Dian Anindya Bhaswara: Ajak Kawula Muda Mencintai Budaya Sendiri

0
908

Suaranya lantang menggelegar. Sesekali, syair dan tembang pujian mengalun merdu mengiringi gemuruh gamelan bali nan dinamis dan menghentak, yang dimainkan oleh dua penabuh gamelan di belakangnya.

Anin sangat menikmati perannya sebagai dalang. Kedua tangannya tampak cekatan memilih wayang dan memainkan peranan demi peranan dalam lakon yang malam itu ia tampilkan, “Bima Jadi Tumbal”. Seketika itu juga penonton bagikan lupa kalau dalang bersuara lantang itu belum genap berusia 17 tahun. Remaja yang kesehariannya tampak pendiam itu ternyata menyimpan potensi sebagai dalang andal.

Selain mendalang, anak pertama dari dua bersaudara ini sering kali menjuarai lomba mendongeng khas Bali yang disebut mesatua. Anin bahkan sudah mengikuti festival mendongeng saat berusia empat tahun. Meski belum meraih juara, keikutsertaan Anin yang saat itu masih sangat lucu tersebut sangat menarik perhatian. Anin pun dinobatkan sebagai peserta termuda di ajang tersebut. Dari ajang itulah keberanian Anin untuk tampil semakin kuat. Meski kesehariannya nampak pemalu, tapi begitu di atas panggung, Anin berubah menjadi macan panggung. Gayanya yang penuh penghayatan dalam membawakan cerita-cerita rakyat, membuat Anin akhirnya meraih banyak predikat juara di berbagai ajang mendongeng.

“Saya senang mendongeng dengan bahasa Bali. Itu adalah hobi yang diajarkan oleh ibu dan bapak saya. Seperti mendalang, mendongeng juga sangat memerlukan keseriusan dalam menghayati setiap peran yang akan kita sampaikan kepada penonton,” ujar Anin.

Selain mesatua, kesenian Bali lainnya yang suka digeluti Anin adalah macepet. Macepet adalah mengartikan bahasa Kawi ke bahasa Bali. Untuk lomba macepet pun banyak prestasi yang diraih Anin.

Prestasi demi presatasi yang diraih Anin tak lepas dari dukungan kedua orangtuanya. Ayah dan ibunya sangat serius mengembangkan bakat Anin. Sang ibu yang pandai memainkan seni tari dan seni peran, telah mengajarkan kepada Anin cara mendongeng yang baik dan benar. Misalnya menyangkut bagaimana mimik wajah dan ekspresi gerak tubuh seharusnya ketika menyampaikan pesan dari sebuah peran. Kekuatan intonasi, mimic, serta gerak tubuh adalah kunci keberhasilan mendongeng yang baik. Persoalam juara adalah bonus dari upaya kita yang serius. Sementara ayah yang berasal dari keluarga dalang telah mewariskan banyak pengetahuan tentang seni wayang. Bukan sekadar hobi yang tersalurkan, tapi wayang adalah bagian dari pembentukan karakter Anin.

“Saya harus tahu dan hafal nama masing-masing tokoh pewayangan. Tapi lebih dari itu, saya juga harus paham karakternya dan suaranya. Dari situ saya juga tahu inilah karakter jahat dan baik,” kata Anin.

Anin kini telah duduk sebagai mahasiswa di Sekolah Tinggi Administrasi Negara (STAN) di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan. Meski telah memasuki masa remaja dan dunia pendidikan tinggi, Anin menegaskan tidak akan meninggalkan hobinya bermain wayang dan mendongeng. “Di kampus saya tetap aktif sebagai pengurus kesenian Bali. Jadi, berbagai kegiatan terkait seni dari Provinsi Bali, saya akan ikut terlibat di dalamnya,” ujar Anin penuh semangat.

Anin merasa bersyukur karena lahir dan besar di Bali, sebuah pulau yang dipenuhi nuansa tradisi yang kuat. Tentu kebanggaan pada seni Bali sangat tertanam di hatinya. Meski demikian, kini setelah tinggal dan bertemu banyak orang di luar Bali, Anin justru banyak belajar sekaligus mengagumi berbagai budaya dari Indonesia. “Ternyata banyak sekali kebudayaan di Nusantara ini yang tak kalah indah dan menarik dibanding Bali. Jadi saya bingung kalau ada anak muda yang tidak menunjukkan rasa bangga pada budaya negerinya sendiri. Begitu kaya Indonesia akan khazanah budaya, kenapa masih mengagumi budaya negeri lain?” tandas Anin.

Dia mengakui kalau jiwanya sudah terpikat pada seni. Di mana pun dia berada dan apa pun profesinya kelak ketika dewasa, Anin berjanji akan tetap menjunjung tinggi tradisi leluhurnya orang- orang Bali. “Saya akan mendedikasikan hidup saya pada seni budaya Bali khususnya, dan Indonesia pada umumnya,” Kata Anin. Dia menyatakan akan terus belajar dan belajar apa saja tentang seni tradisional Indonesia. “Saya mengajak generasi muda sebaya agar ikut melestarikam kekayaan budaya Indonesia. Apakah itu seni suara, seni tari, lukis, kerajinan, seni patung sampai seni kuliner dan pakaian. Kalau bukan kita yang melestarikan budaya sendiri, siapa lagi?”tegas Anindya.