Cembengan Yogyakarta (2)

0
349

Simbol-simbol dan struktur-struktur Ritual yang berfungsi untuk menghubungkan kenyataan-kenyataan yang dihadapi dan pengalaman- pengalaman yang dipunyai oleh manusia dengan bentuk-bentuk hubungan simbolik dan Ritual yang secara khusus berlandaskan pada kebudayaan dan kehidupan sosial dan ekonomi; yang dengan demikian meletakkan suatu kategori yang lebih komprehensip ke dalam suatu konsensus primordial. Tubuh manusia sebagai suatu hasil konstruksi hubungan-hubungan di antara organ- organnya, secara konseptual dapat dilihat sebagai jembatan penghubung antara bentuk ritual dengan simbolisme, dan dengan kategori-kategori sosial secara struktural.

Makna simbolik berarti maksud dari suatu hal yang menjadi lambang. Kaitan dengan Ritual tradisional, simbol tersebut dapat berupa sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelaksanaan Ritual sedangkan makna adalah isi dari sarana pelaksanaan Ritual tradisional tersebut.

Pada umumnya unsur-unsur yang ada dalam Ritual itu merupakan simbol-simbol yang melengkapi Ritual atau kelakuan agama. Simbol-simbol tersebut dapat dilihat dalam komponen-komponen Ritual maupun dalam tindakan-tidakan Ritual. Dalam buku Abangan, Santri, Priyayi dalam masyarakat Jawa disebutkan bahwa perangkat lambang atau simbol daam suatu Ritual tradisional pada hakekatnya berkmakna sebagai pengatur tingkah laku, memberikan petunjuk betapa sesungguhnya manusia itu mampu dan telah membuktikan dirinya sebagai manusia yang berkemanusiaan.

Dalam mitos, simbol digunakan sebagai penitipan pesan-pesan atau nasehat-nasehat dari nenek moyang kepada anak cucunya dalam rangka simbolisasi ketegangan hidup manusia dalam pergumulannya untuk mengartikan dunia dan dirinya yang berupa misteri yang gaib.

Sebagai suatu keseluruhan, Ritual mempunyai kedudukan sebagai perantara simbolik, atau mungkin lebih tepat kalau disebut sebagai perantara metafor, dalam kaitannya dengan kebudayaan dan pemikiran subyektif yang memungkinkan bagi keduanya (yaitu Ritual dan kebudayaan) untuk dapat saling bertukar tempat dan peranan. Kesanggupan dari Ritual untuk bertindak dan berfungsi seperti ini, yaitu menterjemahkan tingkat-tingkat lainnya yang lebih tinggi sehingga membuat manusia menjadi sadar dengan melalui pancaindera serta perasaannya, dan mewujudkan adanya kesamaan dalam ke- seia-sekataan yang struktural dalam bentuk simbolik, adalah sebenarnya merupakan dasar utama dari pemikiran manusia.

Simbol-simbol dan struktur-struktur Ritual yang berfungsi untuk menghubungkan kenyataan-kenyataan yang dihadapi dan pengalaman- pengalaman yang dipunyai oleh manusia dengan bentuk-bentuk hubungan simbolik dan Ritual yang secara khusus berlandaskan pada kebudayaan dan kehidupan sosial dan ekonomi; yang dengan demikian meletakkan suatu kategori yang lebih komprehensip ke dalam suatu konsensus primordial. Tubuh manusia sebagai suatu hasil konstruksi hubungan-hubungan di antara organ- organnya, secara konseptual dapat dilihat sebagai jembatan penghubung antara bentuk Ritual dengan simbolisme, dan dengan kategori-kategori sosial secara structural.

Setiap simbol pun mempunyai arti. Pembawa tebu, melambangkan para petani tebu yang telah bekerja setahun penuh menanam dan merawat tanaman tebu. Adapun

penggawa melambangkan karyawan pabrik tebu yang bekerja memproduksi tebu menjadi gula. Dayang yang menyambut pengantin tebu melambangkan kehalusan dan ketelitian dalam bekerja, sedangkan pengantin tebu merupakan wujud penghormatan pada tanaman tebu yang memberikan kehidupan kepada manusia.

Makna “petik tebu manten” dalam acara ini adalah prosesi untuk mengawali panen tebu yang secara simbolis diwakili oleh beberapa batang tebu. Jumlah batang tebu yang diambil dalam “petik tebu manten” didasarkan pada neptu dan pasaran, yakni sebuah perhitungan horoskop yang didasarkan pada kalender Jawa. Sedang arah tebu yang dipetik pertama kali ditetapkan.

Berdasarkan neptu, hari dan pasaran. Secara fisik, tebu yang dipilih merupakan tebu yang baik dan diperlambangkan sama dengan manten (pasangan mempelai) dalam adat Jawa. Untuk simbolisasi mempelai laki-laki dinamai Kyai Anggoro, sedangkan mempelai perempuan dinamai Nyai Kasih pada acara “petik tebu manten”.

Jumlah tebu yang dipetik pertama kali berjumlah 13 batang dan diambil dari arah timur (wetan=Jawa) bahwa arah asal tebu tersebut memiliki makna filosofis yang dalam bahasa Jawa disebut dengan wiwitan (permulaan). Artinya, segala sesuatu harus dimulai dengan keinginan yang kuat dan dalam konteks ini adalah keinginan yang kuat untuk meningkatkan taraf hidup petani tebu. Sehingga asal tebu tersebut merupakan simbol pesan atau nasehat bahwa untuk bisa meningkatkan kesejahteraan petani tebu diperlukan motivasi atau spirit yang kuat.Tebu manten diiringi oleh “tebu pengiring manten” yang jumlahnya juga sebanyak 13 batang dan diambil dari posisi tengah-tengah dari jarak antara tempat lokasi tebu manten diambil dan lokasi PG.