Cembengan Yogyakarta (3)

0
645

Lokasi berada di tengah dalam bahasa Jawa disebut pancer dan memiliki makna filosofi bahwa PG merupakan pusat aktivitas processing tebu menjadi gula dengan bahan baku tebu yang didatangkan dari berbagai arah. Maka PG akan menjadi pusat aktivitas masyarakat pertebuan dalam memproses tanaman tebunya menjadi gula. Prosesi “petik tebu manten” dilaksanakan oleh sesepuh manajemen PG dan sesepuh petani tebu serta dilaksanakan mirip prosesi pernikahan dalam adat Jawa.Prosesi dimulai dengan memetik “tebu manten” pada sore hari untuk di “pingit” atau diinapkan dalam sebuah gubug berlokasi di areal kebun tebu yang telah ditetapkan. Gubug tersebut dinamai “Pondok Asri” dan di dekorasi sebagaimana tempat resepsi pernihakan dengan segala ubo rampe (peralatan) yang diperlukan dalam pernikahan dalam adat Jawa.

Tradisi pesta giling merupakan budaya yang mengakar di lingkungan petani tebu maupun masyarakat sekitarnya. Sebuah budaya yang unik dan khas mengambil inspirasi dari aktivitas tebu yang akhirnya dapat disebut dengan “budaya kebun tebu”. Tebu sendiri bukan saja telah menjadi simbol sekaligus sumber inspirasi terbentuknya komunitas budaya, akan tetapi juga peradaban manusia. Cara mempertahankan tradisi cembengan antara lain perlu adanya kesadaran masyarakat sekitar, para jajaran di pabrik bahwa tradisi ini harus tetap dipertahankan. Dalam ritual Cembengan perlu adanya , kesadaran dari para peserta bahwa ritual ini bersifat sakral sehingga berlangsung dengan sangat baik.

*

Upacara ini berkaitan dengan musim penggilingan tebu di pabrik Madukismo. Berbagai keunikan tampak dalam upacara Cembengan ini. Bukan hanya kesenian tradisional maupun modern yang digelar, namun ritual kirab manten tebu itu menjadi sesuatu yang menarik. Bagaimana tidak, ini adalah upacara pernikahan tebu laki-laki dan perempuan. Sebelum pernikahan berlangsung, pasangan tebu diarak mengelilinggi kompleks pabrik PG Madukismo. Tebu tersebut juga diberi nama menurut jenis kelamin masing-masing. Penamaan sepasang pengantin tebu ini berbeda setiap tahunnya tergantung hari pelaksanaan kirab manten ini dilaksanakan. Misalnya pasangan penganting tebu yang bernama Kyai Tumpak dan Nyai Pon. Artinya pasangan tebu ini menikah pada hari Pon, salah satu nama hari dalam penanggalan Jawa. Kyai Tumpak merupakan simbol tebu berjenis kelamin laki-laki, sedang Nyai Pon adalah simbol tebu berjenis kelamin perempuan menurut berbagai sumber, pemberian nama tebu dan menikahkan sepasang tebu mengandung makna bahwa pasangan tersebut akan membentuk keluarga yang damai sejahtera. Makna yang lebih jauh dari penamaan dan perkawinan tersebut adalah bentuk kerja sama yang baik antara perusahaan dan para petani tebu. Tebu yang dikirab berjumlah 9 batang dengan panjang sekitar 4 meter setiap jenis kelamin. Tiap-tiap pasangan diikat menjadi satu menurut jenisnya. Pasangan pengantin tebu ini diarak menggunakan kereta yang ditarik oleh dua ekor kuda. Barisan paling depan kelompok marching band dari beberapa sekolah sekitar PG Madukismo. Kelompok kesenian seperti kuda lumping dan para prajurit kraton Yogyakarta. Empat sosok Punakawan yaitu Semar, Petruk, Bagong, Gareng mengapit di sisi kanan dan kiri kereta yang membawa pengantin tebu. Barisan belakangnya adalah para petani tebu dan karyawan yang ditunjuk. Sebelum mencapai lokasi penggilingan tebu itu akan dinikahkan di masjid yang berada si lingkungan PG Madukismo. Setelah para petani menyerahkan tebu secara simbolis kepada pihak pabrik, acara dilanjutkan dengan doa bersama untuk memohon keselamatan. Sepasang pengantin tebu diletakkan di mesin penggiling. Pasangan inilah yang akan digiling pertama kali ketika proses penggilingan tebu dilakukan. Di sebelah mesin berbagai jenis tebu sesajen digelar berjajar-jajar. Sesajen tersebut berupa dua tumpeng, ingkung dan buah-buahan sebanyak 40 buah. Jumlah ini melambangkan jumlah unit kerja yang ada di PG Madukismo. Selain ritual doa bersama mengarak pasangan pengantin tebu dalam rangka upacara Cembengan tersebut juga digelar berbagai kesenian. Ada wayang kulit, festival, pertunjukan kethoprak, pentas musik dan pasar, malam.

 

Keterangan

Tahun :2019

Nomor Registrasi :201900961

Nama Karya Budaya :Cembengan Yogyakarta

Provinsi :DI Yogyakarta

Domain :Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan

Sumber: Website Warisan Budaya Takbenda