Pukul Sapu di Mamala – Morela Dijaga Super Ketat

0
1614

Tradisi Adat Baku Pukul Manyapu di Negeri Mamala dan Morela
Tradisi Adat Baku Pukul Manyapu di Negeri Mamala dan Morela

AMBON – Suasana ritual pukul sapu di Desa Mamala dan Desa Morela Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Di tahun 2015 ini, ritual pukul sapu di dua desa bertetangga itu berlangsung dengan penjagaan ketat ratusan aparat TNI dan polisi.

Penjagaan ekstra ketat dilakukan aparat TNI dan polisi lantaran kedua desa itu baru saja pulih setelah sempat terlibat bentrokan yang mengakibatkan dua orang meninggal dunia dan belasan warga lainnya mengalami luka-luka.

Kondisi itu pun membuat tradisi pukul sapu yang biasanya selalu dipadati ribuan pengunjung dari berbagai penjuru Maluku hingga wisatawan asing terlihat sepi. Meski sepi pengunjung namun acara adat yang selalu digelar setiap tanggal 7 syawal atau bertepatan dengan lebaran tujuh hari tetap berlangsung penuh hikmah.

Jumat (24/7/2015), ribuan warga di masing-masing Desa berbondong-bondong hadir memenuhi lokasi untuk menyaksikan tradisi adat pukul sapu. Jumlah tersebut masih digolongkan sedikit jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya saat masyarakat umum dari lokasi yang jauh ikut hadir menyaksikan. Ratusan aparat TNI/Polri terus berjaga di sekitar lokasi.

“Jumlah polisi yang mengamankan jalannya prosesi adat pukul sapu di Mamala dan Morela sebanyak 300 orang kalau ditambah dengan aparat TNI ya sekitar 500 orang, “kata Kapolres Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease, AKBP Komaruz Zaman.

Wati salah satu warga yang datang dari Ambon mengaku senang bisa menyaksikan rangkaian kegiatan adat di dua desa tersebut. Menurutnya, meskipun suasananya tidak seperti tahun-tahun sebelumnya namun tidak menghilangkan nilai adat yang ada dalam tradisi tersebut.

Sebelum pukul sapu, sejumlah kesenian adat juga dipentaskan seperti atraksi tarian bambu gila, tari-tarian adat, serta pementasan tentang asal usul hingga tradisi pukul sapu ada di dua desa itu.

Terlihat belasan sampai puluhan pemuda berdiri saling berhadapan sambil memegang ikatan sapu lidi dari batang pohon daun enau. Mereka diberitakan tanda dengan bunyi peluit yang ditiupkan oleh seseorang. Bunyi itu menandakan untuk saling memukul hingga sekujur tubuh para peserta tarian itu bersimbah darah akibat luka sayatan sapu tersebut.

Disadur dari Kabar Timur, ed. Sabtu 25 Juli 2015, hal. 1 dan 15