rupa Indsonesia. Karya-karyanya telah dipamerkan di berbagai provinsi di Indonesia. Melukis bagi Elan bukan saja untuk meraih penghargaan, tetapi juga baginya melukis merupakan kesenangan yang memberi damai pada jiwa.

Elansyah Putra Merdeka, lahir di Palu pada 5 Maret 1998. Anak pertama dari pelukis Endeng Mursalin dan guru TK, Haryanti, ini tertarik pada dunia lukis sejak kanak-kanak. Saat itu ia sering mengamati ayahnya melukis. Atas dukungan kuat dari ibunya, Elan mulai mengikuti lomba melukis sejak berumur 9 tahun. Lomba lukis pertama yang ia ikuti adalah lomba menggambar BNS di Kota Palu dan ia memenangkan juara III (2007). Pengalaman pertamanya itu memicu Elan untuk terus berkarier. Di tahun yang sama tak kurang dari 8 kejuaran yang ia raih, dengan prestasi juara II dan III.

Pada tahun 2013 Elan mulai memenangkan kejuaran di tingkat provinsi dan selanjutnya di tingkat nasional. Elan juga mendapatkan penghargaan spesial dari satu perlombaan melukis di Semarang, Jawa Tengah. Dari 28 perlombaan dan kejuaran yang ia raih, ada satu perlombaan yang paling berkesan bagi Elan,yaitu saat ia mengikuti perlombaan tingkat nasional bertema “Keren tanpa Narkoba” yang diselenggarakan Yayasan Seni Rupa Indonesia di Jakarta. Pada perlombaan itu untuk pertama kalinya, Elan pergi meninggalkan Palu, Sulawesi Selatan, seorang diri.

“Saya pergi ke Jakarta sendiri, seperti merantau,” kenang Elan. Di Jakarta ia berjumpa banyak teman sesama pelukis dan banyak mendapat pengetahuan baru. Tetapi yang mengejutkan Elan dan orang tuanya, pada perjalanan “merantau” pertama kali itu Elan memperoleh kemenangan sebagai Juara I.

Selain mengikuti berbagai perlombaan, Elan juga melakukan beberapa pameran. Lukisannya telah dipamerkan di Palu, Donggala, Poso, Morowali, Ampana, Bangkep, Balikpapan, Semarang, dan Jakarta. Pameran terakhirnya bertema “Lintas Generasi” diselenggarakan di Palu Golden Hotel, Kota Palu.

Perjalanan karier Elan, tak lepas dari dukungan keluarganya. Elan bersama kedua adiknya, yang juga banyak meraih kejuaran melukis, tinggal di rumah yang menyerupai galeri seni. Orang tua mereka mendesain rumah sedemikian rupa sehingga membangun suasana yang mendukung anak-anaknya kreatif dan menghasilkan karya. Dinding rumah mereka dipenuhi lukisan Elan, adik-adiknya, dan tentu saja lukisan ayahnya. Kanvas, kuas, dan aroma pewarna menjadi bagian suasana rumah mereka. Ibunya Elan juga senantiasa menemani Elan dan adik-adiknya dalam berbagai perlombaan. Sementara ayah mereka memperkenalkan Elan pada pelukis lain dan berbagai sumber pengetahuan yang mendukung.

Untuk melahirkan karya-karyanya, Elan sering melakukan perjalanan yang berkaitan dengan budaya dan adat. Kemudian ia memotret momen-momen yang menarik perhatiannya dan menuangkannya ke dalam lukisan. “Ini lukisan perempuan yang saya lihat di acara adat di Kalimantan,” kata Elan mencontohkan sambil menceritakan ia tertarik menjadikan perempuan itu sebagai objek, karena penampilan adatnya, antara lain telinganya yang panjang dibebani giwang yang berat. Terkait kekhasan karya, Elen mengaku masih mencari bentuk, walaupun saat ini ia lebih suka melukis potret. Ia masih ingin mengembangkan dan terus mencari kekhasannya sebagai pelukis. Tantangan teknis yang sering ia hadapi dalam proses melukis adalah ketika ia merasa lukisannya kurang sesuai dengan kenyataan objek lukisannya. Ia mengatasinya dengan cara beristirahat atau sholat untuk memulihkan energi dan passion-nya.

Dalam pengembangan karyanya, Elan ingin menghasilkan lukisan-lukisan realis dalam ukuran yang besar dan dapat melakukan pameran karyanya hingga ke luar negeri. Elan juga berharap pemerintah dan masyarakat lebih mendukung tumbuhnya para pelukis dan apreasiasi pada karya lukis. “Saya ingin di Kota Palu ini ada galeri-galeri seperti di Jakarta. Supaya karya-karya itu ada tempatnya, tidak terbuang sia-sia. Orang juga bisa melihat kalau di Palu itu ada juga tempat untuk melihat lukisan,” kata Elen.

Kecintaannya pada seni lukis itu tak lepas dari makna melukis bagi Elan. “Melukis itu membuat damai. Kalau saya bosan, saya melukis. Dan ternyata hasilnya bagus,” kata Elen. Ya melukis itu oase bagi Elan, semoga juga oase bagi kebudayaan bangsa kita. Karena itu ia juga berpesan kepada sesama remaja, “Kalau memang ada yang bisa melukis, terus lakukan itu. Karena kalau kita ikuti pasti ada selanjutnya. Ke depan masih banyak jalan, pokoknya jangan menyerah,” tutur Elan.

Terkait penghargaan yang ia terima, Elan menanggapi: “Saya merasa bangga mendapat anugerah kebudayaan kategori remaja dan anak dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dan saya berharap di Palu ada sekolah seni seperti ISI di Jogja dan IKJ di Jakarta, supaya saya dan teman-teman tidak jauh-jauh harus sekolah ke Jawa.”